Senin, 15 Oktober 2018

MEMBEBASKAN DIRI DARI SEGENAP BELENGGU

MEMBEBASKAN DIRI DARI SEGENAP BELENGGU
.
Ivan Taniputera
14 Oktober 2018
.
Teman
Apakah kau terbelenggu?
Apakah kau bebas?
Apakah kau bebas tapi terbelenggu?
Apakah kau merasa terbelenggu
Tetapi sesungguhnya bebas?
Apakah kau kadang bebas
Kadang terbelenggu?
Manakah keadaanmu?
Ayo coba kenali
Apakah sudah kau ketahui?
Jika kau terbelenggu
Apakah kau ingin bebas?
Atau justru kau takut bebas?
Engkau berada pada zona nyaman
Yaitu pada belenggumu sendiri
Teman
Kalau kau merasa terbelenggu
Walau sesungguhnya bebas
Itupun tetap berarti kau terbelenggu
Kau merasa bebas tapi sejatinya terbelenggu
Itupun artinya kau tetap terbelenggu
Kebebasanmu adalah palsu
Belenggu zona nyaman yang menipumu
Nyaman tidak nyaman
Belenggu adalah belenggu
Kadang bebas kadang terbelenggu
Itupun juga namanya belum bebas
Susah memang lepas dari belenggu
Belenggu ketakutan
Belenggu kecil hati
Belenggu rasa tidak mampu
Belenggu pandangan salah
Ya banyak sekali belenggu itu
Adalah bagus
Bahkan bagus sekali
Jika kita mampu
Membebaskan diri
Dari segenap belenggu
Seperti judul puisi ini
Apakah engkau sudah bebas
O teman
Apakah terbelenggu pada kebebasan
Merupakan kebebasan?
Mari dipikir dan dipikir
Sudah ketemu jawabannya?

Rabu, 29 Agustus 2018

MAJULAH MAJU

MAJULAH MAJU
.
Ivan Taniputera.
28 Agustus 2018
.
.
Majulah ayo majulah
Hai manusia-manusia berprestasi
Naiklah ayo naiklah
Ke panggung gemilang berseri
.
Penuhi ayo penuhi
Dunia dengan semangatmu
Terus ukir nilai sejati
Taburkan daya juang tanpa ragu
.
Derap langkahmu
Adalah sumber inspirasi
Dunia menantimu
Generasi tua muda meneladani
.
Majulah maju
Janganlah gentar jiwamu
Raih medalimu
Gapai kemenanganmu
.
Berjuang selalu
Pantang putus asa
Bersorak mendayu-dayu
Terbang memeluk piala
.
Berlaga berlaga
Hanya berpusat tujuan yang satu
Seluruh negeri memeluk sang juara
Lagu kebahagiaan mengalun merdu.
.
Kemenangan adalah bagi semua
Yang penting sudah berjuang
Menang kalah nomor dua
Yang sudah berusaha tetaplah menang<
.
Patutlah dikenang
Siapa saja yang sudah berjuang
Berupaya menggapai prestasi
Lain kali kan jadi pemenang.

Kamis, 28 Juni 2018

GAMBAR KARYAKU 28 JUNI 2018

GAMBAR KARYAKU 28 JUNI 2018 (2)
.
Ivan Taniputera
28 Juni 2018
 
.
 .
Marilah kita terus berkarya.

GAMBAR KARYAKU 1

GAMBAR KARYAKU 28 JUNI 2018 (1)
.
Ivan Taniputera
28 Juni 2018
.

Marilah kita terus berkarya.

SEBUAH PERANG TANDING

SEBUAH PERANG TANDING

Ivan Taniputera
26062018

Berbudi baik ia adalah pendekar
Pedang kebenaran di tangan nan kekar
Siap bertempur pedang bersinar-sinar
Berdiri tiada gentar
Jagoan jahat muncul dari balik belukar
Licik bagai ular
Pedang hoax nan palsu diputar-putar
Si jahat menatap nanar
Menyerang pendekar berbudi dengan gusar
Inilah jurus bohong besar
Pendekar berbudi tangkis dengan jurus fakta benar
Pedang hoax patah si jahat jatuh menggelepar
Kalah ia lawan pendekar
Pandangan jadi seperti komidi putar
Terguling-guling di tengah latar
Pendekar berbudi memandang berbinar-binar
Makanya bicaralah yang benar
Jangan cuma cari tenar
Si jahat diam bagai orang lapar
Yang suka menyebar hoax harus sadar
Kalau tidak oleh pendekar
Ia akan dihajar
Sampai memar

A MANGO HERO

A MANGO HERO.
.
Ivan Taniputera.
26th Juni 2018

A nameless hero
Roaming in the street
Start from zero
Then it will be sweet
Always say hello
Smile showing teeth
Take a slice of mango
Happily eating it
Oh the taste is so
Really a wonderful fruit
Must by yourself eat also
You'll understand its merit
Now you are a hero too.

Minggu, 10 Juni 2018

MEMILIH PEMIMPIN LAMA DAN BARU DI SEBUAH NEGERI ANTAH BERANTAH

MEMILIH PEMIMPIN LAMA DAN BARU DI SEBUAH NEGERI ANTAH BERANTAH.
.
Ivan Taniputera.
6 Mei 2018.
.

CATATAN: Kisah ini adalah sepenuhnya fiksi. Kemiripan nama dan jalan cerita hanyalah sepenuhnya kebetulan.
.
Dalam perjalanan saya mengunjungi sebuah negeri antah berantah tibalah saya di sebuah kota kecil. Karena hari telah menjelang senja singgahlah saya di sebuah kedai kopi. Saya juga hendak menanyakan di mana saya dapat bermalam di kota kecil tersebut sebelum meneruskan perjalanan menikmati keindahan hutan Amazonias keesokan harinya. Segera saya mencari meja yang kosong, karena sore itu kedai cukup penuh. Kebetulan saya mendapatkan meja kosong di dekat tiga orang yang sedang menikmati kopi pesanannya. Dua orang usianya masih agak muda; sedangkan satu lagi sudah lanjut usia dan mengenakan kaca mata. Karena jarak yang berdekatan saya dapat mendengar obrolan mereka dengan baik. Belakangan saya mengetahui bahwa kedua orang muda itu masing-masing bernama Sanchez dan Ramirez. Sementara orang tua itu mereka panggil Pak Tua Bijaksana.
.
Saya juga baru mengetahui bahwa tahun depan negeri itu akan memilih pemimpin baru mereka. Di Negeri Antah Berantah itu pemilihan pemimpin dilakukan setiap beberapa tahun sekali dan kebetulan tahun depan memang merupakan saat diselenggarakannya ajang pemilihan pemimpin baru. Seorang pemimpin yang sudah atau sedang menjabat dapat dipilih kembali. Demikianlah yang saya baca dari buku petunjuk wisata Negeri Antah Berantah.
.
Orang yang pada akhirnya saya ketahui bernama Sanchez memulai pembicaraan, “Pokoknya tahun depan pemimpinnya harus yang sekarang menjabat!”
.
Orang muda satunya yang dipanggil Ramirez nampak tidak mau kalah. Ia berkata, “Pokoknya tahun depan pemimpinnya harus yang baru!.”
.
Sanchez: “Yang lama!!!”
Ramirez: “Yang baru!!!”
.
Hampir saja mereka saling menggebrak meja. Dari percakapan mereka nampak jelas bahwa Sanchez merupakan pedukung pemimpin lama. Sebaliknya Ramirez menginginkan pemimpin baru. Saya kemudian mengetahui bahwa pemimpin lama, tahun depan hampir dipastikan akan mencalonkan diri kembali.
.
Tiba-tiba bapak tua yang menyertai mereka dan dari tadi diam saja berdehem dan mulai berbicara, “Bukankah tujuan kita kemari adalah menikmati lezatnya kopi kedai ini dan sejuknya udara sore? Apakah tujuan kita kemari untuk bertengkar?”
.
Sanchez dan Ramirez serentak berkata, “Bagaimana pendapat Pak Tua Bijaksana?”
.
Bapak tua yang dipanggil Pak Tua Bijaksana itu menjawab, “Bagaimanapun juga kita saat ini belum mengetahui siapakah saingan pemimpin lama yang hendak mencalonkan diri kembali tersebut. Apakah kalian sudah mengetahui siapakah calon pemimpin lainnya?”
.
Sanchez dan Ramirez menggelengkan kepalanya.
.
Pak Tua Bijaksana melanjutkan, “Kalau begitu untuk apa kalian bertengkar? Masih terlalu dini untuk menyatakan pilihan kalian. Jika apa saja yang dapat dipilih belum diketahui secara pasti, untuk apa kalian bersitegang masalah pilihan? Bukanlah itu berarti kalian meributkan sesuatu yang belum jelas? Apalagi sampai merusak suasana minum kopi yang menyenangkan ini.”
.
Mereka bertiga kemudian menghirup kopi masing-masing yang masih sedikit mengepulkan asap. Para pengunjung lain tidak mempedulikan percakapan mereka bertiga.
.
Pak Tua Bijaksana melanjutkan kembali perkataannya, “Aku akan memberikan sebuah analogi. Misalkan aku akan memberikan hadiah pada kalian tahun depan. Pilihan hadiahnya ada dua, namun salah satu akan kukatakan sekarang; yakni mobil. Sedangkan satu lagi belum mau kukatakan sekarang. Aku baru mau mengatakannya tahun depan saat ajang pemberian hadiah dibuka. Kalian belum mengetahui pilihan hadiahnya yang satu lagi. Lalu ada orang yang berkata bahwa ia mau mobil saja. Yang lain berkata bahwa ia tidak mau mobil. Nah, kemungkinannya ada dua. Bila ternyata hadiahnya yang satu adalah pesawat terbang, maka yang pertama akan kecewa. Ternyata ada hadiah yang jauh lebih baik, yakni pesawat terbang; padahal ia sudah memilih mobil. Namun jika ternyata hadiahnya yang satu adalah sepeda, maka orang kedua akan kecewa, karena ia sudah menolak mobil; sehingga harus menerima pilihan hadiah yang jauh lebih buruk. Tentunya dengan asumsi bahwa mereka masing-masing tidak boleh menjilat ludahnya sendiri.
.
Bapak tua itu berhenti sebentar untuk membetulkan letak kaca matanya dan menghirup kopi di cangkirnya. Kopi itu tentunya sudah agak dingin.
.
Ia melanjutkan lagi ucapannya, “Begitu pula dengan memilih pemimpin baru. Kita juga belum tahu apakah pada tahun depan ada calon lain yang lebih baik atau tidak. Terlalu dini untuk membicarakan hal tersebut. Aku sendiri netral. Jika ada calon yang sanggup membuktikan dirinya lebih baik, mengapa aku tidak memilihnya? Kita harus memilih pemimpin terbaik bagi Negeri Antah Berantah yang kita cintai ini. Bukankah demikian, Nak Sanchez dan Ramirez?”
.
Sanchez dan Ramirez mengangguk setuju.
.
Pak Tua Bijaksana berkata lagi, “Dari pada bertengkar, lebih baik masing-masing pihak berupaya memunculkan calon terbaiknya, khususnya yang menginginkan pergantian pemimpin tahun depan. Lebih baik munculkan konsep-konsep apa yang hendak mereka wujudkan bila terpilih kelak. Pemimpin lama lebih baik melakukan penilaian terhadap apa yang telah dikerjakan selama masa pemerintahannya. Coba ciptakan program-program yang lebih baik lagi. Apa yang keliru dan kurang baik hendaknya diperbaiki di masa mendatang. Seorang pemimpin tidaklah luput dari kesalahan dan kekurangan, tetapi pemimpin yang baik bersedia mengakui kesalahannya, meminta maaf, serta memperbaikinya di masa mendatang. Dengan demikian, masing-masing calon dapat saling beradu konsep. Sementara itu, para pendukung masing-masing calon juga jangan saling bertengkar apalagi bermusuhan. Tiap orang bebas menentukan pilihannya masing-masing. Mari kita pilih pemimpin yang terbaik. Tidak perlu terpaku pada satu sosok, melainkan pada program dan konsepnya bagi negara kita.
.
Mereka kemudian menghabiskan sisa kopi yang ada di cangkir masing-masing.
.
Pak Tua Bijaksana berkata, “Tak terasa sekarang sudah hampir gelap. Jam telah menunjukkan pukul tujuh malam. Aku hendak pulang dulu ke rumahku.”
.
Sanchez dan Ramirez juga hendak pulang ke rumah mereka masing-masing. Demikianlah, mereka bertiga beranjak meninggalkan meja dan menuju kasir.
.
Saya tiba-tiba teringat mengenai rumah penginapan yang saya perlukan malam itu. Saya juga bangkit berdiri ke meja kasir untuk membayar dan menanyakan letak rumah penginapan terdekat. Besok saya masih harus melanjutkan perjalanan saya. Demikianlah, sedikit pengalaman saya di kedai kopi Negeri Antah Berantah.

APAKAH DUNIA DALAM CENGKERAMAN ELIT GLOBAL?

APAKAH DUNIA DALAM CENGKERAMAN ELIT GLOBAL?
.
Ivan Taniputera.
8 Mei 2018.
.

.
Sore ini saya bertanya-tanya, tema apa lagi yang perlu saya tulis? Tiba-tiba dalam hati saya terdengar suatu suara, “Tulislah mengenai elit global.” Sejujurnya, sampai saat ini saya tidak memandang pembahasan mengenai keberadaan suatu elit global yang mencengkeram dunia sebagai hal yang serius. Apalagi mengenai teori konspirasi. Saya biasanya memandang hal-hal tersebut sebagai topik hiburan saja. Saya lebih berpegang pada paparan dan kajian ilmiah yang dianut kalangan akademisi. Sebagai penggemar sejarah dan politik, saya biasanya berpegang pada kajian arus utama (main stream). Namun kali ini tiba-tiba berbagai ide mengalir begitu saja dalam pikiran saya.
.
Tiba-tiba terlintas di benak saya bahwa elit global itu mungkin dan memang ada dalam sejarah. Kita tidak perlu beralih pada sejarah alternatif atau teori konspirasi untuk mengetahui keberadaannya. Sepanjang sejarah, telah ada “elit-elit global” yang berupaya mengarahkan jalannya sejarah. Hal ini dicatat pada buku-buku dan karya sejarah yang sudah diterima umum. Marilah kita kembali ke Eropa menjelang Perang Dunia I (1914-1918). Ketika itu, dunia dikendalikan oleh negara-negara Eropa yang mempunyai banyak wilayah jajahan. Sebagai contoh, adalah Inggris, Perancis, Jerman, Austria Hungaria, dan Rusia. Mereka inilah yang dapat disebut sebagai “elit-elit global” pada zaman itu. Mereka telah berupaya mengatur dan mengendalikan wilayah-wilayah kekuasaannya di berbagai belahan dunia. Dunia diatur oleh segelintir orang saja. Hal-hal ini sudah dibahas pada banyak buku sejarah yang telah umum diterima kebenarannya.
.
Apakah elit-elit global ini bisa berperang satu sama lain? Jawabnya adalah bisa. Selama terdapat perbedaan kepentingan, perang antar elit global mungkin saja pecah. Buktinya adalah Perang Dunia I (1914-1918). Rusia turun membantu Serbia untuk mengamankan pengaruhnya di Balkan. Segera saja, sekutu masing-masing negara yang terlibat perang turun pula dalam kancah peperangan. Api peperangan berkecamuk dengan dashyatnya di Eropa. Perang Dunia I dilanjutkan dengan Perang Dunia II. Elit global kali ini terbagi menjadi dua kubu; yakni kubu Poros; yang terdiri dari Jerman, Italia, dan Jepang, melawan kubu Sekutu; yang dimotori oleh Inggris, Perancis, Amerika Serikat, dan Rusia. Sejarah mencatat kekalahan Kubu Poros.
.
Dari abu sisa Perang Dunia II muncul apa yang dinamakan Perang Dingin. Muncul kembali dua kubu di sini; yakni blok Barat yang dimotori Amerika Serikat, melawan blok Timur yang dikomandoi Rusia. Mereka melancarkan proxy war (perang yang tidak dilancarkan di negaranya sendiri) dan turut serta dalam percaturan politik negara-negara lain. Dengan demikian, elit-elit global pada masa Perang Dingin adalah para petinggi Amerika Serikat dan Rusia. Merekalah yang bermain dalam percaturan politik dunia.
.
Apa yang baru saja saya tulis di atas merupakan sejarah resmi yang sudah menjadi pengetahuan umum; jadi bukan merupakan sesuatu yang misterius. Berdasarkan hal itu kita dapat menyimpulkan bahwa elit-elit global itu memang ada. Hanya saja elit-elit itu bisa saja berganti-ganti sepanjang zaman. Tokohnya juga sudah pasti berganti-ganti.
.
Berdasarkan apa yang sudah dipaparkan di atas, maka elit-elit global itu merupakan pemimpin negara-negara yang kuat pada suatu masa. Logikanya, tentu saja karena punya kekuatan mereka akan sanggup melebarkan pengaruh di dunia ini. Elit-elit global itu bisa saja merupakan para pemilik modal terbesar di dunia. Uang tak pelak lagi merupakan daya penggerak yang dashyat. Dengan uang, mereka dapat turut mengatur dunia ini. Kita tidak perlu jauh-jauh dalam membuktikan kebenaran pernyataan ini. Sebenarnya, di mana pun juga terdapat tak terhitung “elit global kecil” atau sebut saja “elit lokal.” Sebagai contoh, Anda adalah orang yang paling kaya di kampung halaman Anda. Tentunya Anda akan mempunyai pengaruh dalam berbagai peristiwa yang terjadi di kampung halaman Anda. Intinya, orang yang mempunyai kelebihan dari sisi keuangan, sudah pasti patut diperhitungkan dan ia mempunyai peluang besar dalam mengarahkan berbagai peristiwa di lingkungan sekitarnya. Demikianlah yang terjadi dalam skala kecil dan terlebih lagi dalam tataran dunia.
.
Berdasarkan kenyataan di atas, kita tidak dapat mengabaikan kenyataan bahwa elit-elit global itu ada. Di antara sekian milyar penduduk bumi ini, berapa gelintir yang menguasai keuangan dunia? Silakan Anda renungkan sendiri. Bukankah mereka orang yang sangat berpengaruh?
.
Para elit global ini tentu saja terutama hanya mengupayakan kepentingan mereka semata. Ini tentu saja merupakan sesuatu yang wajar. Bila Anda seorang “elit global kecil” atau “elit lokal” bukankah Anda juga berupaya mengamankan kepentingan Anda? Apa yang disebut kepentingan itu tidak jarang berbenturan dengan kepentingan pihak atau orang lain. Dengan demikian, bisa saja terjadi perang kepentingan. Tentu saja, mereka yang mempunyai sumber daya besar akan sanggup menggunakan berbagai cara agar kepentingan mereka yang menang. Mereka dapat memperalat orang lain untuk mencapai tujuannya, baik disadari atau tidak. Sumber daya yang lebih besar membuat Anda sanggup menerapkan lebih banyak strategi atau taktik. Tujuannya adalah kemenangan Anda. Tentu saja korban dari pihak lawan tidak dapat dihindari. Itulah sebabnya, kemenangan itu memerlukan korban. Hingga sejauh ini, Anda dapat mengikuti logikanya, bukan? Sangat sederhana dan tidak ada yang rumit. Sampai di sini saya hendak mengatakan bahwa teori konspirasi itu mungkin ada sebagai bagian dari rencana atau strategi. Kendati demikian, kita jangan terlalu berlebihan, yakni mengaitkan segala sesuatu dengan teori konspirasi. Selama belum ada bukti yang sahih, maka kita lebih baik diam saja.
.
Kita kembali pada bahasan tentang elit global. Telah diungkapkan di atas bahwa elit-elit global itu hampir pasti akan membela kepentingannya terlebih dahulu. Nampaknya hampir mustahil bahwa mereka akan membela kepentingan Anda. Anda bukan kerabat dan saudara mereka; kenal pun tidak, lalu untuk apa mereka membela kepentigan Anda? Bahkan mungkin sekali Anda justru diperalat oleh mereka guna mencapai tujuannya, baik disadari maupun tidak. Mungkin Anda tidak menyadarinya dan merasakan keuntungan sesaat. Anda mungkin tidak sadar bahwa negara Anda sedang diacak-acak oleh mereka. Namun ingat tujuan akhir mereka belum tentu kepentingan Anda. Sekali lagi yang patut diingat, mereka hanya membela kepentingannya sendiri. Bila suatu saat kepentingan mereka berbenturan dengan kepentingan Anda, maka Anda pun akan dilibas oleh mereka.
.
Apakah Anda bersedia diperalat oleh para elit global atau tidak, pilihan sepenuhnya berada di tangan Anda. Namun untuk mencegah agar Anda tidak diperalat oleh mereka maka kuncinya adalah “kesadaran” dan “kewaspadaan.” Selalu tanyakan hal-hal sebagai berikut, “Apakah hal ini bermanfaat bagi diriku? Apakah hal ini bermanfaat bagi semua orang tanpa membeda-bedakan?” Jadi, kuncinya adalah kemanusiaan (humanity). Anda menjadi tidak mudah dihasut. Ibaratnya seperti pohon yang kokoh dengan akar kuat, sehingga tidak mudah digoyahkan angin. Tetapi hal ini juga tidak menjamin 100 persen bahwa kita tidak akan diperalat oleh elit global. Seringkali caranya dalam memperalat kita adalah begitu halusnya, sehingga hampir mustahil bagi kita menyadarinya. Bahkan mungkin saat ini pun saya sedang diperalat tanpa saya sadari. Namun kalau saya diperalat untuk melakukan sesuatu yang mendukung kemanusiaan (humanity), maka saya justru akan menyokongnya dengan sepenuh hati.
.
Tidak ada gunanya melawan elit global. Mereka mempunyai sumber daya yang jauh lebih melimpah. Saya tidak mengajak Anda melawan elit global. Mungkin ada yang membantah dan mengatakan bahwa bila bersatu kita dapat melawan mereka. Ya, barangkali itu benar. Namun bagaimana cara mempersatukan “kita”? Dahulu waktu kita masih duduk di bangku sekolah, mempersatukan satu kelas yang terdiri dari 30 orang saja susah, apalagi hendak menyatukan “kita” yang jumlahnya entah berapa. Daripada berbicara yang muluk-muluk lebih baik dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Setujukah Anda?

Minggu, 06 Mei 2018

DI LEMBAH PARA PENYAIR

DI LEMBAH PARA PENYAIR
.
Ivan Taniputera.
21 April 2018.
.
Di lembah para penyair kuberdiri
Mencerap aneka bunyi
Yang menyulam beragam harmoni
Membaca aneka prasasti
Dipahat para pujangga dulu, kini dan nanti
Bahkan suara angin pun jadi puisi
Syair mengalun dari aliran air sungai
Di lembah para penyair aku masih berdiri
Oh puisi-puisi itu terus menyanyi
Mendayu-dayu tanpa henti
Apakah itu sunyi dan tidak sunyi?
Aneka cita rasa menyala laksana api
Teringat masa lalu terlelap dalam masa kini
Para penyair datang silih berganti
Sepanjang zaman lembah ini ditapaki
Selama itu pula lembah para penyair kan tetap bersemi.