Rabu, 31 Juli 2013

KETIKA SATU DITAMBAH SATU TAK LAGI DUA

KETIKA SATU DITAMBAH SATU TAK LAGI DUA


Ivan Taniputera.
31 Juli 2013

Ketika satu ditambah satu tak lagi dua
Kau telah pungkiri hati nuranimu
Dengan seribu janji kami memilihmu
Karna suara kami
Engkau dapatkan kursi nun di atas sana
Tergoda seribu gelimang kemewahan
Berbaur seribu jumawa
Tapi kini kau palingkan muka
Kau belakangi kami
Yang dulu beri suara bagimu
Kau ambil uang kami
Ketika satu ditambah satu tak lagi dua
Kau buang idealismemu dulu
Demi seribu lembar uang
Apakah itu cukup adanya
Tuk pengganti hati nuranimu dulu?

Untuk sahabat-sahabatku: Mari kita ciptakan iklim yang "bersih" jasmani dan rohani.

TEGAR

TEGAR

Ivan Taniputera
31 Juli 2013

Tetap tegar menentang badai
Tiada gentar tiada mundur
Maju semangat tiada patah
Badai menggulung
Menjelma aneka wujud penuh ngeri
Bayangan masa mendatang
Tapi itupun belum terjadi
Hanya sosok seram dalam angan
Badai itupun cuma bayang-bayang
Tiada kekal tiada dapat digenggam
Hanya permainan pikiran
Tiada henti mengalir timbul tenggelam
Terus maju menuju pantai seberang
Nan gilang gemilang.

Untuk para sahabatku: Janganlah patah semangat. Terus berjuang pasti akan berhasil.

Minggu, 28 Juli 2013

SERIAL MATEMATIKA ITU MENYENANGKAN: MISTERI USIA DAN NOMOR HP ANDA

SERIAL MATEMATIKA ITU MENYENANGKAN: MISTERI USIA DAN NOMOR HP ANDA

Ivan Taniputera
29 Juli 2013



Saya baru saja menemukan status sebagai berikut dari teman (dikutip dengan perubahan seperlunya):


1. Kalikan angka terakhir nomor handphone Anda dengan 2.
2. Tambahkan hasilnya dengan 5.
3. Kalikan hasil pada nomor 2 dengan 50.
4. Tambahkan hasilnya dengan 1763.
5. Kurangi hasilnya dengan tahun kelahiran Anda.
6. Anda akan mendapatkan bilangan dengan tiga digit. Angka ratusannya adalah angka terakhir nomor handphone Anda. Dua angka berikutnya (ratusan dan puluhannya)  adalah umur Anda.

Contoh:

Misalnya nomor handphone Anda adalah 08xxxxxxx3, maka angka terakhirnya adalah 3, dikalikan 2 hasilnya adalah 6. Ditambah 5 menjadi 11. Jika dikalikan 50 menjadi 550. Hasilnya ditambah 1763. Jadi 550 + 1763 = 2313. Misalnya lahir pada tahun 1980, maka 2313-1980 = 333.

Sangat tepat sekali. Angka terakhir nomor handphone Anda adalah 3 dan umur Anda adalah 33.

Bagaimana rahasianya?

Mudah, kita dapat memecahkannya dengan aljabar.

Pertama-tama susun persamaan matematikanya terlebih dahulu

((X . 2) + 5) . 50 = 100 X +250, dengan X adalah angka terakhir nomor handphone Anda.
Lalu 100 X + 250 + 1763 - Y = 100 X + 2013 - Y.
Jadi jika disusun persamaan matematikan kita mengetahui bahwa sebenarnya Anda hanya mengalikan angka terakhir nomor handphone Anda dengan 100.
Rahasianya ada di mana? X adalah angka terakhir hp Anda, dengan mengalikan seratus, maka angka itu akan menjadi ratusan. Misalnya angka terakhir hp Anda adalah 3, dikali 100 menjadi 300. 2013 adalah tahun saat ini, dikurangi tahun kelahiran Anda, ya jelas akan menjadi umur Anda saat ini. Misalnya 2013-1980 = 33. 300 + 33 adalah 333.

Terpecahkan sudah berkat matematika.

Sabtu, 06 Juli 2013

ASAP YANG MENGGANGGU

ASAP YANG MENGGANGGU

Ivan Taniputera
26 Juni 2013






[Semua nama dan tokoh dalam kisah ini adalah fiktif, jika ada kesamaan nama atau riwayat, maka itu hanyalah kebetulan belaka].

Alkisah Pak Indar, Simo, dan Malyanto tinggal bertetangga. Kebetulan Pak Indar memiliki kebun luas yang belum dimanfaatkan. Pak Simo dan Malyanto mendapat ide menyewa kebun Pak Indar guna diberdayakan menjadi peternakan ayam. Tetapi karena di kebun Pak Indar banyak terdapat pohon dan semak-semak, maka untuk membersihkannya diperlukan waktu lama, sedangkan Pak Simo dan Malyanto sudah tak sabar lagi. Oleh karenanya, mereka mendapat gagasan agar pepohonan di kebun Pak Indar dibakar saja agar cepat bersih, padahal ini adalah tindakan yang terlarang dan berbahaya.

Meskipun demikian, Pak Simo dan Malyanto tidak peduli. Ia tetap menyuruh anak buahnya membakar pepohonan. Sementara itu, Pak Indar hanya menatap saja tanpa dapat melakukan sesuatu. Pambakaran pohon dan semak akhirnya tetap dilakukan.

Namun mereka tidak memperhitungkan bahwa angin saat itu justru sedang bertiup ke arah rumah Pak Simo dan Malyanto. Akibatnya asap pembakaran pohon membuat Pak Simo dan Malyanto sekeluarga sesak nafas. Mereka lantas berteriak-teriak dan protes.

Menurut Anda siapakah yang bersalah?

Kamis, 04 Juli 2013

ANAK-ANAK,MOBIL, MOBIL-MOBILAN, DAN DEMOKRASI

ANAK-ANAK, MOBIL, MOBIL-MOBILAN, DAN DEMOKRASI

Ivan Taniputera.
5 Juli 2013

Barangkali pembaca akan bingung membaca judul di atas. Nampaknya seolah-olah tidak ada hubungannya. Namun silakan baca terus artikel ini. Seorang ayah memiliki anak berumur 4 tahun yang gemar bermain mobil-mobilan. Anak itu mengoleksi ribuan mainan mobil-mobilan. Suatu kali timbul pikiran dalam benak sang ayah membelikan anaknya mobil sungguhan yang bagus. Sang ayah beranggapan bahwa jika dibelikan mobil sungguhan tentu anaknya akan jauh lebih bahagia ketimbang memiliki sekedar mobil mainan. Kedua, sang ayah juga berangan-angan,anaknya kelak akan cepat pandai mengemudikan mobil, jika dihadiahi mobil sungguhan.

Demikianlah, sang ayah membelikan anaknya mobil sungguhan keluaran terbaru yang sangat mahal dan mewah. Pertama-tama sang anak terkagum-kagum dengan mobil sungguhan tersebut. Namun setelah beberapa lama, anak itu meninggalkan mobil sungguhannya dan kembali pada mobil mainannya. Mengapa demikian? Sang anak berkata bahwa mobil sungguhan itu membosankan karena tidak dapat dipakai bermain-main. Bagi sang anak mobil mainan lebih menyenangkan.

Ilustrasi di atas jika kita renungkan akan mengajarkan kita banyak hal mengenai demokrasi. Pertama-tama, sang anak belum dapat mengemudikan mobil, sehingga ia belum mengetahui manfaat mobil yang sebenarnya. Jikalau ia sudah dewasa dan dapat mengemudikan mobil serta mengetahui fasilitas-fasilitas atau kenyamanan mobil super mewah tersebut, pasti ia tidak mau kembali pada mobil mainannya. Begitu pula dengan demokrasi. Agar transisi menuju masyarakat demokratis dapat berjalan, diperlukan banyak prasyarat. Salah satunya adalah tingkat pendidikan dan wawasan masyarakat yang maju. Ini adalah salah satu saja di antara sekian banyak prasyarat dan bukanlah penentu.

Masyarakat Jerman memilih rezim non-demokratis menjelang PD II dan meruntuhkan demokrasi, padahal tingkat pendidikan di sana sudah baik. Selain itu, rezim tersebut juga didukung oleh serangkaian "cendekiawan dan ilmuwan Jerman". Mereka adalah juga orang-orang yang berpendidikan tinggi. Jadi tingkat pendidikan masyarakat yang tinggi bukan satu-satunya penentu bagi tumbuh dan berkembangnya demokrasi. Kondisi perekomian yang luar biasa terpuruk pada masa itu memunculkan pula rezim kiri maupun kanan anti demokrasi. Pendidikan masyarakat yang tinggi itu perlu, tetapi kalau faktor-faktor lain tak mendukung, maka demokrasi juga akan runtuh. Sebagaimana halnya sang anak yang kembali pada mobil-mobil mainannya.

Kedua, dengan memiliki mobil diharapkan agar sang anak dapat cepat mahir mengemudikan mobil. Ini juga pandangan yang keliru. Tidak ada hubungan antara memiliki mobil dan kepandaian mengemudi. Jika orang yang memiliki mobil dapat otomatis mengemudikan mobil, maka tidak perlu orang belajar mengemudi. Tak ada korelasi langsung antara keduanya. Begitu pula, demokrasi tidak muncul serta merta karena pendidikan yang tinggi. Sebaliknya demokrasi tidak dapat pula memunculkan tingkat pendidikan yang tinggi. Karena keduanya tidak berkorelasi secara langsung.

Demikian renungan hari ini. Semoga bermanfaat.