[Semua nama dan tokoh dalam kisah ini adalah fiktif, jika ada kesamaan nama atau riwayat, maka itu hanyalah kebetulan belaka].
Alkisah Pak Indar, Simo, dan Malyanto tinggal bertetangga. Kebetulan
Pak Indar memiliki kebun luas yang belum dimanfaatkan. Pak Simo dan
Malyanto mendapat ide menyewa kebun Pak Indar guna diberdayakan menjadi
peternakan ayam. Tetapi karena di kebun Pak Indar banyak terdapat pohon
dan semak-semak, maka untuk membersihkannya diperlukan waktu lama,
sedangkan Pak Simo dan Malyanto sudah tak sabar lagi. Oleh karenanya,
mereka mendapat gagasan agar pepohonan di kebun Pak Indar dibakar saja
agar cepat bersih, padahal ini adalah tindakan yang terlarang dan
berbahaya.
Meskipun demikian, Pak Simo dan Malyanto tidak peduli. Ia tetap menyuruh anak buahnya membakar pepohonan. Sementara itu, Pak Indar hanya menatap saja tanpa dapat melakukan sesuatu. Pambakaran pohon dan semak akhirnya tetap dilakukan.
Namun mereka tidak memperhitungkan bahwa angin saat itu justru sedang
bertiup ke arah rumah Pak Simo dan Malyanto. Akibatnya asap pembakaran
pohon membuat Pak Simo dan Malyanto sekeluarga sesak nafas. Mereka
lantas berteriak-teriak dan protes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar