Senin, 29 September 2014

CATATAN FILOSOFI KULINERKU: MERASAKAN SEDIKIT CITA RASA MAKANAN JEPANG SEBAGAIMANA SANTAPAN JASMANI DAN ROHANI

CATATAN FILOSOFI KULINERKU: MERASAKAN SEDIKIT CITA RASA MAKANAN JEPANG SEBAGAIMANA SANTAPAN JASMANI DAN ROHANI

Ivan Taniputera
29 September 2014

Pada tanggal 14 September 2014, saya berkesempatan santap siang pada sebuah rumah makan Jepang. Sebagaimana biasanya, bagi saya acara bersantap, merupakan pula wahana merenung atau memeditasikan berbagai falsafah atau ilmu tentang kehidupan. Bagi saya menyantap makanan bukanlah kegiatan bagi fisik semata, melainkan juga harus sanggup mengenyangkan batin kita pula. Selain perut kita yang merasa kenyang, maka wawasan perbendaharaan pengetahuan kita pun juga hendaknya turut dikenyangkan. Manusia tidak hanya hidup dari makanan jasmaniah saja, karena hakikat kehidupan kita yang bersifat batin serta jasmani.

Saat memasuki rumah makan Jepang, kita akan selalu menyaksikan pernak-pernik budaya Jepang. Sebagai contoh adalah kimono seperti di bawah ini dan juga benda yang bentuknya seperti lampion.



Saat menyaksikannya timbul renungan dalam diri saya sebagai berikut. Jepang adalah negara yang luar biasa. Meskipun sudah mencapai kemajuan yang pesat di segala bidang, namun tidak pernah sekali pun bangsa Jepang meninggalkan budayanya. Kita dapat menyaksikan berbagai festival budaya diselenggarakan di negara tersebut, dan bangsa Jepang tetap sangat antusius mengikutinya. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi tidak menjadikan bangsa Jepang terlena dan merendahkan akar budayanya sendiri. Justru hal ini menjadikan bangsa Jepang semakin kuat. Sebuah bangsa ibaratnya adalah sebatang pohon. Apabila akarnya kuat, maka bangsa tersebut akan sanggup bertahan dari segala terpaan angin. Kendati demikian, penghargaan terhadap budaya bangsa sendiri itu hendaknya tidak menjadi chauvinisme. 

Saya yakin bahwa bangsa Jepang sudah belajar dari kekalahannya pada Perang Dunia II. Mereka tentunya sudah menyadari bahwa kecintaan terhadap bangsa sendiri hendaknya tidak berubah menjadi chauvinisme. Kita tetap melestarikan budaya sendiri, tetapi jangan bangga berlebihan. Kita tetap harus pula menghargai budaya dari setiap bangsa di muka bumi ini. Setiap budaya yang ada adalah ibaratnya bunga-bunga pada sebuah taman. Masing-masing menambah semarak dunia ini. Apalagi jika disertai oleh semangat saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

Tiba-tiba saya tersadar dari renungan saya, karena apa yang saya pesan telah keluar.


Saya mengucapkan doa sebelum makan. Saya berdoa agar segala sesuatu yang terlibat dalam persiapan makanan tersebut kelak dapat terlahir di Alam Bahagia. Saya merenungkan kemurahan alam ini pada kita. Saya bersyukur masih dapat menyantap makanan pada hari ini.

Setelah itu saat bersantap saya merenungkan apa makna di balik nasi bento tersebut. Pelajaran kehidupan apakah yang bisa kita ambil darinya? Pertama-tama mari kita saksikan bahwa segala sesuatu yang menyusun nasi bento itu tertata secara rapi pada sebuah nampan kotak. Terdapat kesan bahwa "semuanya telah pada tempatnya." Dalam kehidupan ini, kita hendaknya memiliki kehidupan yang tertata rapi dan bermanfaat. Saya pernah ke Jepang, dan memang segala sesuatunya tertata dengan rapi. Ini adalah sesuatu yang luar biasa. Apabila segalanya tertata, maka kehidupan menjadi lebih mudah dan baik. 
Kemudian nampak segala sesuatu di atas nampan kotak itu mempunyai fungsinya masing-masing. Begitu pula di muka bumi ini, kita semua mempunyai fungsinya masing-masing. Tidak ada manusia yang tidak bermanfaat. Oleh karenanya, tidak perlu kita menjadi rendah diri. Apa pun kemampuan kita, pasti akan bermanfaat bagi masyarakat. Tergantung apakah kita bersedia atau tidak mengamalkan kemampuan kita. Jadi, jangan merasa bahwa kemampuan kita terlalu sedikit. Semua akan bemanfaat pada saat dan tempat yang tepat.  Yang penting adalah kita semantiasa bertekad menaburkan manfaat kebaikan pada sesama manusia.

Saya juga memesan sup ramen


Filosofi kehidupan yang saya dapatkan adalah segala sesuatu yang berbeda-beda jika dipadukan akan menghasilkan cita rasa yang luar biasa. Mie ramen dan daging mungkin berasal dari tempat yang berbeda. Begitu pula kita berasal dari berbagai suku, ras, agama, dan bangsa yang berbeda, namun tetap dapat bekerja sama. Kita yang berbeda-beda ini dapat menciptakan dunia yang lebih baik dan indah.

Selanjutnya keluar pesanan saya berupa sushi.


Perut saya mulai kenyang, dimana hal ini nampaknya memengaruhi kemampuan saya dalam merenung. Putaran otak saya nampaknya semakin melambat, seiring dengan makin kenyangnya perut saya. Makna kehidupan apakah yang dapat saya tarik dari sushi. Saya melihat ke kiri, kanan, atas, dan bawah guna mencari inspirasi. Tiba-tiba saya tersadar saat mengunyah sushi, bahwa ia terdiri dari berbagai lapisan. Di sini saya berpikir bahwa kita dalam kehidupan ini harus saling melapisi. Artinya adalah saling melindungi. Yang kuat melapisi yang lemah. Jangan sampai yang kuat menindas yang lemah, sebagaimana yang dilakukan kaum penjajah dahulu. Kita hendaknya saling melindungi sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Demikianlah saya kira makna kehidupan yang dapat saya peroleh dari menyantap sushi. Alam ini adalah sekolah kehidupan yang sangat berharga. Setiap nafas dan langkah kita adalah proses belajar.

Saya tidak pernah merasa diri saya pandai. Saya akan terus belajar. 

Proses belajar saya hari itu, nampaknya masih harus berlanjut dengan keluarnya mata pelajaran berikutnya, yakni pangsit.


Perut semakin kenyang dan putaran otak semakin berat. Saya masih harus merenung apakah makna di balik pangsit? Saya menghela nafas sejenak karena kekenyangan. Terlintas dalam benak saya bahwa pangsit terbungkus oleh kulit. Pangsit membungkus segenap kelezatan daging yang ada di dalamnya. Ini mengajarkan pada kita bahwa kita hendaknya senantiasa mewadahi prinsip kebaikan bagi sesama. Nampaknya hanya itu saja yang dapat saya pikirkan.

Pelajaran saya hari ini pun berakhir. Perut saya menjadi kenyang dan wawasan pengetahuan saya pun juga menjadi lebih kaya melalui proses perenungan beserta pembelajaran ini.

Marilah kita terus belajar. Saya masih merasa sebagai siswa Taman Kanak-Kanak yang masih perlu belajar. Saya masih banyak berbuat kesalahan di muka bumi ini.

Artikel menarik mengenai filsafat kehidupan, ramalan, Astrologi, Fengshui, Bazi, Ziweidoushu, metafisika, dan lain-lain, silakan kunjungi:


Sabtu, 30 Agustus 2014

KUMPULAN KISAH SERAM DI RUMAH SAKIT

KUMPULAN KISAH SERAM DI RUMAH SAKIT

Ivan Taniputera
29 Agustus 2014




Kisah-kisah yang ada dalam artikel ini berasal dari menguping percakapan orang-orang tua atau mendengarkan kisah beberapa orang teman. Nama rumah sakit terkait akan disamarkan. Konon kisah-kisah yang ada di sini memang sungguh-sungguh terjadi.

Kisah pertama adalah mengenai ranjang dorong yang dapat berjalan sendiri di rumah sakit X. Ranjang hantu tersebut terkadang muncul pada malam hari di koridor rumah sakit itu.  Konon menurut penuturan para perawat yang bertugas malam hari, ranjang hantu itu akan terlihat memasuki kamar pasien yang keesokan harinya akan meninggal. Jadi itu adalah semacam pertanda.

Kisah berikutnya adalah mengenai seorang pasien yang sedang rawat inap di sebuah rumah sakit ternama, sebut saja rumah sakit Y. Meskipun merupakan rumah sakit ternama, namun ia merupakan rumah sakit yang sudah tua dan telah ada semenjak zaman penjajahan dahulu. Beberapa bagian bangunannya masih nampak lama.  Suatu kali, salah seorang kenalan (sebut saja namanya A) sedang rawat inap di sana. Itu merupakan pertama kalinya, ia rawat inap di sana. Karena terbiasa melakukan doa tengah malam, maka saat di rumah sakit pun A juga biasa bangun saat tengah malam untuk berdoa. Malam itu, setelah beberapa hari rawat inap di rumah sakit tersebut, saat A sedang terbangun di tengah malam, tiba-tiba tidak seperti biasanya ia melihat seorang juru rawat  di samping tempat tidurnya. Karena melihat bahwa A terbangun, maka juru rawat itu lantas berpindah ke pasien ranjang sebelahnya.

A merasa bahwa itu adalah pemeriksaan rutin saja, dan melanjutkan kegiatannya dengan memanjatkan doa malam. Ia tidak mempedulikan kedatangan juru rawat tadi. Keesokan harinya ia terbangun oleh suara ribut-ribut, Ternyata pasien yang sekamar dengannya telah meninggal, yakni pasien yang tadi malam ditengok oleh juru rawat tadi.

Ia kemudian menuturkan pengalamannya tadi malam, "Padahal tadi malam ia baru ditengok oleh seorang juru rawat. Kok hari ini meninggal ya?" Salah seorang juru rawat yang mendengar hal itu menyatakan bahwa tadi malam tidak ada pemeriksaan oleh juru rawat. A merasa aneh, tetapi ia diam saja, barangkali itu hanya penglihatan setengah sadarnya saja karena masih mengantuk. Baru setelah diizinkan meninggalkan rumah sakit tersebut, seseorang bercerita padanya bahwa rumah sakit itu memang angker. Pada malam hari, memang konon sering terdapat penampakan seorang juru rawat yang memasuki kamar pasien. Pasien yang ditengok "juru rawat" tersebut, pasti keesokan paginya meninggal. Begitulah kesaksian karyawan di rumah sakit itu, yang pernah mendapatkan penampakan tersebut.  Jika malam itu masih tertidur, maka kemungkinan dia yang meninggal. Jadi kegiatan doa malam itu telah menyelamatkannya.

Kisah berikutnya ini kalau tidak salah saya dengar dari penjual makanan langganan saya. Ia mengatakan saat menunggu kerabatnya yang sedang sakit, ia mendengar suara ribut-ribut di luar kamar. Ketika ia menengok keluarnya, ternyata justru tidak ada orang sama sekali. Ia merasakan ketakutan dan seluruh bulu romanya berdiri, sehingga tidak berani keluar kamar hingga keesokan harinya.

Sebagai pengimbang, tidak semua kisah seram terjadi di rumah sakit. Ada pula pengalaman indah di rumah sakit. Berikut ini adalah juga penuturan salah seorang kenalan teman, sebut sama namanya B.

Siang itu, B sedang menunggui ayahnya yang dirawat sekian lama di rumah sakit. Karena tidak ada tanda-tanda kondisi membali, maka ia merasa risau, sedang biaya rumah sakit telah membengkak. Tiba-tiba di hadapannya muncul seseorang  bapak yang berpakaian seperti seorang alim ulama. Bapak itu bertanya, mengapa ia sedih. B menuturkan mengenai bapaknya yang sedang sakit dan keuangannya telah semakin menipis. Bapak tadi berkata, "Jika berkenan saya akan menengok ayahmu dan mencoba mendoakannya agar ia sembuh. Serahkan semuanya pada Tuhan." B menunjukkan kamar ayahnya, dan sang bapak tadi menyarankannya agar duduk menunggu saja di tempat semula, karena ia tidak akan lama-lama. Setelah beberapa lama menunggu di luar kamar, ternyata bapak berpakaian alim ulama tadi tidak kunjung keluar dari kamar ayahnya.  Karena penasaran, B menyusul masuk ke kamar tempat ayahnya dirawat, betapa terkejutnya ia, karena di dalamnya tidak ada siapa-sapa selain ayahnya sendiri. Namun, semenjak saat itu, kondisi ayahnya membaik dan tak lama kemudian diizinkan meninggalkan rumah sakit.

Demikianlah beberapa kisah mistis seputar rumah sakit yang konon sungguh terjadi.

Terlepas dari benar dan tidaknya kisah-kisah di atas, marilah kita menarik hikmah darinya.

Semoga bermanfaat.


Artikel menarik lainnya mengenai ramalan, Fengshui, Astrologi, Bazi, Ziweidoushu, metafisika, dan lain-lain, silakan kunjungi:

https://www.facebook.com/groups/339499392807581/

BALADA SEBUAH NEGERI

BALADA SEBUAH NEGERI

Ivan Taniputera
27 Agustus 2014

Inilah tangisan sebuah negeri
Meski kaya tidak terperi
Namun dikuasai orang-orang serakah
Tanpa hati tanpa malu menjarah rayah
Negeri ini kaya akan hutan rimba
Tempat hidup satwa beraneka rupa
Tapi pikir panjang izin diberikan dengan bebal
Tuk mereka yang berkantong tebal
Hutan dibabat hutan dibakarnya
Bahkan hingga akarnya pun tiada bersisa
Bagaimana negeri itu tidak menangis
Karena mendapat perlakuan begitu sadis
Barang tambang di perut negeri
Dikuras demi kepentingan diri sendiri
Bekerja sama dengan pihak manca
Mengalirlah kekayaan negeri ke sana
Rakyat cuma mampu melihat
Apa lagi yang mau dibuat
Ratapannya sungguh miris
Membuat hati teriris iris
Kasihan wahai dikau negeri
Para pemimpinmu tiada peduli
Korupsi meraja lela
Bagaikan tangan gurita
Meraup saja yang terjangkau
Pokoknya rekeningku jangan sampai galau
Negeri kaya raya
Namun busuk karena perilaku durjana
Sampai kapan ini terjadinya?
Pada siapakah harus kubertanya?

SATU LAGI PENGALAMAN LUCU DARI NEGERI JERMAN

SATU LAGI PENGALAMAN LUCU DARI NEGERI JERMAN

Ivan Taniputera
23 Agustus 2014





Ini adalah pengalaman seorang teman sewaktu kuliah di Jerman. Teman tersebut baru datang ke Jerman, sehingga bahasa Jermannya belum lancar. Untuk menambah uang saku, ia bekerja sebagai pelayan restoran. Ketika itu, ia hendak menawarkan pelanggannya apakah menghendaki sepoci teh. Ia lalu bertanya, "Möchten Sie ein Kaninchen Tee?" Namun pelanggan itu hanya diam saja kebingungan. Teman itu lantas mengulangi pertanyaannya, kali ini dengan gerakan isyarat menuangkan teh. Baru tamu itu paham.

Rupanya ia salah mengatakan Kännchen dengan Kaninchen.

Kännchen artinya adalah poci, sedangkan Kaninchen artinya adalah kelinci.

Mungkin sang pelanggan merasa bingung, semenjak kapan kelinci dapat mengeluarkan teh.

PENGEBOMAN CANDI BOROBUDUR: SUATU KENANGAN MASA LALU

PENGEBOMAN CANDI BOROBUDUR: SUATU KENANGAN MASA LALU

Ivan Taniputera
22 Agustus 2014




Baru-baru ini saya mendengar bahwa ada pihak-pihak yang ingin mengembom atau menghancurkan Candi Borobudur. Saya menjadi teringat pengalaman masa lalu bahwa candi tersebut sebenarnya sudah pernah dibom. Mungkin ada yang terkejut mendengar fakta ini. Mungkin tidak semua orang mengetahui bahwa Candi Borobudur ternyata sebelumnya sudah pernah dibom. Peristiwanya terjadi pada tanggal 21 Januari 1985. Ketika itu saya masih kelas 4 Sekolah Dasar. Saya masih ingat pula bahwa pada hari terjadinya peristiwa itu, saya sedang menengok ayah saya yang dirawat di rumah sakit. 

Waktu itu, dalam perjalanan ke rumah sakit, di jalan Imam Bonjol, tidak jauh dari SPBU di ujung jalan Hasanudin-deretan stasiun Poncol, mobil-mobil diperintahkan menepi oleh polisi. Bagasi diperintahkan untuk dibuka guna diperiksa. Waktu ditanya ada apakah yang terjadi, sehingga terjadi pemeriksaan seperti itu, polisi menjawab singkat, "Borobudur dibom." Kami tidak bertanya lebih lanjut dan melanjutkan perjalanan ke rumah sakit.

Berita lengkapnya baru saya ketahui melalui surat kabar atau televisi. Jika tidak salah ingat, di surat kabar saya menyaksikan gambar stupa yang hancur bertebaran. Demikianlah sedikit, kenangan saya mengenai peristiwa yang terjadi di tahun 1985 tersebut.

Saya berpendapat bahwa penghancuran suatu bangunan bersejarah adalah tindakan yang patut disayangkan. Suatu bangsa adalah ibarat pohon, jika akar sejarahnya hancur, maka pohon tersebut perlahan-lahan akan layu dan mati. Apabila kita ingin menjadi bangsa yang kuat, maka kita justru perlu menyuburkan dan mengokohkan akar kita-bukan malah menghancurkannya! Semoga penghancuran pada bangunan-bangunan keagamaan jangan sampai terjadi lagi di negara kita yang berlandaskan Pancasila dan bersemboyankan Bhinneka Tunggal Ika.

Minggu, 20 Juli 2014

KENANGAN MASA KECIL: PERMAINAN KALAH MINTA DIULANG

KENANGAN MASA KECIL: PERMAINAN KALAH MINTA DIULANG

Ivan Taniputera
20 Juli 2014

Saya waktu kecil teringat pernah bermain catur dengan seorang teman, dan karena salah langkah maka bidak catur saya terancam dimakan oleh bidak catur lawan, dimana ini mengancam raja catur saya. Oleh karenanya serta merta saya bilang, "Stop! Saya salah. Ayo diulang lagi ya." Demikian kata saya seraya menarik kembali bidak catur saya ke tempat semula. Teman saya hanya diam saja dengan muka masam.

Saya juga teringat bahwa dahulu terdapat permainan umbul, yakni berupa kartu-kartu bergambar kecil yang dilemparkan. Dilemparkan itu dalam bahasa Jawa disebut "diumbulake." Inilah yang menjadi asal muasal sebutan kartu "umbul." Saya tidak akan membahas lebih lanjut mengenai selum beluk permainan kartu "umbul," namun yang saya hendak soroti adalah fenomena di kalangan anak-anak, yaitu jika kalah seringkali meminta permainan diulangi.  Halaman sekolah selalu riuh rendah oleh teriakan anak-anak yang tidak terima kartunya kalah. Ini terjadi pula dalam permainan kelereng. Jika ada yang kalah, maka mereka meminta agar permainannya diulang.

Jadi sudah umum dalam dunia anak-anak, bahwa jika kalah maka mereka meminta permainan diulang. Namun dalam dunia orang dewasa, tentunya hal demikian seharusnya tidak terjadi lagi. Orang dewasa jika kalah tidak meminta permainan di ulang, kecuali mereka masih berjiwa kanak-kanak.

Nah, Anda termasuk yang mana? Marilah di hari Minggu ini kita renungkan bersama.

Sabtu, 19 Juli 2014

KUJUAL DIRIKU

KUJUAL DIRIKU

Ivan Taniputera.
19 Juli 2014

 

Kugadaikan idealismeku demi segepok kertas
Yang orang sebut uang.
Kujual keyakinan muliaku demi mendapat
Segepok uang tuk isi pundi-pundiku.
Kutulikan hati nuraniku demi dapatkan
Setumpuk kertas bernama uang.
Aku memanipulasi data
Aku menebar opini palsu
Aku menabur kesesatan
Hanya demi segepok uang
Rasa serakahku selalu lapar
Aku caci maki lawanku
Dengan penuh kebencian
Kunista dia penuh amarah
Kata-kata kotor kulontarkan
Umbar janji mustahil
Hanya demi segepok uang.
Aku menjadi licin bagai belut
Mengejar lagi-lagi uang
Ku melakukan apa saja
Supaya uang itu datang padaku
Uang...uang ... dan uang..
Tapi di penghujung malam nan pekat
Ku menangis karena tak menemukan lagi
Jati diriku yang kini telah hilang entah kemana.

Saudara-saudaraku apakah engkau juga mau menjual jati dirimu dan ditukar dengan segepok uang? Marilah kita renungan bersama.