Rabu, 30 April 2014

PERBEDAAN BAHASA JAWA DI SEMARANG DAN SURABAYA

PERBEDAAN BAHASA JAWA DI SEMARANG DAN SURABAYA

Ivan Taniputera
30 April 2014




Selama kurang lebih 13 tahun saya pernah tinggal di Surabaya. Saya memperhatikan beberapa perbedaan antara bahasa Jawa di Semarang dan Surabaya, sehingga bagi mereka yang belum memahaminya bisa menimbulkan kesalah-pahaman. Salah satu contohnya adalah "korah-korah," yang di Surabaya berarti "mencuci piring." Waktu pertama kali mendengarnya, saya mengira artinya adalah "kura-kura." Sempat terjadi kebingungan karena saya tidak melihat seekor kura-kura pun di sana. Di Semarang sebutan bagi mencuci piring adalah "asah-asah," sehingga sangat berbeda jauh dengan Surabaya.

Istilah kedua adalah "embong." Di Semarang istilah ini tidak dikenal. Artinya adalah "jalan." Berikutnya adalah "arek" yang tidak dikenal di Semarang. Artinya adalah "anak," sehingga terdapat sebutan tersohor "Arek-arek Suroboyo."

Kemudian masih terdapat lagi istilah "mari." Di Surabaya artinya adalah "selesai." Sedangkan di Semarang artinya adalah "sembuh." Oleh karenanya jika orang Surabaya berkata,"Si A wes Mari," maka jika yang diajak bicara adalah orang Semarang, bisa saja jawabannya adalah sebuah pertanyaan, "Lho memang si A tau lara?" (Lho, memangnya si A pernah sakit?). Padahal yang dimaksud adalah Si A sudah menyelesaikan pekerjaannya.

Sementara itu, istilah "bangjo" (abang-ijo=merah-hijau) yang berarti "lampu lalu lintas" tidak umum dipergunakan di Surabaya. Berikut ini terdapat pengalaman lucu. Suatu kali saya mengantar teman pergi ke sebuah tempat untuk menyelesaikan urusannya. Saya mengatakan bahwa nanti jika ada "bangjo" maka belok ke kanan. Ternyata setelah sampai di lampu lalu lintas dimaksud, kawan saya tetap terus dan tidak berbelok seperti yang saya instruksikan. Saya lalu bertanya, "Lho barusan kita melewati bangjo tapi kok kamu tidak belok?" Dia menjawab, "Mana ada bangjo? Tadi yang ada khan cuma lampu setopan (lampu lalu lintas). Saya sudah menengok kiri kanan belum menemukan warung Bang Jo." Rupanya "bangjo" itu dikiranya warung bernama "Bang Jo."

"Kamu" di Surabaya disebut "kon" sedangkan di Semarang disebut "kowe."

Demikian semoga artikel ini bermanfaat bagi calon mahasiswa asal Semarang yang ingin melanjutkan kuliah di Surabaya.

Senin, 28 April 2014

MENCOBA MENIKMATI HUMOR INTELEKTUAL: BELAJAR FISIKA DAN MATEMATIKA MELALUI HUMOR

MENCOBA MENIKMATI HUMOR INTELEKTUAL: BELAJAR FISIKA DAN MATEMATIKA MELALUI HUMOR

Ivan Taniputera
28 April 2014




Pada kesempatan kali ini, kita akan mencoba menikmati humor intelektual, yakni humor yang agak "berat." Jenis humor ini memang memerlukan pengetahuan khusus agar dapat menikmati kelucuannya. Terkadang kita harus pula mengernyitkan dahi agar dapat menikmati kelucuannya. Berikut ini adalah humor yang pertama.

Einstein, Newton, dan Pascal sedang bermain petak umpet. Kini tiba giliran Newton dan Pascal untuk bersembunyi. Oleh karenanya, Einstein lantas menutup mata dan menghitung sampai sepuluh. Pascal segera berlari mencari tempat persempunyiannya. Sementara itu, Newton tidak pergi ke mana-mana dan hanya menggambar sebuah persegi di tanah, yang sisi-sisinya sepanjang 1 meter. Ia lalu berdiri di atas persegi yang digambarnya itu. Einstein telah selesai menghitung sampai sepuluh dan membuka matanya ia langsung melihat Newton, yang memang tidak pergi ke mana-mana.  Einstein langsung berkata, "Newton! Aku menemukanmu. Engkau kalah!" Newton berkata, "Engkau tidak menemukanku. Yang engkau temukan adalah satu Newton di atas 1 meter persegi. Dengan kata lain yang kau temukan adalah Pascal!"

Humor ini hanya dapat dipahami jika kita memiliki sedikit pengetahuan mengenai fisika. Dalam fisika, tekanan (p) didefinisikan sebagai gaya (F) dibagi luas permukaan (A).

p = F/A

Satuan gaya adalah Newton (N), sedangkan luas permukaan adalah meter persegi (m2). Satuan Newton/ meter persegi (N/m2) juga disebut Pascal.
Persegi yang bersisi 1 m, akan mempunyai luas 1 meter persegi (m2). Jadi Newton yang berdiri di atas persegi seluas 1 m2 adalah Newton/meter persegi (N/m2) alias Pascal!


Seorang serdadu Romawi memasuki sebuah kedai dan berkata, "Saya pesan lima potong roti," sambil mengacungkan dua jarinya.

Mungkin orang akan bingung, jika memesan lima potong roti, mengapa ia mengacungkan dua jari saja. Ternyata angka 5 Romawi adalah V.

Tiga orang ahli logika matematika memasuki sebuah warung kopi. Pelayan warung bertanya, "Apakah kalian semua hendak memesan kopi?"

Ahli logika pertama berkata, "Aku tidak tahu."
Ahli logika kedua berkata, "Aku tidak tahu."
Ahli logika ketiga berkata, "Ya. Kami semua mau pesan secangkir kopi."

Kita perlu mengernyitkan dahi terlebih dahulu saat membaca humor di atas. Penjelasannya adalah sebagai berikut. Pelayan menanyakan apakah mereka semua hendak memesan kopi. Para ahli logika matematika menganalisa pertanyaan sederhana tersebut dari segi logika matematika. Karena tidak mengetahui apa yang dipikirkan oleh kawan-kawannya, maka ahli logika pertama berkata, "Aku tidak tahu." Ahli logika kedua juga tidak mengetahui pikiran ahli logika ketiga oleh karena itu ia juga menjawab tidak tahu. Setelah mendengar jawaban kedua orang kawannya, ahli logika ketiga mengetahui bahwa mereka berdua tidak menolak memesan kopi. Jadi ia langsung menyimpulkan, "Ya. Kami semua mau pesan secangkir kopi."

Humor-humor intelektual di atas memang tidak selalu dapat membuat kita tertawa terbahak-bahak, namun akan membantu kita lebih memahami fisika beserta matematika.

Semoga bermanfaat.

MEMECAHKAN SOAL MATEMATIKA FUNGSI KOMPOSISI & FUNGSI INVERS

MEMECAHKAN SOAL MATEMATIKA FUNGSI KOMPOSISI & FUNGSI INVERS

Ivan Taniputera
28 April 2014

Diketahui fungsi:

  • f(x) = 2+3x,
  • g^-1(x) = 1/2x - 2

Ditanyakan:

a) (fog)^-1(2)
b) (gof)^-1(-3)

Jawaban

Untuk menjawab pertanyaan (a) di atas, maka pergunakan rumus:

(fog)^-1(x) = (g^-1 o f^-1)(x)

Jadi kita mencari terlebih dahulu f^-1(x).

f(x) = 2+3x
y = 2 + 3x
y-2 = 3x
x = 1/3(y-2)

Jadi f^-1(x) = 1/3(x-2)

Selanjutnya (g^-1 o f^-1)(x) = 1/2(1/3(x-2)) - 2
= 1/6x-1/3-2
= 1/6x-5/3

Maka: (fog)^-1(2) = 1/6*2 - 5/3 = -4/3

Untuk menjawab pertanyaan (a) di atas, maka pergunakan rumus:

(gof)^-1(x) = (f^-1og^-1)(x)

f^-1(x) telah ditentukan = 1/3(x-2).

Selanjutnya (f^-1og^-1)(x) = 1/6x-4/3

Maka (gof)^-1(-3) = -11/6

Selasa, 22 April 2014

SEBUAH KARANGAN MENYAMBUT HARI BUKU SEDUNIA: JANGAN ADA LAGI PEMBAKARAN DAN PELARANGAN BUKU!

SEBUAH KARANGAN MENYAMBUT HARI BUKU SEDUNIA: JANGAN ADA LAGI PEMBAKARAN DAN PELARANGAN BUKU!

Ivan Taniputera
23 April 2014




Sejarah mencatat bahwa di sepanjang riwayat umat manusia, telah terjadi banyak sekali upaya pembakaran buku. Sebagai contoh adalah semasa pemerintahan kaisar China, Qin Shi Huangdi dan di Jerman pada waktu kekuasaan N4z1. Selain itu, pada masa Abad Pertengahan karya-karya Giordano Bruno, Galileo Galilei, dan lain sebagainya juga dibakar. Di samping pembakaran buku, di berbagai negara atau rezim totaliter juga diterapkan pelarangan terhadap buku dengan topik-topik tertentu. Pembakaran dan pelarangan buku itu dilakukan karena ketakutan terhadap apa yang disebut IDE, GAGASAN, dan WAWASAN PENGETAHUAN. Oleh karenanya, pembakaran dan pelarangan buku itu menghambat dan menghancurkan harta pusaka teragung umat manusia, yakni AKAL BUDI. Mereka tidak mengetahuai bahwa sebuah ide atau gagasan tidak dapat dihancurkan hanya dengan semata-mata membakarnya. Kendati Kaisar Qin Shi Huangdi membakar buku-buku filsafat tertentu, namun setelah runtuhnya dinasti Qin ajaran-ajaran tersebut justru berkembang kembali dengan pesat.

Pembakaran dan pelarangan buku merupakan wujud kebodohan dan sikap barbar umat manusia. Ide, gagasan, dan wawasan pengetahuan beserta segenap karya kreatifitas manusia lainnya, hendaknya tidak dihambat atau dihancurkan. Dari sanalah kehidupan umat manusia akan menjadi semakin baik. Kita jangan takut pada buku. Apabila kita tidak setuju dengan sesuatu ide atau gagasan, maka lawanlah pula dengan buku, bukan dengan tongkat, senjata, atau api! Pada hari buku ini, marilah kita serukan agar jangan lagi buku menjadi korban di atas panggung kebodohan, ketololan, dan kekejaman umat manusia.

SELAMAT HARI BUKU SEDUNIA 2014
 
Kami pusat kopi buku kuno dan jadul merupakan barisan terdepan dalam menyebarkan kembali pengetahuan. Silakan kunjungi:
 
  • http://bukukunodanjadul.blogspot.com/
  • http://pusatkopibukukunojadul.wordpress.com/
 
atau bergabung dengan grup kami di facebook:
 
  • https://www.facebook.com/groups/174165442735214/

Minggu, 20 April 2014

MENYELESAIKAN SOAL KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

MENYELESAIKAN SOAL KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

Ivan Taniputera
20 April 2014

Pada hari ini saya tiba-tiba berniat mengulangi kembali pelajaran mekanika teknik yang diterima semasa kuliah dahulu. Berikut ini adalah soal lama yang hendak saya kerjakan ulang.




Dalam mengerjakan soal ini, kita perlu melakukan "freischneiden" atau dalam bahasa Inggris disebut "free body system" guna menentukan gaya-gaya yang bekerja pada sistim tersebut.



Selanjutnya tentukan sistim koordinatnya:
  • Sumbu x ke kanan
  • Sumbu y ke atas
  • Momen searah jaruh jam adalah positif.

Kemudian terapkan tiga syarat kesetimbangan:
  • Σ Fx = 0
  • Σ Fy = 0
  • Σ M(s) = 0
Σ Fx = 0

Bx - P = 0,

Sehingga Bx = p Newton


Σ Fy = 0

Ay+By-Q = 0

Dengan Q = q.m Newton (N)

Jadi: Ay+By-qm = 0 [persamaan 1]

Pusat momen kita pilih titik B.



Σ Mb = 0

-P.l + Ay.m - qm.1/2 m = 0

Jadi:

Ay.m = P.l + 1/2q.m^2

Ay = (2P.l + q.m^2)/2m Newton

Berdasarkan persamaan 1, maka

By = qm-Ay

By = qm - (2P.l + q.m^2)/2m

By = (2q.m^2 - 2P.l + q.m^2)/2m

By = (3q.m^2 - 2P.l)/2m Newton

Dengan demikian sudah terjawab semuanya.

A = p Newton.
Bx = (2P.l + q.m^2)/2m Newton
By = (3q.m^2 - 2P.l)/2m Newton

Selasa, 15 April 2014

EMPAT JALAN MENUJU KESUCIAN

EMPAT JALAN MENUJU KESUCIAN

Ivan Taniputera
15 April 2014




Di muka bumi banyak terdapat jalan spiritual. Masing-masing menyatakan dirinya sebagai jalan menuju Kesucian atau Kebenaran. Semua tradisi atau jalan spiritual tersebut nampak berbeda-beda, tetapi sesungguhnya kita dapat meringkas semuanya itu menjadi empat jalan saja. Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari keempat jalan tersebut.

Jalan pertama adalah JNANA YOGA. Jalan ini membawa manusia menuju Kesucian atau Kebenaran melalui kebijaksanaan atau pemahaman. Manusia yang menapaki jalan ini menelaah berbagai khazanah pengetahuan, teori atau ajaran, sebagai wahana menuju Kebijaksanaan, Kebenaran atau Kesucian Sejati. Kita pernah mendengar di zaman dahulu banyak Suciwan yang memiliki tingkat kebijaksanaan tinggi. Mereka sanggup menulis berbagai kitab atau buku yang masih dipelajari oleh beribu-ribu atau bahkan berjuta-juta umat manusia di masa sekarang. Buku-buku tersebut dihargai dan dijadikan bahan renungan serta penelaahan agar para penganutnya dapat merealisasi Kebijaksanaan, Kesucian, dan Kebenaran yang sama dengan para Guru atau Suciwan pencetus ajaran tersebut.

Namun apakah di zaman sekarang jalan ini masih efektif? Kebijaksanaan dan Pengetahuan umat manusia di zaman Besi ini telah demikian tercemar. Pengetahuan tidak lagi menjadi alat mencapai Kesucian atau Kebenaran, melainkan telah menjadi sarana menindas dan memusnahkan manusia beserta makhluk lain. Auschwitz, Sachsenhausen, Treblinka, Sobibor, dan lain sebagainya merupakan saksi bagi hal ini. Gerbong-gerbong kematian mengalir menuju tempat pemusnahan masal. Terorisme dan kekejaman dengan skala yang semakin canggih menjadi bukti betapa tercemarnya pengetahuan dan kebijaksanaan umat manusia. Ilmu pengetahuan dijadikan wahana memperalat dan menindas bangsa lain, melalui suatu sistim yang korup dan kejam. Pencemaran lingkungan dan makin mengerikannya senjata pemusnah masal adalah bukti lainnya.

Siapakah pada zaman sekarang yang merasa dirinya bijaksana? Ingat ini adalah pertanyaan untuk DIRI ANDA SENDIRI, bukan orang lain. Jadi jawablah pertanyaan ini bagi diri Anda sendiri. TidaK perlu menoleh ke kiri atau ke kanan. Jangan mencoba menjawabnya untuk orang lain. Saya sendiri dengan tegas mengakui bahwa saya sama sekali tidak bijaksana. Jadi jangan mengharapkan kebijaksanaan dari saya.

Jalan kedua adalah KARMA YOGA. Jalan ini membawa manusia menuju Kesucian atau Kebenaran melalui perbuatan baik atau amal. Kisah-kisah spiritual di zaman dahulu memperlihatkan pada kita berbagai tokoh suci masa lampau yang mengorbankan segenap hidupnya demi berbuat kebaikan secara tulus. Sebagai contoh adalah seorang pangeran yang memberikan tubuhnya sebagai makanan harimau kelaparan. Kisah-kisah tersebut memang mengharukan dan pada zaman sekarang ada beberapa orang yang nampaknya masih sanggup melaksanakannya, walaupun kita tidak mengetahui secara pasti apa motivasi mereka. Namun kita tetap menghargai kebajikan yang telah dilakukan orang tersebut. 

Lalu apakah di zaman sekarang Karma Yoga masih efektif? Nabi Yesaya mengatakan: "Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor.” (Yesaya 64:6)." Siapakah di antara kita yang berani mengatakan bahwa kita telah melakukan kebajikan secara tulus? Ingat ini pertanyaan untuk diri Anda sendiri. Jangan menoleh ke kiri atau ke kanan. Jangan menunjuk ke kiri atau ke kanan. Jawablah untuk DIRI ANDA SENDIRI. Kalau Anda bisa melakukannya, maka itu bagus sekali. Saya pribadi tidak dapat melakukannya. Jadi jangan mengharapkan ketulusan murni dari segenap perbuatan bajik yang saya lakukan. Segenap kebajikan yang saya lakukan tidak lebih dari sehelai KAIN KOTOR.

Jalan ketiga adalah RAJA YOGA. Jalan ini membawa manusia menuju Kesucian atau Kebenaran melalui pemusatan pikiran samadi. Kita mungkin pernah membaca riwayat para pakar meditasi yang hebat pada pustaka-pustaka keagamaan. Teori-teori meditasi yang mereka kembangkan masih dipelajari oleh banyak orang di zaman sekarang. Mereka berharap agar dapat mencapai realisasi sama dengan para pencetus metoda meditasi tersebut.

Namun apakah jalan ini masih efektif? Pada zaman Besi ini pemikiran manusia mudah mengalami kekacauan dan distorsi. Orang mungkin sanggup bermeditasi sejam, dua jam, enam jam, delapan jam, sehari, dan seterusnya, namun bagaimanakah kehidupannya setelah itu. Apakah meditasi itu membawa perubahan batin baginya? Apakah meditasi itu justru memperkuat sang "aku" atau egonya? Ini adalah pertanyaan bagi diri kita sendiri. Jangan menoleh ke kiri atau kanan untuk menjawabnya. Jika Anda merasa meditasi Anda sudah baik, maka itu bagus. Saya pribadi mengakui bahwa meditasi saya kacau balau. Ego atau ke"aku" an saya masih kuat.

Kini tinggal tersisa jalan keempat atau terakhir, yakni BAKTI YOGA. Jalan ini kerap diremehkan orang. Banyak orang menganggap jalan ini hanya cocok bagi orang bodoh. Bakti Yoga berarti menjalankan devosi penuh pada suatu SOSOK SUCI. Anda boleh menyebutnya apa saja: Istadevata, Yidam, Dewa, Hyang, dan lain-lain. Sebutan atau nama tidaklah penting di sini. Orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama. Devosi itu berarti penyerahan diri sepenuhnya pada Sosok Suci tersebut. Penyerahan diri ini mencakup rasa rendah hati, percaya, dan mengasihi. Bakti Yoga tidak perlu intelektualitas. Sepintas memang mudah, namun sesungguhnya tidak demikian halnya. Bakti Yoga berarti menerima dengan penuh kerelaan bahwa jika Istadevata menghendaki Anda hidup, maka Anda hidup; Istadevata menghendaki Anda mati, maka Anda mati. Jika Istadevata menghendaki Anda makan, maka Anda makan. Jika Istadevata menghendaki Anda kelaparan, maka Anda kelaparan. Merenungkan dengan sepenuh hati Istadevata dan melafalkan namanya. Sebagai contoh adalah sewaktu Anda merenungkan dan melafalkan nama Amitabha, Avalokitesvara, Tara, Krishna, Siva, Buddha, dan lain sebagainya.

Jalan ini memang tidak mudah. Namun nampaknya jalan inilah yang paling cocok bagi umat manusia di zaman sekarang guna mengikis kekotoran batinnya sehingga sanggup mencecap sedikit Kesucian atau secercah Kebenaran. Seseorang perlu dengan rendah hati mengakui bahwa dirinya belum sempurna, namun Sosok Suci akan tetap mengasihinya dan mengampuni segenap kesalahannya. Seseorang hanya perlu mengakui ketidak-sempurnaannya. Jika Anda sombong, maka itu berarti mengurangi rasa bakti pada Sosok Suci. Oleh karenanya, praktik Bakti Yoga yang benar dapat mengikis rasa sombong dan tinggi hati. Karena Anda dicintai dan dikasihi oleh Sosok Suci, maka Anda juga mencoba mencintai serta mengasihi orang lain.

Bakti yang sejati bukanlah fanatisme. Jika seseorang mulai fanatik dan berusaha menghancurkan penganut Sosok Suci lainnya atau berbeda namaNya dengan Sosok Suci yang diyakini orang tersebut, maka itu sesungguhnya merupakan permainan pikiran intelektual tercemarnya. Pikiran intelektual di sini sebenarnya adalah ranah Jnana Yoga. Anda berpikir bahwa Sosok Suci yang Anda yakini adalah Sosok Suci terbaik. Memang benar, dalam membangkitkan bakti Anda perlu yakin bahwa diriNya terbaik bagi Anda. Namun itu hanya terbatas bagi diri Anda sendiri saja. Anda tidak perlu memaksa orang lain berbakti pada Sosok Suci yang sama dengan Anda. Anda tidak perlu mengkritisi atau membenci Sosok Suci lain. Benci itu tidak ada hubungannya dengan Bakti Yoga. Jika Anda yakin bahwa Sosok Suci Anda adalah pengasih, mungkinkah ada benci dalam diriNya? Pikiran salah akan membawa Anda memaksa atau mempertobatkan orang lain agar berbakti pada Sosok Suci yang sama dengan Anda. Oleh karena itu, kita harus senantiasa mewaspadai gerak pikiran yang liar. Hal ini pulalah yang menjadi alasan mengapa Jnana Yoga tidak dapat diandalkan oleh sebagian umat manusia di zaman sekarang.

Sebenarnya kita juga dapat pula menerapkan keempat yoga ini sekaligus. Namun kita memerlukan kepiawaian. Satu pertanyaan kembali yang perlu direnungkan adalah, apakah Anda cukup piawai? 

Sekian renungan hari ini. Semoga bemanfaat.

MENUJU SPIRITUALISME TANPA SEKAT DAN TANPA BATAS

Rabu, 09 April 2014

CATATAN PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014

CATATAN PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014

Ivan Taniputera
9 April 2014


Berikut ini adalah catatan pengalaman saya bagi pemilihan umum tanggal 9 April 2014. Saya memberikan suara saya menjelang jam 12.00 siang, yakni kurang lebih satu jam sebelum pemungutan suara ditutup.
.
.
Hari pelaksanaan pemilihan umum kali dijadikan sebagai hari libur nasional, sehingga dapat menjaring sebanyak mungkin pemilih.
.
Kurang lebih jam 17.00 melalui radio saya mendengar mengenai perhitungan suara yang masuk. Ternyata PDIP mendapatkan suara terbanyak, yakni sekitar 19,5 persen lebih. Kemudian disusul oleh Golkar dan Gerindra.
.
Saya terus memasang radio dan mendengarkan mengenai keterangan Bapak Jokowi terkait kemenangan PDIP. Hal yang menurut saya paling mengagumkan adalah apa yang disampaikan Beliau. Ketika itu Bapak Jokowi ditanya bila partainya mencapai peroleh suara 20 persen lebih, apakah dengan demikian tidak memerlukan koalisi dengan pihak lain. Beliau menjawab bahwa dalam membangun negara ini diperlukan kerja sama dengan pihak lainnya.
.
Saya berpendapat bahwa ini jawaban yang luar biasa dan tidak mencerminkan kesombongan. Meski partainya memiliki perolehan suara yang unggul, namun ia tetap bersedia menggandeng pihak lainnya. Kita memerlukan sosok yang rendah hati dan berkualitas sebagai pemimpin.
.
Semoga siapa pun yang terpilih sebagai pemimpin dapat menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.

PILAR-PILAR KEMANDIRIAN YANG DIPERLUKAN BANGSA INDONESIA

PILAR-PILAR KEMANDIRIAN YANG DIPERLUKAN BANGSA INDONESIA

Ivan Taniputera
8 April 2014


Besok atau tepatnya tanggal 9 April 2014 kita akan menggelar ajang pesta demokrasi besar-besaran. Oleh karenanya, saya merasa bahwa hari ini merupakan kesempatan yang tepat dalam menulis artikel ini. Saya mengharapkan bahwa ini dapat menjadi masukan bagi siapa saja yang kelak terpilih. Dahulu semasa masih kecil, istilah "mandiri" ini kerap dipelesetkan menjadi "mandi sendiri." Namun secara sederhana maknanya adalah membebaskan diri dari segenap ketergantungan yang akut pada pihak lain. Saya merasa bahwa bangsa kita masih belum mandiri. Berikut ini adalah beberapa pilar kemandirian yang kita perlukan. Masing-masing pilar ini tidaklah berdiri sendiri, melainkan saling menopang satu sama lain.
.
1.MANDIRI POLITIK & KEBANGSAAN
.
Ini berarti kemandirian dari segenap pengaruh dan intervensi asing. Kita harus sanggup melindungi bangsa kita sendiri dari serangan pengaruh dan intervensi asing. Tidak ada bangsa asing yang sanggup mendikte Indonesia. Ini adalah esensi kemerdekaan yang sesungguhnya. Segenap arah, tindakan, dan kebijaksanaan bangsa harus ditujukan demi kesejahteraan rakyat-bukannya memuaskan pihak-pihak asing. Sesungguhnya ini terkait dengan pilar-pilar lainnya, karena kemandirian politik dan kebangsaan membutuhkan juga kemandirian dalam bidang lainnya.
.
2.MANDIRI EKONOMI
.
Kemandirian dalam bidang ekonomi ini erat kaitannya dengan kemandirian politik. Jika ekonomi kita bergantung pada pihak lain, maka dengan mudah pengaruh dan intervensi asing akan masuk. Dengan kemandirian ekonomi, kita akan sanggup mengenyahkan segenai intervensi asing, yakni penjajahan beserta perbudakan modern.
.
Pertama-tama, kita harus memantapkan kurs mata uang. Kurs mata uang harus stabil agar tidak mudah terseret oleh riak-riak dalam dunia moneter. Salah satu caranya adalah kita menggunakan emas sebagai standar. Apabila kita terus menerus menggunakan mata uang asing, maka kemandirian dalam bidang moneter akan sulit dicapai.
.
Kedua, perekonomian kita harus mantap, artinya segenap sumber daya ekonomi harus kita perkuat dan manfaatkan. Pemerintah harus sanggup memetakan potensi tiap-tiap daerah dan mengembangkannya. Harus ada upaya yang serius dalam menangani hal ini.
.
Ketiga, pemberantasan korupsi harus semakin digalakkan. Bagaimana kita akan memiliki ekonomi yang mandiri, jika korupsi meraja lela? Konsumerisme berlebihan juga harus ditekan. Kita jangan menjadi bangsa konsumen, melainkan juga harus menjadi bangsa produsen.
.
3.MANDIRI TEKNOLOGI
.
Jangan sampai teknologi menjadi alat bangsa asing dalam menanamkan kuku pengaruhnya. Bangsa Indonesia harus mandiri dalam bidang teknologi. Caranya adalah serap ilmu pengetahuan sebanyak mungkin dari luar dan terapkan serta kembangkan di Indonesia. Jika Jepang semasa restorasi Meiji sanggup mengapa kita tidak sanggup? Pendidikan harus sanggup menciptakan generasi-generasi muda yang sadar teknologi, bukan sebagai konsumen namun produsen.
Pendidikan gratis hingga jenjang perguruan tinggi seperti di Jerman perlu menjadi sasaran kita di masa mendatang. Bangsa Indonesia harus memiliki lembaga riset yang baik. Tentunya setiap perguruan tinggi harus menjadi lembaga-lembaga riset di garis depan.
.
4.MANDIRI BUDAYA
.
Jangan sampai budaya menjadi alat asing dalam menanamkan pengaruhnya di Indonesia. Pemerintah harus dapat menjadi filter yang baik dalam memilah mana budaya yang dapat memberikan nilai tambah bagi kemajuan jasmani serta rohani bangsa. Budaya yang hanya menanamkan pengaruh asing dan merusak kemandirian harus dihambat masuk ke Indonesia.
Demikian, menurut saya pilar-pilar yang terpenting saat ini. Semoga dapat menjadi masukan bagi para pemimpin bangsa kelak. Siapa saja yang terpilih kelak harus menyadari bahwa tugas masih berat. Jika gagal maka kalian tentunya akan dicerca oleh rakyat. Menjadi pemimpin itu tidak mudah melainkan penuh tanggung jawab.
.
Semoga bermanfaat.

Rabu, 02 April 2014

WASPADAI TIKUS YANG MENYEMBUNYIKAN EKORNYA BAGI-BAGI UANG

WASPADAI TIKUS YANG MENYEMBUNYIKAN EKORNYA BAGI-BAGI UANG

Ivan Taniputera
3 April 2014




Menjelang pemilihan umum ada satu hal penting yang harus kita waspadai. Apakah itu? Tikus yang menyembunyikan ekornya dan membagi-bagikan uang! Namun kita harus tetap berpegang teguh pada hati nurani kita. Kita tidak boleh goyah. Hati nurani kita tidaklah dapat dibeli oleh uang.