Jumat, 27 September 2013

KELINCI BAJU UNGU TIDAK MAU DIPIMPIN KELINCI BAJU ORANYE

KELINCI BAJU UNGU TIDAK MAU DIPIMPIN KELINCI BAJU ORANYE

Ivan Taniputera
26 September 2013



Alkisah di sebuah hutan terdapat desa Kelinci. Desa tersebut dihuni oleh dua golongan kelinci, yakni kelinci baju ungu dan kelinci baju oranye. Adapun yang mayoritas adalah kelinci baju ungu. Suatu kali Baginda Singa sang raja rimba hendak mengangkat kepala atau pemimpin bagi desa Kelinci. Setelah melalui serangkaian ujian yang ketat, seekor kelinci dari golongan baju oranye terpilih sebagai kepala desa. Kendati demikian, setelah kelinci baju oranye menjadi kepala desa, ada sekelompok kelinci baju ungu yang menolak kepemimpinan sang kelinci baju oranye. Mereka beralasan dikarenakan mayoritas desa itu dihuni oleh kelinci baju ungu, maka sudah sepantasnya yang menjadi pemimpin berasal dari kalangan kelinci baju ungu pula.

Demi mendongkel sang kelinci baju oranye, mereka tiada henti-hentinya berdemo, bahkan hingga ke istana Baginda Singa. Namun Baginda Singa yang bijaksana tetap pada keputusannya. Ia mengatakan bahwa semuanya sudah sesuai dengan aturan Undang-undang Rimba tentang pemilihan kepala desa. Siapa yang lulus ujian maka ia yang diangkat sebagai kepala desa. Baginda Singa menambahkan bahwa jika peraturan dilanggar atau tidak dipatuhi, maka seluruh hutan berpeluang mengalami kekacauan. Oleh karenanya, peraturan harus dijunjung melebihi segala-galanya. Bahkan Baginda Singa pun bisa dihukum jika melanggar peraturan. Setelah mendengar keputusan raja mereka itu, para kelinci baju ungu bubar dan dapat memahami alasan Baginda Singa. Semenjak saat itu, sang kelinci baju oranye dapat menjalankan kepemimpinannya dengan baik.

Demikianlah sekelumit kisah mengenai sebuah hutan yang dipimpin oleh Baginda Singa yang bijaksana. Pada mulanya saya berpendapat bahwa sebaiknya kelinci baju oranye mundur saja. Jika kelinci baju oranye tidak mundur maka kedua belah pihak akan menderita. Kelinci baju oranye menderita caci maki dan ancaman dari sekelompok kelinci baju ungu. Sedangkan sekelompok kelinci baju ungu itu juga tak menyukai kepemimpinan kelinci baju oranye.  Jadi saya awalnya berpendapat bahwa kelinci baju oranye sebaiknya mundur saja dan diadakan ujian ulang. Namun ternyata saya sadar bahwa pendapat saya itu sangat keliru. Saya telah membuat kekeliruan yang fatal dengan berpendapat seperti itu.

Saya sekarang sangat setuju dengan kebijaksanaan Baginda Singa. Peraturan memang harus dijunjung melebihi segalanya. Adanya pelanggaran atau penyimpangan kecil akhirnya akan membuka pada penyimpangan lebih besar. Lagipula desa kelinci bukan hanya milik kelinci baju ungu saja, kendati mereka mayoritas. Bahkan kelinci baju oranye juga selayaknya diberi kesempatan berpartisipasi bila ia dipandang mampu. Hutan rimba itu adalah milik siapa saja yang berdiam di dalamnya. Karenanya, tiada satu kelompok atau golongan pun boleh diberi keistimewaan dengan menentang peraturan. Demikianlah, saya memuji kebijaksanaan Baginda Singa.  Semoga Baginda Singa selalu dapat memimpin dengan baik dan bijaksana.

Kamis, 01 Agustus 2013

DUA MACAM CARA DALAM MENGHADAPI HAWA NAFSU KEINGINAN

DUA MACAM CARA DALAM MENGHADAPI HAWA NAFSU KEINGINAN

Ivan Taniputera
1 Agustus 2013





Saya terdorong menulis mengenai renungan ini sewaktu teringat mengenai kisah Odyseus dalam mitologi Yunani. Konon Odyseus beserta rombongannya mendekati pulau yang dihuni peri-peri Siren. Konon suara peri-peri ini sangat merdunya, sehingga sanggup memikat para pelaut mendekati pulau yang mereka huni. Setelah mereka turun ke pulau, maka peri-peri tersebut akan menyantap mereka.

Odyseus lantas memerintahkan agar para anak buahnya menyumbat telinga mereka rapat-rapat, agar tak dapat mendengar suara peri-peri Siren. Namun Odyseus sendiri merasa penasaran dan ingin mendengarkan suara para peri tersebut. Oleh karenanya, ia lantas memerintahkan anak buahnya agar merantai dirinya kuat-kuat di kapal. Ia mengatakan bahwa seberapa kuat dirinya meronta, agar jangan dilepaskan dari tiang, sampai jaraknya cukup jauh dari pulau yang dihuni para peri Siren.

Perintah itupun dilaksanakan. Para anak buahnya tenang saja sewaktu mendekati pulau yang dihuni para peri Siren, karena mereka memang tak mendengar apapun. Sedangkan Odyseus yang diikat pada tiang berusaha meronta-ronta karena terpikat oleh nyanyian peri Siren. Ia ingin melepaskan dirinya dan jika mungkin berenang di laut menuju pulau tersebut. Namun rantai berhasil mengikatnya kuat-kuat, sehingga ia tak sampai menjadi santapan para peri Siren.

Apakah makna kisah di atas dari sudut pengendalian diri?

Orang-orang yang masih belum dapat mengendalikan dirinya, maka lebih baik ia menjauhkan atau mengalihkan panca indranya dari sumber-sumber hawa nafsu keinginan. Jika tidak, maka dengan mudah ia akan terseret olehnya dan menuju kehancuran dirinya. Ini dilambangkan dengan para anak buah kapal yang menutup pintu indriya pendengarannya agar tak terpikat oleh nyanyian para peri Siren.

Sebaliknya, seseorang boleh menyaksikan segenap kesenangan duniawi tersebut, asalkan memiliki pengendalian diri yang kuat. Adapun pengendalian diri yang kuat ini dapat dicapai dengan tiga hal; yakni:

1.Disiplin moralitas (shila)
2.Pemusatan pikiran yang baik (samadhi)
3.Kebijaksanaan (panna)

Meskipun saya menulis padanan katanya dalam bahasa Pali. Namun tulisan ini sebenarnya tidak ditujukan pada penganut agama tertentu saja, melainkan berlaku secara universal.

Dengan memiliki pengendalian diri yang kuat, seseorang dapat menyaksikan segenap sumber hawa nafsu keinginan duniawi tersebut, namun tak terseret olehnya. Ia dapat melihat hakikat segenap sumber hawa nafsu keinginan tersebut.

Namun, jika kita belum sanggup, maka lebih baik kita menjauhkan diri darinya. Saya akan mengambil contoh diri saya sendiri. Saya masih mudah marah, oleh karenanya saya berupaya menjauhkan diri dari sumber-sumber kemarahan tersebut. Saya menghindari sumber-sumber yang sekiranya dapat menjadi sumber kemarahan saya.

Demikian, semoga dapat menjadi bahan perenungan yang bermanfaat.

Apakah Tintin Pernah Melewati Selat Malaka?

Apakah Tintin Pernah Melewati Selat Malaka?

Ivan Taniputera
1 Agustus 2013


Pertanyaan ini barangkali menarik bagi mereka yang menggemari Tintin. Jika memang benar Tintin pernah melewati Selat Malaka, maka pada komik yang mana? Jawabannya adalah pada komik "Lotus Biru." Waktu itu Tintin mengadakan perjalanan dari India (setelah menemui Maharaja) ke Shanghai dengan menumpang kapal.



Sumber: bloggingtintin.wordpress.com

Jika mengadakan perjalanan kapal dari India ke China, tentunya harus melalui Selat Malaka dengan perkiraan rute perjalanan sebagai berikut:



Di China, Tintin bertemu dengan Mr. Mitsuhirato. Latar belakang komik ini adalah sekitar tahun 1930-an, karena terdapat peledakan rel kereta api oleh komplotan Mr. Mitsuhirato, dimana ini mengacu pada peledakan rel kereta api di Manchuria oleh Jepang, selaku awal pendudukan Jepang di Manchuria.

Demikian, mari kita bernostalgia dengan serial Tintin.

Rabu, 31 Juli 2013

KETIKA SATU DITAMBAH SATU TAK LAGI DUA

KETIKA SATU DITAMBAH SATU TAK LAGI DUA


Ivan Taniputera.
31 Juli 2013

Ketika satu ditambah satu tak lagi dua
Kau telah pungkiri hati nuranimu
Dengan seribu janji kami memilihmu
Karna suara kami
Engkau dapatkan kursi nun di atas sana
Tergoda seribu gelimang kemewahan
Berbaur seribu jumawa
Tapi kini kau palingkan muka
Kau belakangi kami
Yang dulu beri suara bagimu
Kau ambil uang kami
Ketika satu ditambah satu tak lagi dua
Kau buang idealismemu dulu
Demi seribu lembar uang
Apakah itu cukup adanya
Tuk pengganti hati nuranimu dulu?

Untuk sahabat-sahabatku: Mari kita ciptakan iklim yang "bersih" jasmani dan rohani.

TEGAR

TEGAR

Ivan Taniputera
31 Juli 2013

Tetap tegar menentang badai
Tiada gentar tiada mundur
Maju semangat tiada patah
Badai menggulung
Menjelma aneka wujud penuh ngeri
Bayangan masa mendatang
Tapi itupun belum terjadi
Hanya sosok seram dalam angan
Badai itupun cuma bayang-bayang
Tiada kekal tiada dapat digenggam
Hanya permainan pikiran
Tiada henti mengalir timbul tenggelam
Terus maju menuju pantai seberang
Nan gilang gemilang.

Untuk para sahabatku: Janganlah patah semangat. Terus berjuang pasti akan berhasil.

Minggu, 28 Juli 2013

SERIAL MATEMATIKA ITU MENYENANGKAN: MISTERI USIA DAN NOMOR HP ANDA

SERIAL MATEMATIKA ITU MENYENANGKAN: MISTERI USIA DAN NOMOR HP ANDA

Ivan Taniputera
29 Juli 2013



Saya baru saja menemukan status sebagai berikut dari teman (dikutip dengan perubahan seperlunya):


1. Kalikan angka terakhir nomor handphone Anda dengan 2.
2. Tambahkan hasilnya dengan 5.
3. Kalikan hasil pada nomor 2 dengan 50.
4. Tambahkan hasilnya dengan 1763.
5. Kurangi hasilnya dengan tahun kelahiran Anda.
6. Anda akan mendapatkan bilangan dengan tiga digit. Angka ratusannya adalah angka terakhir nomor handphone Anda. Dua angka berikutnya (ratusan dan puluhannya)  adalah umur Anda.

Contoh:

Misalnya nomor handphone Anda adalah 08xxxxxxx3, maka angka terakhirnya adalah 3, dikalikan 2 hasilnya adalah 6. Ditambah 5 menjadi 11. Jika dikalikan 50 menjadi 550. Hasilnya ditambah 1763. Jadi 550 + 1763 = 2313. Misalnya lahir pada tahun 1980, maka 2313-1980 = 333.

Sangat tepat sekali. Angka terakhir nomor handphone Anda adalah 3 dan umur Anda adalah 33.

Bagaimana rahasianya?

Mudah, kita dapat memecahkannya dengan aljabar.

Pertama-tama susun persamaan matematikanya terlebih dahulu

((X . 2) + 5) . 50 = 100 X +250, dengan X adalah angka terakhir nomor handphone Anda.
Lalu 100 X + 250 + 1763 - Y = 100 X + 2013 - Y.
Jadi jika disusun persamaan matematikan kita mengetahui bahwa sebenarnya Anda hanya mengalikan angka terakhir nomor handphone Anda dengan 100.
Rahasianya ada di mana? X adalah angka terakhir hp Anda, dengan mengalikan seratus, maka angka itu akan menjadi ratusan. Misalnya angka terakhir hp Anda adalah 3, dikali 100 menjadi 300. 2013 adalah tahun saat ini, dikurangi tahun kelahiran Anda, ya jelas akan menjadi umur Anda saat ini. Misalnya 2013-1980 = 33. 300 + 33 adalah 333.

Terpecahkan sudah berkat matematika.

Sabtu, 06 Juli 2013

ASAP YANG MENGGANGGU

ASAP YANG MENGGANGGU

Ivan Taniputera
26 Juni 2013






[Semua nama dan tokoh dalam kisah ini adalah fiktif, jika ada kesamaan nama atau riwayat, maka itu hanyalah kebetulan belaka].

Alkisah Pak Indar, Simo, dan Malyanto tinggal bertetangga. Kebetulan Pak Indar memiliki kebun luas yang belum dimanfaatkan. Pak Simo dan Malyanto mendapat ide menyewa kebun Pak Indar guna diberdayakan menjadi peternakan ayam. Tetapi karena di kebun Pak Indar banyak terdapat pohon dan semak-semak, maka untuk membersihkannya diperlukan waktu lama, sedangkan Pak Simo dan Malyanto sudah tak sabar lagi. Oleh karenanya, mereka mendapat gagasan agar pepohonan di kebun Pak Indar dibakar saja agar cepat bersih, padahal ini adalah tindakan yang terlarang dan berbahaya.

Meskipun demikian, Pak Simo dan Malyanto tidak peduli. Ia tetap menyuruh anak buahnya membakar pepohonan. Sementara itu, Pak Indar hanya menatap saja tanpa dapat melakukan sesuatu. Pambakaran pohon dan semak akhirnya tetap dilakukan.

Namun mereka tidak memperhitungkan bahwa angin saat itu justru sedang bertiup ke arah rumah Pak Simo dan Malyanto. Akibatnya asap pembakaran pohon membuat Pak Simo dan Malyanto sekeluarga sesak nafas. Mereka lantas berteriak-teriak dan protes.

Menurut Anda siapakah yang bersalah?