Selasa, 07 September 2010

Dashyatnya Kata Tanya

Dashyatnya Kata Tanya


Ivan Taniputera
7 September 2010

dimuat juga di: ivantaniputera.blogspot.com, untuk artikel lainnya silakan kunjungi blog tersebut.



Kita mengenal ada 6 kata tanya, yakni: APA (WHAT), MENGAPA (WHY), SIAPA (WHO), DI MANA (WHERE), BAGAIMANA (HOW), dan BERAPA (HOW MUCH/ HOW MANY).

Namun jarang di antara kita yang memikirkan bagaimana dashyatnya kata-kata tanya tersebut. Apa yang terjadi jika bahasa umat manusia tidak memiliki kata-kata tanya tersebut? Implikasinya umat manusia tak akan pernah mencapai kemajuan apapun! Mengapa demikian? Kata-kata tanya tersebut mencerminkan keingin-tahuan umat manusia. Dengan adanya kata-kata tanya tersebut umat manusia terdorong untuk "mencari." Pencarian ini tentu saja merupakan tenaga penggerak penemuan di berbagai bidang.

Apa yang terjadi bila Archimedes, Galileo Galilei, Isaac Newton, Thomas Alva Edison, Alber Einstein, Stephen Hawking, dan ilmuwan lainnya tidak memiliki keinginan "bertanya-tanya"? Kita tidak akan memperoleh kemajuan apapun. Berkat rasa ingin tahu mereka, kita dapat menikmati berbagai kemudahan sebagaimana adanya saat ini. Oleh karena itu, jangan remehkan enam kata tanya di atas. Efeknya sungguh dashyat bagi peradaban umat manusia.

Isaac Newton sebagai contoh, menanyakan MENGAPA benda selalu jatuh ke tanah, APA yang mendasari gerakan benda-benda di jagad raya, dan BAGAIMANA hukum-hukum itu bekerja. Sebagai hasilnya, lahirlah karya berjudul "Principia" yang menjelaskan mengenai mekanika gerak benda. Teori Newton ini lalu dikembangkan lagi oleh para ilmuwan berikutnya sehingga mencetuskan Teori Relativitas yang tersohor itu. Edward Jenner, Alexander Fleming, Robert Koch, Louis Pasteur, dan tokoh-tokoh yang berjasa dalam bidang kedokteran lainnya senantiasa bertanya-tanya BAGAIMANA meningkatkan kualitas kesehatan umat manusia, sehingga mereka dapat hidup lebih baik.

Selanjutnya kita jangan mengabaikan pula ilmu pengetahuan sosial (social science). Ya! Ilmu pengetahuan sosial adalah juga sains. Kita pernah mendengar tokoh bernama Heinrich Schielemann yang menemukan reruntuhan kota Troya. Padahal sementara itu, keberadaan Troya dianggap rekan sezamannya sebagai mitos belaka. Ia bertanya-tanya APAKAH Troya sungguh-sungguh ada? DI MANA letaknya? SIAPAkah Raja Agammenon? Penemuannya itu memperkaya pula peradaban manusia dengan menghadirkan lagi kejayaan beserta keindahan masa lalu.

Oleh karena itu, kita perlu meneladani para pencari tahu kebenaran ilmiah di atas. Dengan bersenjatakan enam kata tanya, kita hendaknya senantiasa mengembangkan semangat ingin tahu ke arah positif. Barulah sains dan kemajuan yang positif bagi umat manusia dapat terus dikembangkan. Salah satu bahaya yang nyata adalah bila umat manusia kehilangan rasa ingin tahunya dan berhenti bertanya-tanya. Kata tanya akan menjadi penghias literatur klasik saja karena telah ditinggalkan penggunaannya. Hasilnya adalah suatu kemacetan dalam perkembangan peradaban dan sangat mungkin memusnahkan umat manusia itu sendiri. Marilah kita jadikan enam kata tanya sebagai mantra kita sehari-hari. Bertanya-tanyalah sebelum bertanya itu dilarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar