Berbudi baik ia adalah pendekar Pedang kebenaran di tangan nan kekar Siap bertempur pedang bersinar-sinar Berdiri tiada gentar Jagoan jahat muncul dari balik belukar Licik bagai ular Pedang hoax nan palsu diputar-putar Si jahat menatap nanar Menyerang pendekar berbudi dengan gusar Inilah jurus bohong besar Pendekar berbudi tangkis dengan jurus fakta benar Pedang hoax patah si jahat jatuh menggelepar Kalah ia lawan pendekar Pandangan jadi seperti komidi putar Terguling-guling di tengah latar Pendekar berbudi memandang berbinar-binar Makanya bicaralah yang benar Jangan cuma cari tenar Si jahat diam bagai orang lapar Yang suka menyebar hoax harus sadar Kalau tidak oleh pendekar Ia akan dihajar Sampai memar
A nameless hero
Roaming in the street
Start from zero
Then it will be sweet
Always say hello
Smile showing teeth
Take a slice of mango
Happily eating it
Oh the taste is so
Really a wonderful fruit
Must by yourself eat also
You'll understand its merit
Now you are a hero too.
MEMILIH PEMIMPIN LAMA DAN BARU DI SEBUAH NEGERI ANTAH BERANTAH.
.
Ivan Taniputera.
6 Mei 2018.
.
CATATAN: Kisah ini adalah sepenuhnya fiksi. Kemiripan nama dan jalan cerita hanyalah sepenuhnya kebetulan.
.
Dalam
perjalanan saya mengunjungi sebuah negeri antah berantah tibalah saya
di sebuah kota kecil. Karena hari telah menjelang senja singgahlah saya
di sebuah kedai kopi. Saya juga hendak menanyakan di mana saya dapat
bermalam di kota kecil tersebut sebelum meneruskan perjalanan menikmati
keindahan hutan Amazonias keesokan harinya. Segera saya mencari meja
yang kosong, karena sore itu kedai cukup penuh. Kebetulan saya
mendapatkan meja kosong di dekat tiga orang yang sedang menikmati kopi
pesanannya. Dua orang usianya masih agak muda; sedangkan satu lagi
sudah lanjut usia dan mengenakan kaca mata. Karena jarak yang berdekatan
saya dapat mendengar obrolan mereka dengan baik. Belakangan saya
mengetahui bahwa kedua orang muda itu masing-masing bernama Sanchez dan
Ramirez. Sementara orang tua itu mereka panggil Pak Tua Bijaksana.
.
Saya
juga baru mengetahui bahwa tahun depan negeri itu akan memilih
pemimpin baru mereka. Di Negeri Antah Berantah itu pemilihan pemimpin
dilakukan setiap beberapa tahun sekali dan kebetulan tahun depan memang
merupakan saat diselenggarakannya ajang pemilihan pemimpin baru. Seorang
pemimpin yang sudah atau sedang menjabat dapat dipilih kembali.
Demikianlah yang saya baca dari buku petunjuk wisata Negeri Antah
Berantah.
.
Orang
yang pada akhirnya saya ketahui bernama Sanchez memulai pembicaraan,
“Pokoknya tahun depan pemimpinnya harus yang sekarang menjabat!”
.
Orang
muda satunya yang dipanggil Ramirez nampak tidak mau kalah. Ia berkata,
“Pokoknya tahun depan pemimpinnya harus yang baru!.”
.
Sanchez: “Yang lama!!!”
Ramirez: “Yang baru!!!”
.
Hampir
saja mereka saling menggebrak meja. Dari percakapan mereka nampak jelas
bahwa Sanchez merupakan pedukung pemimpin lama. Sebaliknya Ramirez
menginginkan pemimpin baru. Saya kemudian mengetahui bahwa pemimpin
lama, tahun depan hampir dipastikan akan mencalonkan diri kembali.
.
Tiba-tiba
bapak tua yang menyertai mereka dan dari tadi diam saja berdehem dan
mulai berbicara, “Bukankah tujuan kita kemari adalah menikmati lezatnya
kopi kedai ini dan sejuknya udara sore? Apakah tujuan kita kemari untuk
bertengkar?”
.
Sanchez dan Ramirez serentak berkata, “Bagaimana pendapat Pak Tua Bijaksana?”
.
Bapak
tua yang dipanggil Pak Tua Bijaksana itu menjawab, “Bagaimanapun juga
kita saat ini belum mengetahui siapakah saingan pemimpin lama yang
hendak mencalonkan diri kembali tersebut. Apakah kalian sudah mengetahui
siapakah calon pemimpin lainnya?”
.
Sanchez dan Ramirez menggelengkan kepalanya.
.
Pak
Tua Bijaksana melanjutkan, “Kalau begitu untuk apa kalian bertengkar?
Masih terlalu dini untuk menyatakan pilihan kalian. Jika apa saja yang
dapat dipilih belum diketahui secara pasti, untuk apa kalian bersitegang
masalah pilihan? Bukanlah itu berarti kalian meributkan sesuatu yang
belum jelas? Apalagi sampai merusak suasana minum kopi yang menyenangkan
ini.”
.
Mereka
bertiga kemudian menghirup kopi masing-masing yang masih sedikit
mengepulkan asap. Para pengunjung lain tidak mempedulikan percakapan
mereka bertiga.
.
Pak
Tua Bijaksana melanjutkan kembali perkataannya, “Aku akan memberikan
sebuah analogi. Misalkan aku akan memberikan hadiah pada kalian tahun
depan. Pilihan hadiahnya ada dua, namun salah satu akan kukatakan
sekarang; yakni mobil. Sedangkan satu lagi belum mau kukatakan sekarang.
Aku baru mau mengatakannya tahun depan saat ajang pemberian hadiah
dibuka. Kalian belum mengetahui pilihan hadiahnya yang satu lagi. Lalu
ada orang yang berkata bahwa ia mau mobil saja. Yang lain berkata bahwa
ia tidak mau mobil. Nah, kemungkinannya ada dua. Bila ternyata hadiahnya
yang satu adalah pesawat terbang, maka yang pertama akan kecewa.
Ternyata ada hadiah yang jauh lebih baik, yakni pesawat terbang; padahal
ia sudah memilih mobil. Namun jika ternyata hadiahnya yang satu adalah
sepeda, maka orang kedua akan kecewa, karena ia sudah menolak mobil;
sehingga harus menerima pilihan hadiah yang jauh lebih buruk. Tentunya
dengan asumsi bahwa mereka masing-masing tidak boleh menjilat ludahnya
sendiri.
.
Bapak
tua itu berhenti sebentar untuk membetulkan letak kaca matanya dan
menghirup kopi di cangkirnya. Kopi itu tentunya sudah agak dingin.
.
Ia
melanjutkan lagi ucapannya, “Begitu pula dengan memilih pemimpin baru.
Kita juga belum tahu apakah pada tahun depan ada calon lain yang lebih
baik atau tidak. Terlalu dini untuk membicarakan hal tersebut. Aku
sendiri netral. Jika ada calon yang sanggup membuktikan dirinya lebih
baik, mengapa aku tidak memilihnya? Kita harus memilih pemimpin terbaik
bagi Negeri Antah Berantah yang kita cintai ini. Bukankah demikian, Nak
Sanchez dan Ramirez?”
.
Sanchez dan Ramirez mengangguk setuju.
.
Pak
Tua Bijaksana berkata lagi, “Dari pada bertengkar, lebih baik
masing-masing pihak berupaya memunculkan calon terbaiknya, khususnya
yang menginginkan pergantian pemimpin tahun depan. Lebih baik munculkan
konsep-konsep apa yang hendak mereka wujudkan bila terpilih kelak.
Pemimpin lama lebih baik melakukan penilaian terhadap apa yang telah
dikerjakan selama masa pemerintahannya. Coba ciptakan program-program
yang lebih baik lagi. Apa yang keliru dan kurang baik hendaknya
diperbaiki di masa mendatang. Seorang pemimpin tidaklah luput dari
kesalahan dan kekurangan, tetapi pemimpin yang baik bersedia mengakui
kesalahannya, meminta maaf, serta memperbaikinya di masa mendatang.
Dengan demikian, masing-masing calon dapat saling beradu konsep.
Sementara itu, para pendukung masing-masing calon juga jangan saling
bertengkar apalagi bermusuhan. Tiap orang bebas menentukan pilihannya
masing-masing. Mari kita pilih pemimpin yang terbaik. Tidak perlu
terpaku pada satu sosok, melainkan pada program dan konsepnya bagi
negara kita.
.
Mereka kemudian menghabiskan sisa kopi yang ada di cangkir masing-masing.
.
Pak
Tua Bijaksana berkata, “Tak terasa sekarang sudah hampir gelap. Jam
telah menunjukkan pukul tujuh malam. Aku hendak pulang dulu ke rumahku.”
.
Sanchez
dan Ramirez juga hendak pulang ke rumah mereka masing-masing.
Demikianlah, mereka bertiga beranjak meninggalkan meja dan menuju kasir.
.
Saya
tiba-tiba teringat mengenai rumah penginapan yang saya perlukan malam
itu. Saya juga bangkit berdiri ke meja kasir untuk membayar dan
menanyakan letak rumah penginapan terdekat. Besok saya masih harus
melanjutkan perjalanan saya. Demikianlah, sedikit pengalaman saya di
kedai kopi Negeri Antah Berantah.
Sore
ini saya bertanya-tanya, tema apa lagi yang perlu saya tulis? Tiba-tiba
dalam hati saya terdengar suatu suara, “Tulislah mengenai elit global.”
Sejujurnya, sampai saat ini saya tidak memandang pembahasan mengenai
keberadaan suatu elit global yang mencengkeram dunia sebagai hal yang
serius. Apalagi mengenai teori konspirasi. Saya biasanya memandang
hal-hal tersebut sebagai topik hiburan saja. Saya lebih berpegang pada
paparan dan kajian ilmiah yang dianut kalangan akademisi. Sebagai
penggemar sejarah dan politik, saya biasanya berpegang pada kajian arus
utama (main stream). Namun kali ini tiba-tiba berbagai ide mengalir begitu saja dalam pikiran saya.
.
Tiba-tiba
terlintas di benak saya bahwa elit global itu mungkin dan memang ada
dalam sejarah. Kita tidak perlu beralih pada sejarah alternatif atau
teori konspirasi untuk mengetahui keberadaannya. Sepanjang sejarah,
telah ada “elit-elit global” yang berupaya mengarahkan jalannya sejarah.
Hal ini dicatat pada buku-buku dan karya sejarah yang sudah diterima
umum. Marilah kita kembali ke Eropa menjelang Perang Dunia I
(1914-1918). Ketika itu, dunia dikendalikan oleh negara-negara Eropa
yang mempunyai banyak wilayah jajahan. Sebagai contoh, adalah Inggris,
Perancis, Jerman, Austria Hungaria, dan Rusia. Mereka inilah yang dapat
disebut sebagai “elit-elit global” pada zaman itu. Mereka telah berupaya
mengatur dan mengendalikan wilayah-wilayah kekuasaannya di berbagai
belahan dunia. Dunia diatur oleh segelintir orang saja. Hal-hal ini
sudah dibahas pada banyak buku sejarah yang telah umum diterima
kebenarannya.
.
Apakah
elit-elit global ini bisa berperang satu sama lain? Jawabnya adalah
bisa. Selama terdapat perbedaan kepentingan, perang antar elit global
mungkin saja pecah. Buktinya adalah Perang Dunia I (1914-1918). Rusia
turun membantu Serbia untuk mengamankan pengaruhnya di Balkan. Segera
saja, sekutu masing-masing negara yang terlibat perang turun pula dalam
kancah peperangan. Api peperangan berkecamuk dengan dashyatnya di Eropa.
Perang Dunia I dilanjutkan dengan Perang Dunia II. Elit global kali ini
terbagi menjadi dua kubu; yakni kubu Poros; yang terdiri dari Jerman,
Italia, dan Jepang, melawan kubu Sekutu; yang dimotori oleh Inggris,
Perancis, Amerika Serikat, dan Rusia. Sejarah mencatat kekalahan Kubu
Poros.
.
Dari
abu sisa Perang Dunia II muncul apa yang dinamakan Perang Dingin.
Muncul kembali dua kubu di sini; yakni blok Barat yang dimotori Amerika
Serikat, melawan blok Timur yang dikomandoi Rusia. Mereka melancarkan proxy war
(perang yang tidak dilancarkan di negaranya sendiri) dan turut serta
dalam percaturan politik negara-negara lain. Dengan demikian, elit-elit
global pada masa Perang Dingin adalah para petinggi Amerika Serikat dan
Rusia. Merekalah yang bermain dalam percaturan politik dunia.
.
Apa
yang baru saja saya tulis di atas merupakan sejarah resmi yang sudah
menjadi pengetahuan umum; jadi bukan merupakan sesuatu yang misterius.
Berdasarkan hal itu kita dapat menyimpulkan bahwa elit-elit global itu
memang ada. Hanya saja elit-elit itu bisa saja berganti-ganti sepanjang
zaman. Tokohnya juga sudah pasti berganti-ganti.
.
Berdasarkan
apa yang sudah dipaparkan di atas, maka elit-elit global itu merupakan
pemimpin negara-negara yang kuat pada suatu masa. Logikanya, tentu saja
karena punya kekuatan mereka akan sanggup melebarkan pengaruh di dunia
ini. Elit-elit global itu bisa saja merupakan para pemilik modal
terbesar di dunia. Uang tak pelak lagi merupakan daya penggerak yang
dashyat. Dengan uang, mereka dapat turut mengatur dunia ini. Kita tidak
perlu jauh-jauh dalam membuktikan kebenaran pernyataan ini. Sebenarnya,
di mana pun juga terdapat tak terhitung “elit global kecil” atau sebut
saja “elit lokal.” Sebagai contoh, Anda adalah orang yang paling kaya
di kampung halaman Anda. Tentunya Anda akan mempunyai pengaruh dalam
berbagai peristiwa yang terjadi di kampung halaman Anda. Intinya, orang
yang mempunyai kelebihan dari sisi keuangan, sudah pasti patut
diperhitungkan dan ia mempunyai peluang besar dalam mengarahkan berbagai
peristiwa di lingkungan sekitarnya. Demikianlah yang terjadi dalam
skala kecil dan terlebih lagi dalam tataran dunia.
.
Berdasarkan
kenyataan di atas, kita tidak dapat mengabaikan kenyataan bahwa
elit-elit global itu ada. Di antara sekian milyar penduduk bumi ini,
berapa gelintir yang menguasai keuangan dunia? Silakan Anda renungkan
sendiri. Bukankah mereka orang yang sangat berpengaruh?
.
Para
elit global ini tentu saja terutama hanya mengupayakan kepentingan
mereka semata. Ini tentu saja merupakan sesuatu yang wajar. Bila Anda
seorang “elit global kecil” atau “elit lokal” bukankah Anda juga
berupaya mengamankan kepentingan Anda? Apa yang disebut kepentingan itu
tidak jarang berbenturan dengan kepentingan pihak atau orang lain.
Dengan demikian, bisa saja terjadi perang kepentingan. Tentu saja,
mereka yang mempunyai sumber daya besar akan sanggup menggunakan
berbagai cara agar kepentingan mereka yang menang. Mereka dapat
memperalat orang lain untuk mencapai tujuannya, baik disadari atau
tidak. Sumber daya yang lebih besar membuat Anda sanggup menerapkan
lebih banyak strategi atau taktik. Tujuannya adalah kemenangan Anda.
Tentu saja korban dari pihak lawan tidak dapat dihindari. Itulah
sebabnya, kemenangan itu memerlukan korban. Hingga sejauh ini, Anda
dapat mengikuti logikanya, bukan? Sangat sederhana dan tidak ada yang
rumit. Sampai di sini saya hendak mengatakan bahwa teori konspirasi itu
mungkin ada sebagai bagian dari rencana atau strategi. Kendati demikian,
kita jangan terlalu berlebihan, yakni mengaitkan segala sesuatu dengan
teori konspirasi. Selama belum ada bukti yang sahih, maka kita lebih
baik diam saja.
.
Kita
kembali pada bahasan tentang elit global. Telah diungkapkan di atas
bahwa elit-elit global itu hampir pasti akan membela kepentingannya
terlebih dahulu. Nampaknya hampir mustahil bahwa mereka akan membela
kepentingan Anda. Anda bukan kerabat dan saudara mereka; kenal pun
tidak, lalu untuk apa mereka membela kepentigan Anda? Bahkan mungkin
sekali Anda justru diperalat oleh mereka guna mencapai tujuannya, baik
disadari maupun tidak. Mungkin Anda tidak menyadarinya dan merasakan
keuntungan sesaat. Anda mungkin tidak sadar bahwa negara Anda sedang
diacak-acak oleh mereka. Namun ingat tujuan akhir mereka belum tentu
kepentingan Anda. Sekali lagi yang patut diingat, mereka hanya membela
kepentingannya sendiri. Bila suatu saat kepentingan mereka berbenturan
dengan kepentingan Anda, maka Anda pun akan dilibas oleh mereka.
.
Apakah
Anda bersedia diperalat oleh para elit global atau tidak, pilihan
sepenuhnya berada di tangan Anda. Namun untuk mencegah agar Anda tidak
diperalat oleh mereka maka kuncinya adalah “kesadaran” dan
“kewaspadaan.” Selalu tanyakan hal-hal sebagai berikut, “Apakah hal ini
bermanfaat bagi diriku? Apakah hal ini bermanfaat bagi semua orang tanpa
membeda-bedakan?” Jadi, kuncinya adalah kemanusiaan (humanity). Anda
menjadi tidak mudah dihasut. Ibaratnya seperti pohon yang kokoh dengan
akar kuat, sehingga tidak mudah digoyahkan angin. Tetapi hal ini juga
tidak menjamin 100 persen bahwa kita tidak akan diperalat oleh elit
global. Seringkali caranya dalam memperalat kita adalah begitu halusnya,
sehingga hampir mustahil bagi kita menyadarinya. Bahkan mungkin saat
ini pun saya sedang diperalat tanpa saya sadari. Namun kalau saya
diperalat untuk melakukan sesuatu yang mendukung kemanusiaan (humanity), maka saya justru akan menyokongnya dengan sepenuh hati.
.
Tidak
ada gunanya melawan elit global. Mereka mempunyai sumber daya yang jauh
lebih melimpah. Saya tidak mengajak Anda melawan elit global. Mungkin
ada yang membantah dan mengatakan bahwa bila bersatu kita dapat melawan
mereka. Ya, barangkali itu benar. Namun bagaimana cara mempersatukan
“kita”? Dahulu waktu kita masih duduk di bangku sekolah, mempersatukan
satu kelas yang terdiri dari 30 orang saja susah, apalagi hendak
menyatukan “kita” yang jumlahnya entah berapa. Daripada berbicara yang
muluk-muluk lebih baik dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu.
Setujukah Anda?