Senin, 23 Desember 2013

BUKU TENTANG PETUNJUK LATIHAN SPIRITUAL DAN KEBATINAN UNTUK KEBAHAGIAAN

BUKU TENTANG PETUNJUK LATIHAN SPIRITUAL DAN KEBATINAN UNTUK KEBAHAGIAAN

Ivan Taniputera
23 Desember 2013


Judul: Petundjuk Djalan Bahagia
Pada sampul terdapat keterangan:
"Terdjemahan dari sebagian buku-buku Paul Brunton: A Search in Secret India, the Secret Path dan the Inner Reality."
Disiarkan oleh Harian "Sin Min" Semarang, Desember 1953.
Jumlah halaman: 96.

Sesuai denga keterangan pada sampulnya buku ini membahas mengenai kebatinan dan bagaimana cara bermeditasi:

"Satu petundjuk bagi orang jang mempunjai minat untuk mempeladjari peladjaran kebathinan, dan bagaimana tjaranja bermeditasi. Tjara tersebut telah diselaraskan bagi penghidupan kita dalam abad ke 20 ini."

Pada bagian Pengantar Kata dapat kita baca sebagai berikut:

"Dalam djaman dimana nampak semakin banjaknja orang2 jang seolah-olah telah kehilangan atau tidak mempunjai pegangan dalam hidupnja, saja rasa tidak ada buruknja untuk menjadjikan suatu peladjaran Kebathinan guna menutup kekurangan itu dan jang dapat memberikan tuntunan dalam usaha kita untuk mengendalikan dan mengenal diri sendiri.
Sebagai buah dari peladjaran itu, kita akan memperoleh ketenteraman bathin jang akan terlihat dalam perobahan sikap lahir kita, sehingga kita dapat menjesuaikan diri dan dengan tenang menghadapi segala sesuatu dalam penghidupan kita sehari-hari..."

Pada halaman 3, terdapat bab berjudul "Maha Guru" yang dibuka dengan dialog sebagai berikut:

"Guru, saja telah mempeladjadi filsafat2 kita dan pengetahuan2 Barat, hidup dan bekerdja antara rakjat dari kota2 jang padat, merasakan kesenangan mereka dan membiarkan diriku terdjirat dalam angan2 mereka jang muluk."
"Tetapi sajapun telah pergi ketempat-tempat jang sunji untuk bermeditasi disana. Saja telah bertanja kepada orang2 jang berilmu dari Barat; sekarang saja berpaling ke Timur. Saja mentjari sinar jang terang kedjalan Ketuhanan."
Maharishee menganggukkan kepalanja, seperti djuga hendak berkata: "Ja, saja sungguh-sungguh mengerti."
"Saja telah mendengar banjak anggapan2, banjak theorie2 masuk ketelingaku....."

Pada halaman 4 disebutkan:

"Maharishee landjutkan: "Kenalilah dulu "AKU" itu, dan nanti kau akan mengetahui kebenaran (truth)!"

Pada halaman 7 disebutkan:

"Semua machluk manusia selalu ingin kebahagiaan, jang tidak dinodakan dengan kesedihan. Mereka kepingin dapat kebahagiaan, jang tidak akan berachir. Instinct itu aseli. Tapi apa kau pernah menduga oleh kenjataan bahwa mereka paling tjinta diri mereka sendiri?"

Pada halaman 49 disebutkan:

"Napas adalah kuda dan djiwa adalah penunggangnja," kata orang Tibet. Dari itu keadaan otak tegang dan mengaso, timbul dan tenggelamnja pikiran berhubungan rapat setjara berimbang dengan tjara kita bernapas dan bisa ditilik.

Berminat foto kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.

Minggu, 22 Desember 2013

KEDUDUKAN DAN JABATAN

KEDUDUKAN DAN JABATAN
 
Ivan Taniputera
22 Desember 2013
Bukan sesuatu yang perlu dilekati
Bukan pula sesuatu selamanya perlu dipertahankan
Bukan sesuatu yang membanggakan
Bukan pula sesuatu yang dipamerkan
Bukan ajang mengejar keuntungan
Ia adalah tanggung jawab
Wujud pengabdian bagi sesama
Sudahkah engkau mengabdi
Sesuai dengan kedudukanmu
Kedudukan atau jabatan tidak dibawa mati
Karena itu segera lepaskan
Bila itu saatnya kau tinggalkan.

Senin, 16 Desember 2013

APA YANG ALKITAB KATAKAN BAGI PARA PENIMBUN

APA YANG ALKITAB KATAKAN BAGI PARA PENIMBUN

Ivan Taniputera.
16 Desember 2013



Para penimbun adalah mereka yang dengan sengaja menumpuk suatu jenis komoditas yang menguasai hajat hidup orang banyak dengan harapan:

1.Harganya menjadi naik karena barang komoditas menjadi langka di pasaran.
2.Menjualnya lagi saat barang tersebut naik.

Sebagai contoh adalah adalah sewaktu pemerintah hendak menaikkan harga BBM, maka ada segelintir orang yang menimbun BBM.

Tindakan menimbun barang komoditas ini sangat merugikan orang lain dan perekonomian negara, sehingga pemerintah menjatuhkan sanksi bagi para penimbun. Menimbun barang komoditas yang dibutuhkan orang banyak bukanlah tindakan terpuji dan bahkan sangat hina. Bahkan menimbun BBM jika dilakukan secara amatir sangat berbahaya, karena BBM mudah terbakar. Jika penimbun tidak mengetahui mengenai standar keamanan menyimpan BBM, maka berpeluang menimbulkan bahaya ledakan atau kebakaran.

Ternyata Alkitab juga mengecam tindakan menimbun tersebut. Mari kita baca Amsal 11:26 (LAI, Terjemahan Baru, 1974):

"Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang, tetapi berkat turun di atas kepala orang yang menjual gandum."

Dengan demikian, pada zaman itu juga terdapat kegiatan penimbunan, hanya saja yang umum ditimbun adalah gandum, selaku makanan pokok manusia di masa tersebut. Orang yang menahan gandum dan tidak kunjung menjualnya disebut sebagai terkutuk. Namun orang yang bersedia menjualnya akan memperoleh berkat.

Gandum selaku komoditas yang menguasai hajat hidup orang banyak di zaman itu, bila ditahan akan merusak perekonomian, karena harganya akan meroket. Banyak orang yang tidak sanggup membelinya, sehingga berpotensi menimbulkan kelaparan dan anarki.

Pada zaman kapan pun, penimbunan akan merugikan sesama manusia. Marilah kita perangi tindakan kejahatan penimbunan.

Sabtu, 14 Desember 2013

PENDIDIKAN DI JERMAN TIDAK MENGENAL OSPEK

PENDIDIKAN DI JERMAN TIDAK MENGENAL OSPEK

Ivan Taniputera
15 Desember 2013


Gambar kampus tempat saya dahulu menuntut ilmu.
Sumber gambar (Quelle): http://www.beuth-hochschule.de/fileadmin/bild/schmuck/Studierende_auf_Beuth-Betonkunstwerk.jpg

Ospek merupakan tema yang sedang hangat dibicarakan dewasa ini. Oleh karenanya, di hari Minggu ini saya hendak mengenang masa-masa awal saya kuliah di Jerman. Pendidikan di sana tidak mengenal yang namanya ospek. Secara umum, studi di Jerman langsung diisi dengan perkuliahan biasa, kecuali hari pertama yang hanya berisikan perkenalan. Namun jika tidak hendak mengikutinya pun tidak masalah. Berikut ini adalah pengalaman saya hari pertama kuliah.

Kuliah perdana biasanya dibuka dengan ceramah oleh wakil organisasi mahasiswa (AstA) senior, yang menjelaskan mengenai bagaimana seluk beluk perkuliahan di university of applied science. Yang saya masih ingat adalah dibagikannya gambar kartun perbedaan antara orang yang sanggup bekerja kelompok (team work) dan yang hanya mau bekerja sendirian (single fighter). Dalam kartun tersebut orang yang bekerja sendirian digambarkan sedang berlari di atas air, namun lama kelamaan tenggelam; sedangkan orang yang sanggup bekerja kelompok masih akan sanggup bertahan hingga akhir. Dengan demikian, sedari awal kuliah, sudah ditekankan mengenai pentingnya kerja kelompok.

Selanjutnya diadakan permainan dengan tugas sebagai berikut, namun jika kita tidak mau ikut juga tidak apa-apa:

1.Menghitung jumlah tangga di gedung-gedung yang ada di kampus. Yang saya ingat adalah gedung Beuth dan Gauss. Sebenarnya masih ada kurang lebih tiga gedung lagi yang saya tidak ingat namanya. Sepintas tugas ini memang berat, kita harus mendaki satu bersatu anak tangga, apalagi kalau tingkatnya tinggi. Tetapi sebenarnya tidak demikian, kita hanya perlu menghitung jumlah anak tangga di satu tingkat masing-masing gedung saja dan setelah itu dikalikan dengan jumlah tingkatnya. Ini sebenarnya hanya sarana melatih logika saja, sehingga kita belajar menggunakan otak kita.

2.Meminta cap dari 5 perpustakaan yang ada di kampus. Ini sebenarnya sangat baik, karena kita jadi mengetahui di mana letak seluruh perpustakaan kampus. Terbukti selama kuliah meminjam buku dari perpustakaan amat sangat berguna dan membantu studi saya. Dari masa kuliah empat tahun, saya dapat menyelesaikannya hanya dalam waktu 3,5 tahun atau menghemat satu semester.

Di antara dua tugas itu, saya hanya menyelesaikan yang kedua saja. Setelah itu juga hasilnya tidak begitu dipentingkan. Para mahasiswa baru kembali, berbincang-bincang sebenar, dan kemudian makan siang.

Berikutnya adalah kuliah Matematika I, dosen masuk dan langsung mengatakan bahwa hari itu ia akan memberikan ujian matematika, padahal baru hari pertama kuliah. Para mahasiswa baru langsung mengomel, "huuuu..." Tapi kertas ujian dibagikan juga. Ternyata, soalnya luar biasa sulit, terdapat integral yang rumit-rumit. Saya juga sudah banyak lupa cara-cara mengerjakan integral, karena selama setahun sebelum kuliah saya menghabiskan waktu saya belajar bahasa Jerman. Kami hanya diberi waktu mengerjakan selama 15 menit. Akhirnya di antara sekian soal yang ada (jumlah soalnya saya lupa), saya hanya sanggup mengerjakan satu soal saja, itu pun tidak sempurna. Kemudian setelah hasil ujian dikumpulkan, sang dosen baru berkata, "Yang tadi itu saya bercanda. Ini cuma ujian pura-pura saja. Saya yakin kalian tidak bisa menyelesaikannya, karena ini bahan semester II. Baik cukup sampai di sini saja. Hari ini tidak ada kuliah." Para calon mahasiswa baru banyak yang tertawa, sementara saya merasa bersyukur karena ternyata hanya pura-pura. Saya sudah khawatir kalau tidak lulus.

Demikianlah suasana hari perdana kuliah di University of Applied Science atau yang dalam bahasa Jerman disebut Technische Fachhochschule. Hari kedua dan seterusnya sudah merupakan perkuliahan normal.  Dari sini kita dapat mempelajari bahwa pendidikan di Jerman tidak ada hal yang bertele-tele. Semuanya tepat guna. Tidak ada ospek atau kegiatan yang membuang-buang waktu lainnya. Hari kedua sudah langsung kuliah. Inilah yang harus kita contoh dari pendidikan di Jerman. Ospek harus dihapuskan. Jika bangsa kita ingin maju, maka pendidikan harus tepat guna dan dapat membawa kita menuju bangsa yang sadar serta menguasai sains. Seorang mahasiswa harus benar-benar kuliah bukan bermain-main, barulah dengan demikian kualitas pendidikan di negara kita akan meningkat.

Jika ingin memperbaiki mutu pendidikan barangkali sudah saatnya kita menengok ke Jerman. Pendidikan di sana adalah gratis, karena merupakan wujud hak azasi manusia menuju kehidupan lebih baik. Paling tidak jika belum mampu mengupayakan pendidikan gratis, kita harus mempelajari dan mencoba menerapkan sistim pendidikannya di negara kita. Sudah saatnya bangsa kita bersiap tinggal landas menuju bangsa ilmu pengetahuan di abad ke-21 ini.

Minggu, 08 Desember 2013

BANGKITNYA TEMBOK BESAR

BANGKITNYA TEMBOK BESAR

Ivan Taniputera
8 Desember 2013



Ying Zheng sang raja menatap jumawa
Berbaris rapi para punggawa
Laksana bambu tumbuh menantang angkasa
Mewarisi kemaharajaan nan perkasa
Harimau Qin begitu ia punya nama
Kereta perang berjajar tanpa cela
Siap taklukkan enam kerajaan tanpa sisa
Hasil gemblengan berabad-abad Qin tumbuh jaya
Jatuh bangun tanpa tandingan adanya
Diuji tanpa belas kasihan oleh sang kala
Kini kereta perang Qin berderap maju rodanya
Mengikut pula pasukan berjalan dan berkuda
Enam kerajaan tergilas sirna
Kini Ying Zheng menjadi penguasa tunggal tiada lawannya
Tanpa tunda waktu segera kenakan mahkota Kaisar Pertama
Turunannya kan memerintah selamanya tanpa jeda
Tembok besar diperpanjang sebagai pelindung negara
Monumen yang tak runtuh walau panas dingin menerpa
Dibangun oleh darah, keringat, dan air mata
Lambang persatuan negeri yang utama
Sampai kini Tembok Besar tetap langgeng sentausa

Secercah sejarah dari negeri Tirai Bambu

Selasa, 03 Desember 2013

POHON PENANGGALAN DAN KOSMOLOGI JAWA

POHON PENANGGALAN DAN KOSMOLOGI JAWA

Ivan Taniputera
4 November 2013



Gagasan membuat gambar ini muncul sewaktu saya membaca mengenai Serat Gatoloco. Waktu itu Gatoloco sedang beradu teka teki dengan lima orang dewi dari Padepokan Cemarajamus, yakni Dewi Mlenukgembuk, Dewi Dudulmendut, Dewi Rarabawuk, Dewi Bleweh, dan Dewi Lupitwati. Jika dapat menjawab teka-teki tersebut, Gatoloco boleh menikahi mereka. Adapun teka-teki dari Dewi Mlenukgembuk berbunyi sebagai berikut:

"Terdapat pohon besar, memiliki empat cabang, berdaun dua belas, hanya memiliki dua buah saja. Pohon itu kemudian bercabang delapan. Bunganya tak terhitung jumlahnya"

Jawabannya, pohon besar tersebut melambangkan jagad raya. Empat cabang melambangkan empat arah mata angin utama: utara, selatan, barat, timur. Dua belas daun melambangkan nama-nama bulan Jawa. Dua buah itu melambangkan rembulan beserta matahari. Selanjutnya delapan cabang melambangkan delapan nama tahun Jawa. Bunga yang tak terhitung jumlahnya melambangkan bintang-bintang.

Dengan demikian, sebenarnya gambar pohon besar tadi hendak mengajarkan mengenai konsep penanggalan dan kosmologi Jawa.

Nama bulan-bulan Jawa adalah:

1.Sura
2.Sapar
3.Mulud
4.Bakda Mulud
5.Jumadilawal
6.Jumadilakir
7.Rejeb
8.Ruwah
9.Pasa
10.Sawal
11.Dulkangidah
12.Dulkahijjah

Nama tahun-tahun Jawa adalah:

1.Alip
2.Ehe
3.Jimawal
4.Je
5.Dal
6.Be
7.Wawu
8.Jimakhir

Untuk artikel-artikel menarik lainnya silakan bergabung dengan https://www.facebook.com/groups/339499392807581/

Minggu, 01 Desember 2013

FILSAFAT BIJI

FILSAFAT BIJI

Ivan Taniputera
1 Desember 2013



Seseorang sedang makan buah kesayangannya. Tiba-tiba giginya terantuk pada biji yang berada dalam buah tersebut. Bijinya itu jika tergigit rasanya pahit dan mudah menyelip di sela-sela gigi. Sungguh tidak nyaman dan tidak menyenangkan. Orang yang senang menikmati buah kesayangannya itu berpikir seandainya setiap buah di dunia ini tidak ada bijinya. Dengan demikian, orang tersebut telah membenci biji.

Namun jika direnungkan lebih seksama, jika tidak ada biji, maka di masa mendatang orang itu tidak akan dapat menikmati buah kesayangannya lagi. Biji mutlak perlu demi keberlangsungan buah kesayangannya. Tidak ada biji tidak ada lagi buah kesayangannya.

Banyak orang hanya menyukai hal yang indah-indah dan menyenangkan saja. Mereka berniat menyingkirkan segenap hal yang tak menyenangkan. Namun mereka tidak menyadari bahwa hal itu mustahil. Mereka tidak memahami bahwa baik hal yang menyenangkan mau pun tidak menyenangkan itu adalah suatu bagian tak terpisahkan satu sama lain. Tiada satu bagian dapat hadir tanpa bagian lainnya. Bila mengerti kenyataan ini orang tersebut akan menyadari bahwa keberadaan biji adalah sesuatu yang alami, tanpa memendam perasaan apa pun. Memang sudah alaminya demikian.

Sudah menjadi hakikat hidup ini mengandung hal-hal yang tidak memuaskan. Memang demikianlah kondisi alaminya.

Semoga dapat menjadi bahan renungan yang bermanfaat.

Minggu, 17 November 2013

BENARKAH BULAN MENJALANI GERAKAN MELINGKAR?

BENARKAH BULAN MENJALANI GERAKAN MELINGKAR?

Ivan Taniputera
17 November 2013

Benarkah Bulan menjalani gerakan melingkar? Jika kita menjadikan Bumi sebagai kerangka acuan yang diam, maka memang demikian halnya. Namun apabila kita mengganti kerangka acuannya, maka gerakan melingkar tadi akan lenyap dan berganti dengan jalur pergerakan berwujud lain (tidak lagi melingkar), sebagaimana yang nampak pada gambar di bawah ini:


Gambar di atas adalah sketsa kasar bagi sistim pergerakan tiga benda. Benda A umpamakanlah sebagai Matahari. Benda B boleh diumpamakan sebagai bumi. Benda C boleh diumpamakan sebagai bulan. Benda C bergerak mengelilingi benda B. Sedangkan benda B dan C bersama-sama bergerak mengelilingi benda A. Nampak bahwa bila benda A dijadikan sebagai kerangka acuan yang diam, maka gerak melingkar benda C akan menjadi lenyap. Jalur gerakannya akan membentuk sebuah kurva baru yang tidak melingkar sama sekali. Begitu pula, jika jalur pergerakan Bulan diamati dari Matahari, maka tiada lagi gerak melingkar; sehingga ditinjau dari Matahari, Bulan tidak mengelilingi Bumi.

Namun pada kenyataannya, Matahari sendiri tidaklah diam karena bergerak mengelilingi pusat galaksi Bima Sakti. Oleh karenanya, jika ditinjau dari pusat galaksi Bima Sakti, maka akan tampak jalur pergerakan Bulan yang jauh berbeda. Pusat galaksi Bima Sakti sendiri nampaknya juga tidak diam dan bergerak mengelilingi suatu pusat yang lain. Jikalau kita menjadikannya sebagai kerangka acuan, kembali kita akan menjumpai sebuah jalur pergerakan yang berbeda. Demikian berlaku seterusnya. Setiap kita mengganti kerangka acuannya, kita akan mendapati jalur pergerakan yang berbeda.

Berdasarkan fakta ini, selama kita belum menjelajahi serta memahami keseluruhan sistim yang ada, kita hendaknya tidak mengklaim sesuatu sebagai kebenaran pamungkas; karena bila ditinjau dari suatu kerangka acuan lain, kebenaran itu kemungkinan besar akan tampil sebagai sesuatu yang sama sekali berbeda. Kebenaran pamungkas sejati adalah kemampuan mengenali seluruh tampilan berdasarkan kerangka acuan berbeda-beda itu sebagaimana adanya. Tanpa terperangkap dengan menganggapnya sebagai satu-satunya kebenaran.

Jumat, 15 November 2013

BOSS YANG MAU MENANG SENDIRI

BOSS YANG MAU MENANG SENDIRI

Ivan Taniputera
15 November



Seorang kawan pernah bercerita bahwa bertahun-tahun yang lalu, ia pernah mengikuti wawancara lamaran pekerjaan. Setelah mendiskusikan mengenai kemampuannya, sang boss mengatakan bahwa ia bisa segera mulai bekerja. Kawan saya lalu menanyakan mengenai berapa besar gaji yang diterimanya. Tetapi sang boss malah kurang senang dan mengatakan, "Kamu belum bekerja sudah menanyakan mengenai uang. Yang penting adalah bekerja dahulu dengan keras. Uang masalah belakangan. Nanti saja kalau kamu sudah membuktikan kemampuanmu baru kita membicarakan hal tersebut." Ini adalah boss yang mau menang sendiri dan kata-katanya mengandung kesalahan fatal. Di manakah letak kesalahan fatal tersebut? Marilah kita imajinasikan babakan berikut ini, yakni saat sang boss berhadapan dengan pelanggannya yang hendak memesan banyak barang darinya.

Pelanggan: Baik, kapan barangnya bisa siap?
Boss: Kurang lebih tiga bulan lagi.
Pelanggan: Baik, kami setuju.
Boss: Harganya secara keseluruhan adalah Rp. 50.000.000,00.
Pelanggan: Kurang ajar! Barangnya belum siap sudah membicarakan mengenai uang. Yang penting adalah hasil produksinya dahulu. Uang masalah belakangan. Nanti kalau Anda sudah membuktikan kualitas produksi Anda baru kita membicarakan hal ini."

Nah, jika ia sungguh-sungguh mengalami peristiwa semacam itu, baru ia akan kena batunya. Jika sang boss konsekuen dengan perkataannya, maka ia tidak akan membicarakan mengenai harga barang yang harus dibayar pelanggannya. Bukankah barangnya masih siap tiga bulan lagi? Dalam kehidupan dan dunia kerja, masalah hak dan kewajiban sudah harus dibicarakan sebelumnya dengan jelas. Menanyakan mengenai berapa besar hak yang akan kita terima bukanlah sesuatu yang tabu. Jika seorang boss marah-marah ketika calon karyawan menanyakan hal itu, maka ada yang tidak beres dengannya.

Menanyakan mengenai berapa besar gaji yang akan diterima tidaklah sama dengan meminta uang, karena itu baru sekedar pertanyaan. Sang boss hanya perlu menjawab pertanyaan tersebut dan tidak mengeluarkan uang sepeser pun.

Entah pada zaman sekarang masih ada boss seperti ini atau tidak. Namun yang pasti sudah bukan zamannya lagi berlaku seperti itu.

Semoga bermanfaat bagi yang baru lulus dan sedang mempersiapkan wawancara lamaran pekerjaan.

Senin, 28 Oktober 2013

SUMPAH PEMUDA SEBUAH RENUNGAN

SUMPAH PEMUDA SEBUAH RENUNGAN

Ivan Taniputera
28 Oktober 2013



Delapan puluh lima tahun yang lalu lahirlah tonggak kebangsaan Indonesia. Para pemuda waktu itu selaku kaum intelektual bangsa Indonesia mengikrarkan satu tanah air, bahasa, dan bangsa. Peristiwa tersebut merupakan tonggak perjalanan penting sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Kini delapan puluh lima tahun kemudian, cita cita tersebut belum selesai.

Kita masih perlu mewujudkan tanah air Indonesia yang bebas kemiskinan, korupsi, dan penindasan. Pemerintah harus mampu mewujudkan pendidikan dan layanan kesehatan gratis bagi seluruh masyarakat Indonesia, karena mendapatkan pendidikan dan layanan kesehatan merupakan pula hak azasi bagi seluruh rakyat Indonesia. Pendidikan dan layanan kesehatan yang baik bukan hanya milik kaum mampu atau kaya saja, melainkan hak seluruh rakyat Indonesia secara khusus dan umat manusia pada umumnya. Kehidupan yang layak harus menjadi hak seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana cita-cita para bapak bangsa dahulu. Itulah sebabnya, pendidikan dan layanan kesehatan gratis hendaknya menjadi sasaran utama kepedulian pemerintah dewasa ini.

Pemerintah harus mampu melindungi tanah air ini dari inflasi, karena inflasi berarti pemiskinan rakyat Indonesia. Pemerintah perlu memiliki program ekonomi yang kuat dan bermanfaat demi menahan kenaikan arus inflasi. Satu hal lagi yang sangat penting adalah adanya program serius dalam menghilangkan korupsi dari tanah air Indonesia. Kita memerlukan satu tanah air Indonesia yang bebas korupsi. Kita perlu mengembangkan toleransi nol bagi korupsi. Satu kasus korupsi sekali pun sudah terlalu banyak. Kita perlu mempertanyakan semangat nasionalisme seorang koruptor.

Delapan puluh lima tahun yang lalu, para pemuda kita yang berasal dari beragam suku dan agama telah mengikrarkan satu bangsa, yakni bangsa Indonesia. Ini berarti bahwa meskipun seseorang bersuku apa pun dan beragama apa pun, ia adalah satu bangsa, yakni bangsa Indonesia. Entah ia umat Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, agama tradisional, atau aliran kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa, semuanya adalah bangsa Indonesia. Para bapak bangsa dahulu ingin menciptakan tanah air dan bangsa bagi semua agama, bukan hanya negara bagi satu agama saja.

Itulah sebabnya kekerasan atas dasar agama sangat bertentangan dengan jiwa Sumpah Pemuda. Kekerasan atau penganiayaan pada umat beragama lain yang sebangsa adalah ibaratnya tangan kanan kita mengiris tangan kiri kita. Akibatnya rasa sakit itu akan terpulang pada diri kita sendiri secara keseluruhan. Oleh sebab itu, marilah kita kembangkan semangat toleransi beragama yang bebas kekerasan. Indonesia bukan hanya milih satu umat beragama saja. Itulah hal penting yang patut diingat.

Para pemuda delapan puluh lima tahun yang lalu, dengan bangga menyatakan bahasa Indonesia sebagai bahasanya. Kini apakah kebanggaan itu masih ada? Dalam tataran praktisnya, saya hendak menyarankan adanya perbaikan dalam metoda pengajaran bahasa Indonesia. Metoda pengajaran bahasa Indonesia harus senantiasa segar dan menarik, sehingga dapat membangkitkan minat siswa. Pengajaran jangan hanya menitik beratkan pada teori dan hafalan semata, melainkan harus menyentuh seluruh aspek kehidupan. Pemerintah juga perlu menunjang kemajuan bahasa dan sastra Indonesia.

Demikianlah renungan kita pada hari yang berbagia ini.
Selamat hari Sumpat Pemuda.
Salam Nusantara Agung!

Minggu, 06 Oktober 2013

HIKAYAT BABAD NEGERI GEMAH RIPAH LOH JINAWI

HIKAYAT BABAD NEGERI GEMAH RIPAH LOH JINAWI

Ivan Taniputera
6 Oktober 2013


Mohon ampun hamba haturkan
Hamba yang bodoh bukan karuan
Beranikan diri untai kata untai cerita
Mengenai hikayat suatu negeri  nun di sana

Negeri nan dulu gemah ripah loh jinawi
Padi menggantung berurai-urai
Laksana emas nan permai
Menarik sukma tenteramkan hati

Hasil samudera raya tak usah dikata
Ikan udang kepiting aneka warna
Berenang riang tiada berhingga
Dipanen tiada habis hingga berjuta warsa

Perut bumi cadangkan aneka tambang
Besi perak tembaga apalagi emas tiada bimbang
Belum lagi batu bara minyak bumi bagaikan bintang
Nikel aluminium dan jenis logam banyak memang

Budaya aneka warna sungguh kaya
Dari barat ke timur penuh warna
Bahasa juga berbeda tiada sama
Adat dan budaya tidak kurang nuansanya

Bangsa dari segala penjuru
Datang tiada henti tiada capai
Perahu mendarat berlabuh sambil lalu
Siapakah dapat membilang ini

Rempah-rempah berkah dan petaka
Konon di suatu masa
Datanglah bangsa dari arah terbenam sang surya
Dengan armada dagangnya

Merampas kekayaan rempah tanpa sangsi
Memonopoli dan menguasai sungguh ngeri
Melawan sang penjajah timbul tanpa henti
Hingga sang angkara hengkang pergi

Harusnya sang negeri bisa berdaulat kembali
Meniti jembatas emas gilang gemilang
Kemakmuran harusnya dapat dicapai
Berlimpah sudahlah pasti pangan dan sandang

Namun sayang sungguh disayang
Negeri gemah ripah loh jinawi ini
Didera korupsi bukang alang kepalang
Semua berjuang demi perut sendiri

Siapakah yang peduli nasib warga
Jeritan rakyat tiada didengar lagi
Yang penting kaya lagi jumawa
Rakyat dipikir nanti nanti

Para pemimpin nun di atas sana
Pada bicara sendiri-sendiri
Seperti tidur di atas dipan empuk merona
Sudah nyaman di tengah mimpi

Negeri gemah ripah loh jinawi ini
Jadi layaknya orang sakit
Bagaikan harimau tanpa taring dan gigi
Duduk meringkuk seperti punggung bukit

Perpecahan mulai melanda negeri
Laksana telur yang terpecah belah
Karna etnis dan agama jadi bertikai-tikai
Padahal rugilah sama semua tiada menang tiada kalah

Musuh musuh negeri pada tersenyum penuh girang
Menyaksikan keruwetan tiada tara
Inilah yang kami tunggu-tunggu berlaksa petang
Menanti kesempatan mencuri negeri

Kapankah negeri ini bisa bangkit berjaya
Hamba yang bodoh juga tiada pandangan
Pengetahuan hamba tiada punya
Hanya sanggup untai hikayat tanpa makna

Hamba tak lagi panjangkan cerita
Tanggal enam bulan sepuluh hari ini
Tahun dua nol tiga belas memetik pena
Semoga sejahtera senantiasa negeri ini.

Sabtu, 05 Oktober 2013

SANG DALANG

SANG DALANG

Ivan Taniputera
6 Oktober 2013

Duhai sang dalang selamat pagi
Kau selalu ada di balik tiap konspirasi
Kau rancang segala tanpa kecuali
Goncang sana goncang sini
Sambil bersiul tralala tralili
Senang rancanganmu berhasil jadi
Girang bergoyang bagai lompat tali
Duhai sang dalang apa kabarmu ini hari
Mengapa dikau tak berbaik hati
Rancang yang baik saja tanpa henti
Jangan biarkan tangan kotormu menari nari
Melainkan tabur bahagia pada bumi
Sehingga semua sejahtera tak terperi.

Kamis, 03 Oktober 2013

BELAJAR KIMIA LAGI:APAKAH VOLUMENYA TETAP?

BELAJAR KIMIA LAGI: APAKAH VOLUMENYA TETAP?

Ivan Taniputera
3 Oktober 2013




Marilah kita cermati pertanyaan berikut. Misalkan ada cairan A sebanyak 2 liter, direaksikan dengan cairan B sebanyak 3 liter, sehingga membentuk senyawa misalnya A2B. Pertanyaannya apakah senyawa A2B itu volumenya akan menjadi 5 liter?

Jawabnya adalah tidak. Volumenya akan menyusut kurang dari 5 liter. Mengapa demikian?

Silakan berhatikan gambar ini,



Butiran-butiran berwarna kuning mewakili molekul-molekul zat A
Butiran-butiran berwarna biru mewakili molekul-molekul zat B

Sementara itu pada zat A2B, maka nampak bahwa molekul-molekul zat A dapat menyelip di antara molekul-molekul zat B. Oleh karenanya, volumenya pasti akan kurang dari 5 liter.

Namun massa zat adalah tetap. Sebagai contoh zat A sebanyak 2 kg  direaksikan zat B sebanyak 3 kg, maka zat A2B yang dihasilkan adalah pasti 5 kg.

Itulah sebabnya terdapat hukum kekekalan massa, tetapi tidak ada hukum kekalan volume.


Jumat, 27 September 2013

KELINCI BAJU UNGU TIDAK MAU DIPIMPIN KELINCI BAJU ORANYE

KELINCI BAJU UNGU TIDAK MAU DIPIMPIN KELINCI BAJU ORANYE

Ivan Taniputera
26 September 2013



Alkisah di sebuah hutan terdapat desa Kelinci. Desa tersebut dihuni oleh dua golongan kelinci, yakni kelinci baju ungu dan kelinci baju oranye. Adapun yang mayoritas adalah kelinci baju ungu. Suatu kali Baginda Singa sang raja rimba hendak mengangkat kepala atau pemimpin bagi desa Kelinci. Setelah melalui serangkaian ujian yang ketat, seekor kelinci dari golongan baju oranye terpilih sebagai kepala desa. Kendati demikian, setelah kelinci baju oranye menjadi kepala desa, ada sekelompok kelinci baju ungu yang menolak kepemimpinan sang kelinci baju oranye. Mereka beralasan dikarenakan mayoritas desa itu dihuni oleh kelinci baju ungu, maka sudah sepantasnya yang menjadi pemimpin berasal dari kalangan kelinci baju ungu pula.

Demi mendongkel sang kelinci baju oranye, mereka tiada henti-hentinya berdemo, bahkan hingga ke istana Baginda Singa. Namun Baginda Singa yang bijaksana tetap pada keputusannya. Ia mengatakan bahwa semuanya sudah sesuai dengan aturan Undang-undang Rimba tentang pemilihan kepala desa. Siapa yang lulus ujian maka ia yang diangkat sebagai kepala desa. Baginda Singa menambahkan bahwa jika peraturan dilanggar atau tidak dipatuhi, maka seluruh hutan berpeluang mengalami kekacauan. Oleh karenanya, peraturan harus dijunjung melebihi segala-galanya. Bahkan Baginda Singa pun bisa dihukum jika melanggar peraturan. Setelah mendengar keputusan raja mereka itu, para kelinci baju ungu bubar dan dapat memahami alasan Baginda Singa. Semenjak saat itu, sang kelinci baju oranye dapat menjalankan kepemimpinannya dengan baik.

Demikianlah sekelumit kisah mengenai sebuah hutan yang dipimpin oleh Baginda Singa yang bijaksana. Pada mulanya saya berpendapat bahwa sebaiknya kelinci baju oranye mundur saja. Jika kelinci baju oranye tidak mundur maka kedua belah pihak akan menderita. Kelinci baju oranye menderita caci maki dan ancaman dari sekelompok kelinci baju ungu. Sedangkan sekelompok kelinci baju ungu itu juga tak menyukai kepemimpinan kelinci baju oranye.  Jadi saya awalnya berpendapat bahwa kelinci baju oranye sebaiknya mundur saja dan diadakan ujian ulang. Namun ternyata saya sadar bahwa pendapat saya itu sangat keliru. Saya telah membuat kekeliruan yang fatal dengan berpendapat seperti itu.

Saya sekarang sangat setuju dengan kebijaksanaan Baginda Singa. Peraturan memang harus dijunjung melebihi segalanya. Adanya pelanggaran atau penyimpangan kecil akhirnya akan membuka pada penyimpangan lebih besar. Lagipula desa kelinci bukan hanya milik kelinci baju ungu saja, kendati mereka mayoritas. Bahkan kelinci baju oranye juga selayaknya diberi kesempatan berpartisipasi bila ia dipandang mampu. Hutan rimba itu adalah milik siapa saja yang berdiam di dalamnya. Karenanya, tiada satu kelompok atau golongan pun boleh diberi keistimewaan dengan menentang peraturan. Demikianlah, saya memuji kebijaksanaan Baginda Singa.  Semoga Baginda Singa selalu dapat memimpin dengan baik dan bijaksana.

Kamis, 01 Agustus 2013

DUA MACAM CARA DALAM MENGHADAPI HAWA NAFSU KEINGINAN

DUA MACAM CARA DALAM MENGHADAPI HAWA NAFSU KEINGINAN

Ivan Taniputera
1 Agustus 2013





Saya terdorong menulis mengenai renungan ini sewaktu teringat mengenai kisah Odyseus dalam mitologi Yunani. Konon Odyseus beserta rombongannya mendekati pulau yang dihuni peri-peri Siren. Konon suara peri-peri ini sangat merdunya, sehingga sanggup memikat para pelaut mendekati pulau yang mereka huni. Setelah mereka turun ke pulau, maka peri-peri tersebut akan menyantap mereka.

Odyseus lantas memerintahkan agar para anak buahnya menyumbat telinga mereka rapat-rapat, agar tak dapat mendengar suara peri-peri Siren. Namun Odyseus sendiri merasa penasaran dan ingin mendengarkan suara para peri tersebut. Oleh karenanya, ia lantas memerintahkan anak buahnya agar merantai dirinya kuat-kuat di kapal. Ia mengatakan bahwa seberapa kuat dirinya meronta, agar jangan dilepaskan dari tiang, sampai jaraknya cukup jauh dari pulau yang dihuni para peri Siren.

Perintah itupun dilaksanakan. Para anak buahnya tenang saja sewaktu mendekati pulau yang dihuni para peri Siren, karena mereka memang tak mendengar apapun. Sedangkan Odyseus yang diikat pada tiang berusaha meronta-ronta karena terpikat oleh nyanyian peri Siren. Ia ingin melepaskan dirinya dan jika mungkin berenang di laut menuju pulau tersebut. Namun rantai berhasil mengikatnya kuat-kuat, sehingga ia tak sampai menjadi santapan para peri Siren.

Apakah makna kisah di atas dari sudut pengendalian diri?

Orang-orang yang masih belum dapat mengendalikan dirinya, maka lebih baik ia menjauhkan atau mengalihkan panca indranya dari sumber-sumber hawa nafsu keinginan. Jika tidak, maka dengan mudah ia akan terseret olehnya dan menuju kehancuran dirinya. Ini dilambangkan dengan para anak buah kapal yang menutup pintu indriya pendengarannya agar tak terpikat oleh nyanyian para peri Siren.

Sebaliknya, seseorang boleh menyaksikan segenap kesenangan duniawi tersebut, asalkan memiliki pengendalian diri yang kuat. Adapun pengendalian diri yang kuat ini dapat dicapai dengan tiga hal; yakni:

1.Disiplin moralitas (shila)
2.Pemusatan pikiran yang baik (samadhi)
3.Kebijaksanaan (panna)

Meskipun saya menulis padanan katanya dalam bahasa Pali. Namun tulisan ini sebenarnya tidak ditujukan pada penganut agama tertentu saja, melainkan berlaku secara universal.

Dengan memiliki pengendalian diri yang kuat, seseorang dapat menyaksikan segenap sumber hawa nafsu keinginan duniawi tersebut, namun tak terseret olehnya. Ia dapat melihat hakikat segenap sumber hawa nafsu keinginan tersebut.

Namun, jika kita belum sanggup, maka lebih baik kita menjauhkan diri darinya. Saya akan mengambil contoh diri saya sendiri. Saya masih mudah marah, oleh karenanya saya berupaya menjauhkan diri dari sumber-sumber kemarahan tersebut. Saya menghindari sumber-sumber yang sekiranya dapat menjadi sumber kemarahan saya.

Demikian, semoga dapat menjadi bahan perenungan yang bermanfaat.

Apakah Tintin Pernah Melewati Selat Malaka?

Apakah Tintin Pernah Melewati Selat Malaka?

Ivan Taniputera
1 Agustus 2013


Pertanyaan ini barangkali menarik bagi mereka yang menggemari Tintin. Jika memang benar Tintin pernah melewati Selat Malaka, maka pada komik yang mana? Jawabannya adalah pada komik "Lotus Biru." Waktu itu Tintin mengadakan perjalanan dari India (setelah menemui Maharaja) ke Shanghai dengan menumpang kapal.



Sumber: bloggingtintin.wordpress.com

Jika mengadakan perjalanan kapal dari India ke China, tentunya harus melalui Selat Malaka dengan perkiraan rute perjalanan sebagai berikut:



Di China, Tintin bertemu dengan Mr. Mitsuhirato. Latar belakang komik ini adalah sekitar tahun 1930-an, karena terdapat peledakan rel kereta api oleh komplotan Mr. Mitsuhirato, dimana ini mengacu pada peledakan rel kereta api di Manchuria oleh Jepang, selaku awal pendudukan Jepang di Manchuria.

Demikian, mari kita bernostalgia dengan serial Tintin.

Rabu, 31 Juli 2013

KETIKA SATU DITAMBAH SATU TAK LAGI DUA

KETIKA SATU DITAMBAH SATU TAK LAGI DUA


Ivan Taniputera.
31 Juli 2013

Ketika satu ditambah satu tak lagi dua
Kau telah pungkiri hati nuranimu
Dengan seribu janji kami memilihmu
Karna suara kami
Engkau dapatkan kursi nun di atas sana
Tergoda seribu gelimang kemewahan
Berbaur seribu jumawa
Tapi kini kau palingkan muka
Kau belakangi kami
Yang dulu beri suara bagimu
Kau ambil uang kami
Ketika satu ditambah satu tak lagi dua
Kau buang idealismemu dulu
Demi seribu lembar uang
Apakah itu cukup adanya
Tuk pengganti hati nuranimu dulu?

Untuk sahabat-sahabatku: Mari kita ciptakan iklim yang "bersih" jasmani dan rohani.

TEGAR

TEGAR

Ivan Taniputera
31 Juli 2013

Tetap tegar menentang badai
Tiada gentar tiada mundur
Maju semangat tiada patah
Badai menggulung
Menjelma aneka wujud penuh ngeri
Bayangan masa mendatang
Tapi itupun belum terjadi
Hanya sosok seram dalam angan
Badai itupun cuma bayang-bayang
Tiada kekal tiada dapat digenggam
Hanya permainan pikiran
Tiada henti mengalir timbul tenggelam
Terus maju menuju pantai seberang
Nan gilang gemilang.

Untuk para sahabatku: Janganlah patah semangat. Terus berjuang pasti akan berhasil.

Minggu, 28 Juli 2013

SERIAL MATEMATIKA ITU MENYENANGKAN: MISTERI USIA DAN NOMOR HP ANDA

SERIAL MATEMATIKA ITU MENYENANGKAN: MISTERI USIA DAN NOMOR HP ANDA

Ivan Taniputera
29 Juli 2013



Saya baru saja menemukan status sebagai berikut dari teman (dikutip dengan perubahan seperlunya):


1. Kalikan angka terakhir nomor handphone Anda dengan 2.
2. Tambahkan hasilnya dengan 5.
3. Kalikan hasil pada nomor 2 dengan 50.
4. Tambahkan hasilnya dengan 1763.
5. Kurangi hasilnya dengan tahun kelahiran Anda.
6. Anda akan mendapatkan bilangan dengan tiga digit. Angka ratusannya adalah angka terakhir nomor handphone Anda. Dua angka berikutnya (ratusan dan puluhannya)  adalah umur Anda.

Contoh:

Misalnya nomor handphone Anda adalah 08xxxxxxx3, maka angka terakhirnya adalah 3, dikalikan 2 hasilnya adalah 6. Ditambah 5 menjadi 11. Jika dikalikan 50 menjadi 550. Hasilnya ditambah 1763. Jadi 550 + 1763 = 2313. Misalnya lahir pada tahun 1980, maka 2313-1980 = 333.

Sangat tepat sekali. Angka terakhir nomor handphone Anda adalah 3 dan umur Anda adalah 33.

Bagaimana rahasianya?

Mudah, kita dapat memecahkannya dengan aljabar.

Pertama-tama susun persamaan matematikanya terlebih dahulu

((X . 2) + 5) . 50 = 100 X +250, dengan X adalah angka terakhir nomor handphone Anda.
Lalu 100 X + 250 + 1763 - Y = 100 X + 2013 - Y.
Jadi jika disusun persamaan matematikan kita mengetahui bahwa sebenarnya Anda hanya mengalikan angka terakhir nomor handphone Anda dengan 100.
Rahasianya ada di mana? X adalah angka terakhir hp Anda, dengan mengalikan seratus, maka angka itu akan menjadi ratusan. Misalnya angka terakhir hp Anda adalah 3, dikali 100 menjadi 300. 2013 adalah tahun saat ini, dikurangi tahun kelahiran Anda, ya jelas akan menjadi umur Anda saat ini. Misalnya 2013-1980 = 33. 300 + 33 adalah 333.

Terpecahkan sudah berkat matematika.

Sabtu, 06 Juli 2013

ASAP YANG MENGGANGGU

ASAP YANG MENGGANGGU

Ivan Taniputera
26 Juni 2013






[Semua nama dan tokoh dalam kisah ini adalah fiktif, jika ada kesamaan nama atau riwayat, maka itu hanyalah kebetulan belaka].

Alkisah Pak Indar, Simo, dan Malyanto tinggal bertetangga. Kebetulan Pak Indar memiliki kebun luas yang belum dimanfaatkan. Pak Simo dan Malyanto mendapat ide menyewa kebun Pak Indar guna diberdayakan menjadi peternakan ayam. Tetapi karena di kebun Pak Indar banyak terdapat pohon dan semak-semak, maka untuk membersihkannya diperlukan waktu lama, sedangkan Pak Simo dan Malyanto sudah tak sabar lagi. Oleh karenanya, mereka mendapat gagasan agar pepohonan di kebun Pak Indar dibakar saja agar cepat bersih, padahal ini adalah tindakan yang terlarang dan berbahaya.

Meskipun demikian, Pak Simo dan Malyanto tidak peduli. Ia tetap menyuruh anak buahnya membakar pepohonan. Sementara itu, Pak Indar hanya menatap saja tanpa dapat melakukan sesuatu. Pambakaran pohon dan semak akhirnya tetap dilakukan.

Namun mereka tidak memperhitungkan bahwa angin saat itu justru sedang bertiup ke arah rumah Pak Simo dan Malyanto. Akibatnya asap pembakaran pohon membuat Pak Simo dan Malyanto sekeluarga sesak nafas. Mereka lantas berteriak-teriak dan protes.

Menurut Anda siapakah yang bersalah?

Kamis, 04 Juli 2013

ANAK-ANAK,MOBIL, MOBIL-MOBILAN, DAN DEMOKRASI

ANAK-ANAK, MOBIL, MOBIL-MOBILAN, DAN DEMOKRASI

Ivan Taniputera.
5 Juli 2013

Barangkali pembaca akan bingung membaca judul di atas. Nampaknya seolah-olah tidak ada hubungannya. Namun silakan baca terus artikel ini. Seorang ayah memiliki anak berumur 4 tahun yang gemar bermain mobil-mobilan. Anak itu mengoleksi ribuan mainan mobil-mobilan. Suatu kali timbul pikiran dalam benak sang ayah membelikan anaknya mobil sungguhan yang bagus. Sang ayah beranggapan bahwa jika dibelikan mobil sungguhan tentu anaknya akan jauh lebih bahagia ketimbang memiliki sekedar mobil mainan. Kedua, sang ayah juga berangan-angan,anaknya kelak akan cepat pandai mengemudikan mobil, jika dihadiahi mobil sungguhan.

Demikianlah, sang ayah membelikan anaknya mobil sungguhan keluaran terbaru yang sangat mahal dan mewah. Pertama-tama sang anak terkagum-kagum dengan mobil sungguhan tersebut. Namun setelah beberapa lama, anak itu meninggalkan mobil sungguhannya dan kembali pada mobil mainannya. Mengapa demikian? Sang anak berkata bahwa mobil sungguhan itu membosankan karena tidak dapat dipakai bermain-main. Bagi sang anak mobil mainan lebih menyenangkan.

Ilustrasi di atas jika kita renungkan akan mengajarkan kita banyak hal mengenai demokrasi. Pertama-tama, sang anak belum dapat mengemudikan mobil, sehingga ia belum mengetahui manfaat mobil yang sebenarnya. Jikalau ia sudah dewasa dan dapat mengemudikan mobil serta mengetahui fasilitas-fasilitas atau kenyamanan mobil super mewah tersebut, pasti ia tidak mau kembali pada mobil mainannya. Begitu pula dengan demokrasi. Agar transisi menuju masyarakat demokratis dapat berjalan, diperlukan banyak prasyarat. Salah satunya adalah tingkat pendidikan dan wawasan masyarakat yang maju. Ini adalah salah satu saja di antara sekian banyak prasyarat dan bukanlah penentu.

Masyarakat Jerman memilih rezim non-demokratis menjelang PD II dan meruntuhkan demokrasi, padahal tingkat pendidikan di sana sudah baik. Selain itu, rezim tersebut juga didukung oleh serangkaian "cendekiawan dan ilmuwan Jerman". Mereka adalah juga orang-orang yang berpendidikan tinggi. Jadi tingkat pendidikan masyarakat yang tinggi bukan satu-satunya penentu bagi tumbuh dan berkembangnya demokrasi. Kondisi perekomian yang luar biasa terpuruk pada masa itu memunculkan pula rezim kiri maupun kanan anti demokrasi. Pendidikan masyarakat yang tinggi itu perlu, tetapi kalau faktor-faktor lain tak mendukung, maka demokrasi juga akan runtuh. Sebagaimana halnya sang anak yang kembali pada mobil-mobil mainannya.

Kedua, dengan memiliki mobil diharapkan agar sang anak dapat cepat mahir mengemudikan mobil. Ini juga pandangan yang keliru. Tidak ada hubungan antara memiliki mobil dan kepandaian mengemudi. Jika orang yang memiliki mobil dapat otomatis mengemudikan mobil, maka tidak perlu orang belajar mengemudi. Tak ada korelasi langsung antara keduanya. Begitu pula, demokrasi tidak muncul serta merta karena pendidikan yang tinggi. Sebaliknya demokrasi tidak dapat pula memunculkan tingkat pendidikan yang tinggi. Karena keduanya tidak berkorelasi secara langsung.

Demikian renungan hari ini. Semoga bermanfaat.

Rabu, 05 Juni 2013

DALAM ARUS SEJARAH

DALAM ARUS SEJARAH

Ivan Taniputera.
7 Juni 2013



 



Sorak gempita sang zaman
Menapak biduk germerlap semesta
Tiada henti berputar aneka masa
Menyerukan belukar peristiwa
Pada panggung seluas dunia
Tokoh pasang dan surut
Naik turun panggung
Ada lakon dan penjahat
Atau bukan kedua-duanya
Penonton sekaligus pemain
Manakah yang bukan panggung
Terlupa ditelan kedalaman waktu
Seolah tiada berpintu
Tiada asa kembali
Waktu pulang sudah tiada
Gulungan sejarah nan maju
Tinggalkan catatan buku usang
Membawa kilasan dari zaman lampau
Mengidungkan balada para pahlawan
Hari ini kan jadi kemarin
Surut masuki gerbang masa lalu
Tapi peristiwa kan selalu ada
Tuk menghiasi panggung sejarah

Mari kita sama-sama belajar sejarah para sobatku penggemar sejarah.


Minggu, 02 Juni 2013

INILAH RAHASIA MENDAPATKAN BERKAH DAN KEBERUNTUNGAN DALAM HIDUPMU


INILAH RAHASIA MENDAPATKAN BERKAH DAN KEBERUNTUNGAN DALAM HIDUPMU

Ivan Taniputera
2 Juni 2013



Sebelumnya saya perlu mengatakan bahwa saya menulis ini sama sekali bukan untuk bahan perdebatan, melainkan sebagai renungan. Apabila Anda menganggapnya baik, maka terimalah. Namun, jika Anda menganggapnya buruk, tinggalkanlah. Apa yang saya sampaikan di sini bukan hanya ditujukan bagi agama tertentu saja, melainkan bagi semua orang yang ingin mendapatkan kehidupan penuh keberuntungan terlepas dari agama apapun dianutnya. Marilah kita hindarkan diri dari segenap sekat-sekat yang membelenggu diri kita. Marilah kita mengembangkan cinta kasih dan persaudaraan antar sesama manusia, tanpa membeda-bedakan apapun agamanya. Semua manusia hanya ingin hidup bahagia dan bebas dari penderitaan. Selamat membaca.

Kalau kita menanyakan, "Siapakah yang ingin mendapatkan keberuntungan dalam hidupnya?" Tentu sebagian besar orang akan mengacungkan tangannya. Sebagian besar orang di muka bumi ini pasti mendambakan nasib baik dan keberuntungan dalam hidupnya. Namun, terkadang seseorang tidak mendapatkan apa yang didambakannya. Mereka lalu mulai menyalahkan Tuhan, Dewa, Buddha, Bodhisattva, Makhluk Suci, Tian, dan lain sebagainya. Mereka mengatakan bahwa Tuhan, Dewa, Buddha, Bodhisattva, Makhluk Suci, Tian dan lain sebagainya "tidak adil." Di sini kita menuntut "keadilan" dari mereka. Terkadang kita merasa iri melihat keberhasilan orang lain, dan kita menuduh Tuhan, Dewa, Buddha, Bodhisattva, Tian, atau Makhluk Suci "tidak adil." Kita telah bekerja keras melebihi orang lain, tetapi mengapa kita tidak sukses seperti mereka? Kita lantas menuntut "keadilan" dari para makhluk suci.

Sebelumnya, saya akan mengajukan sebuah pertanyaan pada Anda, jikalau kertas dan batu dijatuhkan dari ketinggian yang sama, manakah yang tiba di tanah terlebih dahulu? Berdasarkan pengalaman saya, sebagian besar orang pada mulanya akan menjawab batu. Ternyata hal itu tidak benar. Batu dan kertas akan jatuh di tanah pada saat yang sama, karena waktu keduanya menyentuh tanah tidak bergantung pada massa atau beratnya. Pertanyaan berikutnya, berat manakah 1 kg besi dan 1 kg kapas? Banyak orang menjawab lebih berat 1 kg besi. Jawaban ini juga keliru, karena 1 kg besi dan 1 kg kapas tentu saja beratnya adalah sama, karena sama-sama 1 kg. Berdasarkan kisah ini, kita mengetahui bahwa apa yang menurut standar logika kita, kita pikir benar, berdasarkan standar "yang lebih tinggi atau lebih benar" belum tentu demikian. Kita mungkin saja salah dalam menilai sesuatu.

Kita merasa para Makhluk Suci tidak adil, karena menilai diri kita sendiri "layak" menerima sesuatu yang saat itu belum kita miliki. Tetapi  semua itu kita pandang dari sudut pemikiran kita sendiri yang belum tentu benar. Saat berdoa pada Tuhan, Buddha, atau Bodhisattva, kita akan berteriak dan memohon keadilan, padahal "layak dan tidak layak" bukanlah kita yang menentukan. Banyak hal-hal eksternal yang menentukan "kelayakan" tersebut, walaupun kita selalu merasa bahwa kita "layak menerimanya."

Lalu apakah yang seharusnya kita lakukan? Saat berdoa kita jangan memohon "keadilan," melainkan kita memohon "anugerah." Apakah yang dimaksud anugerah tersebut? Mari cermatilah ceritera berikut ini. Seorang prajurit berbuat kelalaian sehingga ia dijatuhi hukuman mati. Ibu prajurit itu lantas menghadap Kaisar Napoleon Bonaparte guna memohon ampun bagi anaknya. Ia memohon "anugerah" kaisar. Kaisar menjawab, "Betapa beraninya engkau meminta pengampunan bagi anakmu!" Ibu itu menjawab, "Benar Yang Mulia, saya tahu bahwa anak saya tidak layak menerimanya pengampunan. Ia telah melakukan kesalahanan besar. Saya sungguh-sungguh tahu bahwa ia tidak layak. Namun yang saya minta adalah "anugerah." "Anugerah" adalah sesuatu yang diberikan pada seseorang meskipun ia tak layak menerimanya." Singkat cerita, kaisar merasa tergerak oleh perkataan ibu itu dan membebaskan anaknya dari hukuman mati.

Berdasarkan ceritera di atas, maka kita akan lebih mengetahui mengenai makna sebuah "anugerah." Kita barangkali tidak layak menerima sesuatu yang menyenangkan dalam hidup kita. Namun dengan memohon anugerah, maka kita memohon belas kasih pada Tuhan, Buddha, Bodhisattva, atau Makhluk Suci, agar sudi memberikan "anugerah" pada diri kita yang tak layak ini. Kita berdoa dengan penuh kerendahan hati, bukan kesombongan, karena sesungguhnya kita semua ini hanyalah makhluk-makhluk hina yang tidak layak. Tetapi kita memohon anugerah Mereka agar mengasihani kita yang hina ini. Jika kita sanggup berdoa seperti ini, maka berkah keberuntungan akan mengalir dalam hidup kita.

Demikianlah semoga tulisan ini dapat mendatangkan manfaat bagi kita sebagai bahan perenungan. Semoga kita semua mendapatkan anugerah keberuntungan dan kebahagiaan.

Minggu, 19 Mei 2013

PANDANGAN EKSTRIM

PANDANGAN EKSTRIM

Ivan taniputera
18 Mei 2013



Di dunia selalu terdapat dua sisi pandangan ekstrim. Termasuk dalam hal penerapan aturan atau moralitas. Sisi ekstrim yang satu adalah penerapan aturan secara penuh, tanpa ada boleh ada pelanggaran sedikitpun. Istilah "satu kesalahan sudah terlalu banyak." Contohnya pernah saya lihat di Jerman. Orang yang tidak punya tiket tidak boleh naik kereta dan kalau kedapatan naik kereta tanpa tiket harus diturunkan. Waktu itu ada suatu pengungsi dari salah satu negara di semenanjung Balkan yang dilanda perang. Orang itu tidak punya uang membeli tiket, tetapi karena mungkin ada keperluan mendesak dia tetap naik kereta. Waktu ada pemeriksaan, dia dipaksa turun karena tidak dapat menunjukkan tiket. Orang itu tidak jelas bilang apa, karena saya tidak paham bahasanya dia, dimana orang itu nampaknya tidak bisa atau tidak begitu fasih berbahasa Jerman. Yang pasti dia kelihatannya menangis dan memohon dengan sangat agar jangan diturunkan. Penampilan orang itu nampak kusut dan memperlihatkan dia miskin. Sebenarnya harga tiket kereta untuk standar orang Jerman tidaklah mahal. Namun orang itu adalah pengungsi dari negara perang, yang mungkin saja dia kehilangan segalanya. Orang Jerman tidak peduli. Hukum adalah hukum. Peraturan adalah peraturan. Singkat cerita orang itu diseret turun. Tidak ada belas kasihan. Aturan harus ditegakkan. Tidak boleh ada pelanggaran walau satu sekalipun.

Beberapa belas tahun kemudian, saya berada di sebuah restoran yang jelas sekali memaparkan tanda dilarang merokok. Saya melihat beberapa orang di sana dengan nikmat menyedot rokoknya dan mengepulkan asapnya. Bukan hanya satu pelanggaran, melainkan banyak pelanggaran.

Manusia mudah sekali berada pada sisi-sisi ekstrim ini. Susah sekali bagi kita agar senantiasa berada di "jalan tengah." Kendati mudah dikatakan tetapi susah dilaksanakan. Berapa banyak dalam hidup kita, kita benar-benar sanggup berada di "tengah." Mungkin belum sekalipun.

Sebagai penutup, saya sarankan membaca sebuah kisah perumpamaan. Terdapat sebuah tempat yang dipenuhi oleh penderitaan, kengerian, penyakit, dan kematian. Sementara itu, di seberang sana terdapat kota kegemilangan yang bebas dari segenap penderitaan. Meskipun demikian, jalan ke sana sungguh sangat sempit dan di samping kiri beserta kanannya terdapat jurang menganga. Jika Anda pergi sendiri ke sana akan mudah sekali jatuh baik ke kiri maupun kanannya. Nah, apakah kita pernah menertawakan orang lain karena jatuh ke jurang? Padahal tak lama pula kita terjatuh ke jurang yang sama. Jurang-jurang itu adalah perlambang "pandangan ekstrim." Semoga bermanfaat sebagai renungan.

Rabu, 08 Mei 2013

BUKU APA GADGET?

BUKU APA GADGET?

Ivan Taniputera
9 Mei 2013

Aneh sekali. Ada orang bilang buku Rp. 150.000 mahal, tetapi buat beli gadget yang harganya jutaan dikatakan tidak mahal. Padahal gadget paling hanya beberapa tahun sudah ketinggalan atau sebentar saja akan bosan. Tetapi, pengetahuan yang ada dalam buku akan dimiliki seumur hidup. Pada orang-orang semacam itu, saya tidak menaruh rasa kasihan. Saya saja tidak punya gadget mahal; telepon seluler saya saja harganya hanya Rp. 150.000-an. Kalau saya lebih memilih buku, karena buku adalah jendela pengetahuan.

Berikut ini adalah gambar telepon seluler murah meriah yang telah menemani dan sangat bermanfaat bagiku selama ini. Yang memberikan manfaat bagiku selama ini bukanlah gadget-gadget mahal yang tak kupunyai, melainkan telepon seluler ini. 








Oleh karena itu, saya sangat heran, mengapa beli buku nampaknya sangat berat, padahal manfaatnya bisa dirasakan seumur hidup; sedangkan di tangannya tergenggam sebuah gadget berharga jutaan. Fenomena apakah ini? Marilah kita renungkan bersama.

Sabtu, 30 Maret 2013

KEHILANGAN SERATUS DOLLAR

KEHILANGAN SERATUS DOLLAR



Diterjemahkan oleh Ivan Taniputera
31 Maret 2013

Saya mendapatkan kisah berbahasa Jerman yang menarik ini. Kisah unik ini dapat menjadi bahan renungan bagi kita semua. Saya menerjemahkan kisah ini juga untuk melatih bahasa Jerman saya. Bagi para peminat bahasa Jerman diharapkan dapat pula memperoleh manfaat dari terjemahan kisah ini.

Sumber kisah: German for Adults, karya Charles Duff dan Paul Stamford, halaman 316:

100 DOLLAR VERLOREN!

KEHILANGAN 100 DOLLAR.

Sie sind Reporter?" fragte der Dollarman.
"Apakah Anda wartawan?" tanya orang [yang punya miliaran Dollar itu].

"Bei der, Sun-Sun Post' " sagte Harper.
"Pada Harian Sun-Sun," jawab Harper.

"Was wollen Sie wissen?"
"Apa yang ingin Anda ketahui?"

Harper überlegte nicht lange.
Harper tidak lama mempertimbangkannya.

"Eigentlich nur eins: Wie sind Sie zu Ihren Millionen gekommen?"
"Sebenarnya hanya satu: Bagaimana Anda mendapatkan kekayaan Anda?"

Der Multimilionär lächelte, musterte sein Gegenüber und sagte: "Ich will Ihnen antworten. Ich bin Millionär geworden, weil ich 100 Dollar verloren habe."
Sang jutawan tertawa, memandang lawan bicaranya dan tertawa, "Saya akan menjawab pertanyaan Anda. Saya menjadi jutawan karena kehilangan 100 Dollar."

Harper stutzte.
Harper tercengang.

"Verloren?"
"Kehilangan?"

"Richtig. Ich war jung wie Sie und Buchhalter bei Mils. Eines Tages drückte mir Mils eine Postanweisung und 100 Dollar in die Hand. Auf dem Wege zur Post verlor ich das Geld. Meine Stellung war in Gefahr. Aber in der Not hat der Mensch di besten Ideen! Die Idee, die ich hatte, bildete Grundstock zu meinen Millionen."
"Benar. Saya masih muda seperti Anda dan menjadi pemegang pembukuan bagi [perusahaan] Milis. Suatu kali saya diperintahkan oleh perusahaan mengirim pos wesel sambil membawa uang sejumlah 100 Dollar. Dalam perjalanan ke kantor pos saya kehilangan uangnya. Pekerjaan saya berada dalam bahaya. Namun di tengah-tengah bahaya tersebut orang biasanya memperoleh gagasan-gagasan terbaik! Gagasan yang saya peroleh menjadi landasan bagi kekayaan saya di masa mendatang." 

"Welche Idee?"
"Gagasan-gagasan yang bagaimanakah?"

"Ich inserierte, Junger Mann, 20 Jahre, ohne Eltern et cetera, hat 100 Dollar verloren und ist, wenn er sie nicht zurückgegen kann, im Begriff, auch seine Stellung zu verlieren. Wer hilft Aermstem?"
"Saya memasang iklan berbunyi: Anak muda berusia 20 tahun, yatim piatu..dan seterusnya, telah menghilangkan uang sejumlah 100 Dollar, dan bila tidak dapat mengembalikannya, ia akan kehilangan pekerjaannya. Siapakah yang bersedia menolong orang paling malang ini?"

Harper fieberte.
Harper bertanya-tanya.

"Und Sie hatten Erfolg? Sie bekamen die 100 Dollar?"
"Dan apakah Anda berhasil?" Apakah Anda mendapatkan 100 Dollarnya?"

"Hundert? Am nächtsten Tag hätte ich 682 Zuschriften und 1269 Dollar 40 Cent. Ich gab die Postanweisung auf, brachte Mils den Abschnitt, und machte mich selbständig. Reiste kreuz und quer durch die Staaten. Inserierte in allen Zeitungen. Der Erfolg riß nicht ab. Mit dem Geld, daß ich erwarb, kaufte ich eine Fabrik. So fing ich an."

"[Cuma] seratus? Keesokan harinya saya menerima 682 surat balasan dan 1269 Dollar 40 Sen. Saya mengirimkan wesel posnya, memberikan resinya pada Mils, dan keluar dari pekerjaan. Saya berkelana di berbagai negara bagian. Memasang iklan di seluruh surat kabar. Keberhasilannya tidak pernah pudar. Dengan uang yang saya kumpulkan, saya membeli sebuah pabrik. Demikianlah saya mengawali usaha saya."

"Interessant" sagte Harper.
"Menarik sekali," kata Harper.

***

Als der Multimilionär am Tage darauf die "Sun-Sun Post" aufschlug, konnte er keinen Artikel über sich finden. Staat dessen entdeckte er in den Anzeigen splaten eine Annonce mit der Ueberschrift: "100 Dollar verloren!" Der Text war sein Text.
Sewaktu sang jutawan keesokan harinya membuka Harian Sun-Sun, ia tidak dapat menemukan artikel tentangnya. Sebagai gantinya di kolom iklan baris, ia menjumpai iklan dengan judul "Kehilangan 100 Dollar!" Isinya adalah seperti yang disampaikannya [pada sang wartawan].

Harper aber saß in seinem New Yorker möblierten Zimmer und wartete auf den Erflog seines Inserates.
Sedangkan Harper duduk-duduk di kamar berperabotnya yang berada di New York serta menunggu hasil iklannya.


Am vierten Tag kam ein Brief. Und das war alles, was Harper an Zuschriften auf sein Inserat erhielt.
Pada hari keempat tibalah sepucuk surat, dan itu adalah satu-satunya surat balasan yang Harper terima sebagai hasil pemasangan iklannya.

Der Brief stammte von dem Multimilionär. Er lautete folgendermaßen: "Ich bin sicher, daß Sie keinen Erfolg haben werden. Denn Sie haben drei Fehler gemacht. Der erste Fehler ist, daß Sie mit der Idee eines andern Geld machen wollen-man muß eigene Ideen haben! Ihr zweiter Fehler: Sie haben nicht einkalkuliert, daß die Welt sich ständig ändert-heutzutage gibt es keine Menschen mit Mitleid mehr! Der dritte Fehler aber ist der schlimmste: Sie haben kein Talent! Sonst hätten Sie wissen müssen, daß kein Millionär einem Reporter verrät, wie er zu einem Geld gekommen ist, und daß man durch einen Job allein nie zu Millionen kommt!-Man muß nämlich auch einen Kopf haben!"

Von Manfred Thomas, from: WOCHENEND. Nürnberg (1956).

Surat itu berasal dari sang jutawan, yang berbunyi sebagai berikut: "Saya yakin bahwa tidak mendapatkan hasil apa-apa. Karena Anda telah melakukan tiga kesalahan. Kesalahan pertama adalah Anda meniru gagasan orang lain dalam menghasilkan uang-kita harus menciptakan gagasannya sendiri! Kesalahan kedua: Anda tidak memperhitungkan bahwa dunia itu senantiasa berubah-dewasa ini tiada lagi orang yang kesusahan! Kesalahan ketiga adalah yang terburuk: Anda tidak memiliki kebijaksanaan! Jika tidak Anda pastilah telah mengetahui, bahwa tiada jutawan yang membocorkan bagaimana ia mendapatkan uangnya pada seorang wartawan, dan hanya dari satu jenis pekerjaan saja tidak mungkin orang menjadi jutawan! Orang harus memiliki otak!"

Karya Manfred Thomas, dimuat dalam majalah Wochenend. Nuernberg (1956).


Demikianlah cerita yang sangat menarik tersebut. Kisah di atas dapat memberikan kita beberapa pelajaran. Yang pertama adalah kita harus memiliki kreatifitas dan tidak semata-mata membajak atau meniru gagasan orang lain. Dengan kata lain, kita harus semantiasa memiliki gagasan-gagasan segar. Meniru tanpa mengetahui bagaimana landasan yang bekerja di balik semua gagasan tersebut akan membuahkan kegagalan.

Pelajaran kedua adalah kita harus menyadari bahwa dunia itu senantiasa berubah dan tiadayang kekal. Dengan demikian, gagasan yang sekiranya berhasil di masa lalu belum tentu dapat diterapkan di masa sekarang.

Pelajaran ketiga adalah kita hendaknya menggunakan akal kita. Apabila ingin meraih keberhasilan yang besar, kita hendaknya mengupayakan berbagai cara dan mempelajari banyak hal. Demikian, semoga bermanfaat.

Sumber gambar ilustrasi: www.niffylux.com.

Senin, 18 Maret 2013

Ikan dan Daratan

IKAN DAN DARATAN

Ivan Taniputera
18 Maret 2013




Seekor ikan yang belum pernah mengunjungi daratan ingin tahu seperti apakah daratan itu. Jika kita menjelaskan pada ikan tersebut, maka segenap penjelasan mengenai daratan yang kita berikan akan berupaya dimaknai oleh ikan ke dalam terminologi  khas "lautan" sebagaimana dipahami ikan. Bila kita mengatakan bahwa daratan adalah tempat yang kering, ikan mula-mula akan berupaya memahami daratan sebagai "tempat yang tidak ada airnya seperti di lautan." Namun akhirnya ikan hanya dapat memaknai kering secara intelektual saja, yakni "tempat yang tiada airnya." Namun bagaimana sebenarnya "kering" itu, ikan tak akan sanggup memahaminya dengan benar, karena dalam seumur hidupnya jika belum pernah meninggalkan lautan, mustahil baginya sungguh-sungguh memahami apakah "kering" itu. Tentunya ikan tak pernah hidup dalam "kekeringan." Kata "kering" atau "tidak ada air" tentunya tak akan sanggup mewakili kering yang sebenarnya. Dengan kata lain, ikan tak akan pernah memperoleh pemahaman sejati mengenai daratan, jika ia belum pernah mengalami daratan itu sendiri. Segenap penjelasan dalam bentuk terminologi pada akhirnya hanya akan berhenti pada tataran intelektualitas semata.

Anehnya, ikan tersebut mulai berdebat dengan kawan-kawannya sesama ikan mengenai daratan. Padahal mereka juga sama-sama belum pernah melihat daratan. Masing-masing membela diri bahwa pemahamannya mengenai daratan itulah yang paling benar.Tapi jika ditanya, apakah sudah pernah melihat daratan. Mereka akan menjawab serentak bahwa daratan belum pernah mereka saksikan.

Tentu saja, ikan-ikan di atas adalah sekedar ilustrasi. Pertanyaannya, apakah kita sebagai manusia pernah mengalami atau bertindak dan bertingkah laku seperti ikan-ikan pada ilustrasi di atas? Marilah kita sama-sama merenungkannya.

Semoga bermanfaat.

Minggu, 24 Februari 2013

RADEN PRUMPUNG DIGANTUNG DI POHON BERINGIN


RADEN PRUMPUNG DIGANTUNG DI POHON BERINGIN

Ivan Taniputera
23 Februari 2013



Alkisah terdapat negeri makmur gemar ripah dan loh jinawi bernama Kerajaan Karanggeni. Rakyat hidup tentram dan sejahtera di bawah pemerintahan Baginda Raja Karangwarman. Namun keadaan mulai berubah setelah Raden Prumpung diangkat sebagai mahapatih. Pelayanan terhadap masyarakat mulai mengalami kemerosotan. Rakyat tidak lagi merasa puas. Selain itu, ada desas desus bahwa kekayaan Mahapatih Raden Prumpung justru semakin meningkat drastis. Perbendarahaan hartanya makin melimpah, melebihi gajinya yang wajar. Baginda Karangwarman mendengar keluhan rakyatnya dan menanyai mahapatihnya, "Wahai Raden Prumpung, keadaan layanan masyarakat kita makin merosot. Juga terdengar kabar bahwa kekayaanmu meningkat drastis secara misterius. Apakah engkau yakin mendapatkan kekayaan itu dengan jujur?" Mahapatih menjawab, "Ampun beribu ampun, tuanku raja. Segenap kekayaan itu hamba peroleh dengan halal. Lagipula itu hanya desas desus saja. Mengenai keluhan rakyat hamba akan mencoba mencari informasi. Jikalau benar hamba melakukan korupsi, maka hamba bersedia digantung di pohon beringin yang terletak pada alun-alun negeri kita." Sang raja kalau belum memiliki bukti cukup hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja.

Anehnya, perbendaharaan kerajaan juga semakin menyusut tanpa perincian yang jelas. Ketika ditanya mengenai pengeluaran kerajaan, Mahapatih selalu menjawab bahwa semua itu diperuntukkan demi kesejahteraan rakyat. Pangeran Setiawarman juga merasa prihatin terhadap hal itu. Ia lantas memiliki gagasan dan memanggil pengawal kepercayaannya, Candikamulya. Berkatalah sang pangeran, "Candikamulya! Malam ini masuklah engkau ke perbendaharaan kerajaan dan tandailah setiap keping mata uang emasnya dengan tanda khusus yang tidak kelihatan mencolok." Candikamulya bertanya, "Untuk apa Pangeran?" Pangeran menjawab, "Engkau tak perlu bertanya dulu, wahai pengawalku. Nanti engkau akan tahu. Candikamulya menjalankan yang diperintahkan pangerannya.

Keesokan harinya, Raden Prumpung menghadap raja dan menyampaikan gagasannya membangun sebuah pesanggrahan bagi para prajurit kerajaan. Raja bertanya, "Ide yang bagus, Mahapatih! Berapakah biaya yang engkau butuhkan?" Raden Prumpung menjawab, "Lima juta keping uang emas, Baginda." Raja sejenak terkejut, "Mengapa semahal itu?" Raden Prumpung menjawab, "Benar Yang Mulia, agar supaya hasilnya bagus. Kebetulan hamba sudah membicarakannya dengan juru bangunan dari negeri antah berantah." Raja ingin bertanya lagi, tetapi Pangeran Setiawarman yang juga hadir memberi isyarat agar ayahnya menyetujui saja apa yang disampaikan Raden Prumpung. Raja hanya berkata, "Pergunakan uang itu dengan jujur, wahai Raden Prumpung, karena uang tersebut adalah uang rakyat juga yang telah bekerja keras membanting tulang. Pergunakanlah bagi kesejahteraan mereka." Raden Prumpung menjawab, "Baik. Yang Mulia! Jika hamba korupsi sedikit saja uang ini, hamba bersedia digantung di pohon beringin keramat di alun-alun kerajaan kita."

Beberapa hari kemudian, Pangeran Setiawarman memanggil kembali Candikamulya, "Engkau masuklah secara diam-diam ke perbendaharaan kekayaan Raden Prumpung dan lihatlah apakah uang yang telah engkau tandai itu ada di sana." Dengan berbekalkan ilmu kanuragan yang tinggi, Candikamulya melesat ke arah rumah dinas mahapatih dan tentunya memasuki perbendaharaan milik Raden Prumpung bukan hal sulit baginya. Ternyata benar, uang emas yang ditandai itu ada di sana. Candikamulya melaporkan hasil temuannya pada Pangeran Setiawarman. Sang pangeran lalu memberitahu ayahnya mengenai hal itu. Persidangan digelar. Pada mulanya, Raden Prumpung masih menyangkal dan mengulangi untuk ketiga kalinya bahwa jika menggelapkan uang negara ia bersedia digantung di pohon beringin keramat di alun-alun kerajaan. Namun raja memerintahkan penggeledahan dan menemukan uang negara tersebut.

Raden Prumpung menjadi pucat pasi dan menangis tersedu-sedu. Ia teringat akan keluarganya. Namun, demi menjaga wibawa kerajaan hukuman harus dilaksanakan. Raden Prumpung siap digantung di pohon beringin sesuai sumpahnya sendiri. Tiba-tiba muncul Resi Gendhari yang terkenal arif bijaksana. Ia berkata, "Harta kekayaan memang sanggup menyilaukan batin manusia. Dikarenakan kebencian, keserakahan, dan kebodohan, manusia mengalami penderitaan. Kini karena keserakahan Raden Prumpung jatuh dalam penderitaan. Namun kita, bangsa Karanggeni adalah bangsa yang pemaaf. Agar wibawa kerajaan tidak runtuh dan sumpah Raden Prumpung tetap terlaksana, aku mengusulkan sebagai berikut. Agar "Raden Prumpung" tetap digantung, maka tuliskanlah namanya pada sebilah papan dan gantungkan pada pohon beringin keramat. Ini dapat menjadi peringatan bagi semua orang. Dengan begitu, "Raden Prumpung" toh tetap digantung juga. Kendati demikian, Raden Prumpung tetap harus dijatuhi hukuman yang setimpal. Ia harus mendekam di penjara dalam waktu lama. Seluruh kekayaannya disita oleh negara dan keluarganya harus hidup sederhana. Setelah bebas dari penjara, Raden Prumpung masih harus mengikuti terapi pembebasan dari kebencian, keserakahan, dan kebodohan di sepanjang sisa hidupnya. Apakah Baginda Raja setuju dengan hal ini?"

Baginda raja menyetujui hal itu dan melaksanakan seperti yang dikatakan Resi Gendhari. Candikamulya diangkat sebagai mahapatih baru menggantikan Raden Prumpung dan semenjak itu kerajaan menjadi makmur kembali seperti sedia kala.

Catatan: Semua nama-nama tokoh di atas adalah fiksi. Jika ada kesamaan nama maka itu adalah kebetulan belaka.

Apakah makna kisah ini?

Kamis, 14 Februari 2013

VEGETARIAN?-TELAAH KRITIS TERHADAP SEBUAH SLOGAN


VEGETARIAN ? - TELAAH KRITIS TERHADAP SEBUAH SLOGAN

Ivan Taniputera
14 Februari 2013




Tadi siang sekitar pukul 12:30, saya menjumpai sebuah slogan yang isinya cukup menggelitik Agar tidak menyinggung pihak-pihak tertentu atau melakukan pelanggaran hak cipta, maka slogannya saya gambar ulang dengan sedikit mengubah susunan kata-katanya. Meskipun demikian, pesan yang hendak disampaikan adalah sama. Agar tidak terjadi kesalah-pahaman, saya perlu menjelaskan bahwa saya tidak mendukung atau menentang vegetarianisme. Setiap orang hendaknya diberi kebebasan menjalankan agama dan kepercayaannya masing-masing. Apa yang hendak saya kritisi adalah isi slogan di atas.

Pertama-tama marilah kita perhatikan baris berbunyi: "Tiga perlima (3/5) lahan pertanian di dunia dipergunakan bagi peternakan." Jika kita renungkan baik-baik, maka kalimat di atas mengandung kejanggalan dan kesalahan logika. Jika dipergunakan bagi peternakan, maka namanya bukan lagi pertanian, tetapi "peternakan." Karenanya kalimat di atas mengandung kesalahan logika. Lahan pertanian tidak mungkin dipergunakan untuk peternakan. Jika ada lahan yang dipergunakan bagi peternakan, namanya jelas adalah lahan peternakan-bukan pertanian! Sama mustahilnya dengan mengatakan "lahan pertanian yang dipergunakan bagi bengkel." Jelas sekali kalau dipergunakan bagi kegiatan perbengkelan, namanya bukan lagi pertanian, tetapi... bengkel! Selain itu, perlu pula diketahui bahwa kegiatan peternakan adalah penunjang bagi pertanian, karena peternakan menghasilkan pupuk yang sanggup menyuburkan tanah. Hewan ternak dapat dipergunakan membajak sawah. Dengan demikian, peternakan dan pertanian adalah sesuatu yang saling menunjang.

Kedua, dikatakan bahwa 48 persen air bersih diberikan bagi hewan ternak. Masalahnya adalah hewan ternak itu cukup minum air seadanya, misalnya air sungai. Juga air sisa-sisa yang dipergunakan manusia. Apakah ada hewan ternak yang diberi minum air mineral atau air minum dalam kemasan? Apakah para peternak memasak dulu air minum bagi hewan ternak mereka?

Ketiga, disebutkan dalam slogan di atas bahwa makanan yang diberikan pada hewan ternak dapat mengenyangkan 9 milyar orang. Tetapi patut diingat bahwa hewan ternak makan ampas atau sisa makanan yang telah dikonsumsi manusia. Anda tidak akan memberi sapi atau ayam Anda makanan berupa soto, rawon, sate, kare, nasi goreng, dan lain sebagainya. Apa yang dimakan oleh hewan ternak tidak dapat dimakan lagi oleh manusia, kecuali ada manusia yang bersedia makan ampas atau dedak. Dengan demikian, ungkapan bahwa makanan yang diberikan pada ternak dapat mengenyangkan 9 milyar orang adalah tidak masuk akal.

Keempat, disebutkan bahwa masih ada 2 milyar orang yang menderita kelaparan. Saya tidak mengatakan statistik ini benar atau salah. Namun jika melihat kaitannya, seolah-olah kelaparan terjadi karena makanan itu diberikan pada hewan ternak. Perlu kita ketahui bahwa penyebab utama kelaparan itu ada bermacam-macam. Salah satunya adalah peperangan dan rezim yang kejam, jahat, rakus, dan serakah. Peperangan kesukuan yang kerap berkecamuk di Afrika terjadi karena masing-masing pihak didukung oleh kekuatan-kekuatan negara adidaya. Negara-negara adikuasa itu berkepentingan mengatur peperangan agar pengaruh mereka semakin tertanam dan industri senjata mereka mengalami kemajuan. Selain itu, rezim dan diktaktor penindas yang bercokol di suatu negara juga kerap didukung pula oleh negara-negara adidaya. Oleh karenanya, seandainya setiap orang bervegetarian sekalipun, tanpa upaya nyata menghentikan kejahatan di atas, tetap saja kelaparan akan tetap ada. Kelaparan bisa terjadi karena pertambahan populasi penduduk yang melebihi daya dukung penyediaan pangan. Semuanya perlu ada keseimbangan.

Kelima, disebutkan setiap empat detik seorang anak mati kelaparan. Ini sudah disinggung pada poin keempat. Kelaparan adalah sesuatu yang kompleks. Uang untuk perlombaan senjata di negara-negara adikuasa, seharusnya dapat dipergunakan menolong orang yang kelaparan. Dengan demikian, lebih penting membicarakan mengenai perdamaian dunia dan perlucutan senjata, ketimbang mempermasalahan makanan atau minuman ternak. Jika seseorang tidak ingin setiap tiga detik seorang anak mati kelaparan, maka ia harus memiliki keberanian menyuarakan humanisme dengan menentang diktaktor dan rezim yang serakah.

Saya tidak menentang vegetarian. Jikalau vegetarian dapat dipergunakan melatih cinta kasih pada semua makhluk, maka tentunya sangat baik dan bermanfaat. Kendati demikian, ajaran yang baik juga harus diungkapkan dengan alasan tepat dan bukannya asal-asalan, apalagi berlandaskan kekeliruan logika. Analoginya adalah air dan pipa. Air yang bersih jika disalurkan melalui pipa yang kotor, tidak lagi menjadi air bersih. Air kotor jika disalurkan melalui pipa yang kotor juga tidak dapat menjadi air bersih. Apalagi air kotor disalurkan melalui pipa yang kotor. Yang tepat adalah air bersih disalurkan melalui pipa yang bersih.

Selain itu, seorang vegetaris hendaknya tidak memandang rendah orang yang non vegetaris.

Sebagai penutup terhadap kritikan saya, jika benar menghendaki orang bervegetarian, maka bukankah seharusnya makanan vegetarian dijual dengan harga jauh lebih murah dan porsi mengenyangkan. Jika harganya lebih mahal atau sama dengan makanan non-vegetarian, untuk apa saya membeli makanan vegetarian?

Semoga bermanfaat dan menjadi renungan dengan kepala dingin.