Selasa, 07 September 2010

Sekelumit Kelebihan beserta Kekurangan bahasa Indonesia dan Inggris

Sekelumit Kelebihan beserta Kekurangan bahasa Indonesia dan Inggris



Ivan Taniputera
6 September 2010

Juga dimuat di ivantaniputera.blogspot. Silakan kunjungi blog tersebut untuk artikel-artikel lainnya.

Berikut ini kita akan mengulas sedikit kelebihan dan kekurangan bahasa Indonesia atau Inggris. Hal ini diperlukan bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia penerjemahan.

Bahasa Inggris tidak memiliki kata khusus yang sepadan dengan "kalian" dalam bahasa Indonesia. Kata Inggris bagi kalian adalah "you" yang juga berarti "kamu." Jadi "you" berarti "kamu" dan "kalian." Karenanya tanpa melihat terlebih dahulu konteks kalimat atau pembicaraannya, kita tidak akan tahu apakah pihak yang diajak bicara tunggal (kamu) atau jamak (kalian). Berbeda dengan bahasa Indonesia, artinya langsung jelas apakah yang diajak bicara seorang saja atau banyak orang.

Lebih jauh lagi, dalam menyapa lawan bicara kita (dalam artian orang kedua tunggal), bahasa Indonesia lebih kaya dengan adanya kata-kata "kamu," "Anda," dan "engkau" (kau). Sementara itu, bahasa Inggris hanya punya "you." Jadi bahasa Inggris tidak memiliki panggilan kehormatan khusus bagi lawan bicara, sebagaimana halnya "Anda" dalam bahasa Indonesia.

Bahasa Inggris tidak membedakan antara "kita" dan "kami." Semuanya diterjemahkan sebagai "we" dalam bahasa Inggris. Padahal "kita" dan "kami" ini memiliki makna yang sangat berbeda. "Kita" berarti yang diajak bicara masuk dalam kelompok. "Kami" berarti yang diajak bicara tidak masuk ke dalam kelompok. Sebagai contoh perhatikan kalimat berikut: "Anton! Kami mau pergi ke pantai, apakah engkau mau ikut?" Jelas sekali, Anton pada mulanya tidak termasuk dalam kelompok yang hendak pergi ke pantai. Oleh karenanya, ia ditanya apakah mau ikut. Bila Anton ikut, maka salah satu kemungkinan dialog berikutnya adalah: "Ton, besok kita berangkat pagi-pagi ya." Ini menandakan bahwa Anton kini termasuk dalam kelompok yang hendak pergi ke pantai.

Bahasa Inggris hanya memiliki kata "brother" yang dapat diterjemahkan baik sebagai "adik" ataupun "kakak." Dengan kata lain, bahasa Inggris tidak membedakan hubungan persaudaraan berdasarkan lebih tua atau mudanya. Guna memperjelas maknanya bahasa Inggris harus menambahkan keterangan berupa "younger" (yang lebih muda) atau "elder" (yang lebih tua); sehingga menjadi "younger brother" (adik) dan "elder brother" (kakak). Meskipun demikian, bahasa Indonesia tidak membedakan "kakak" atau "adik" berdasarkan jenis kelaminnya. Ini berbeda dengan bahasa Inggris yang membedakan saudara menjadi "brother" untuk laki-laki dan "sister" untuk wanita. Jadi dalam bahasa Indonesia kita harus menyebutkan "kakak laki-laki," "kakak wanita," "adik laki-laki," atau "adik wanita."

Ketika saya mengatakan bahwa saya mempunyai adik atau kakak dalam bahasa Indonesia, orang akan bertanya lebih jauh, "adik atau kakakmu laki-laki atau perempuan?" Berbeda dengan bahasa Inggris, dimana sudah cukup bagi saya mengatakan, "I have a brother" atau "I have a sister." Meskipun demikian, orang akan bertanya lebih jauh, "Younger or elder brother/sister?"

Kekurangan kosa kata lain bahasa Inggris adalah tidak membedakan "bulat" dan "bundar." Semuanya adalah "round" dalam bahasa Inggris: "circle is round" dan "ball or earth is round." Dalam bahasa Indonesia kita menyebut lingkaran itu "bundar," sedangkan bola atau bumi itu "bulat." Jadi kata "round" dalam bahasa Inggris bisa mengandung konotasi dua dimensi atau tiga dimensi (spherical). Sebaliknya dalam bahasa Indonesia, kata "bundar" mengandung konotasi dua dimensi, sedangkan "bulat" sudah mengandung konotasi tiga dimensi. Meskipun demikian, di kalangan penutur bahasa Indonesia sendiri, penggunaan dua kata ini masih sering terjadi kesalahan.

Dalam beberapa kasus, seperti dalam bahasa Jawa, bahasa Inggris memberikan istilah tersendiri bagi anak hewan tertentu; sebagai contoh, "kitten" adalah sebutan bagi anak kucing dan "puppy" adalah sebuatan bagi anak anjing. Tentu saja sehubungan dengan penamaan ini bahasa Jawa tentunya lebih kaya (sejauh pengetahuan penulis). Dalam bahasa Jawa kita kenal istilah-istilah: "bledug" (anak gajah), "cemeng" (anak kucing), "cempe" (anak kambing), "gudel" (anak sapi), "sawiyah" (anak cecak), "tobil" (anak kadal), dan lain sebagainya. Jadi anak masing-masing hewan memiliki sebutannya sendiri-sendiri. Dalam bahasa Indonesia pembedaan sebutan seperti ini nampaknya tidak dikenal.

Sementara itu, bahasa Inggris memiliki kata "he", "she", "it". Yang diterjemahkan hanya dengan kata "dia" dalam bahasa Indonesia. Jadi dalam bahasa Indonesia, kata ganti bagi orang ketiga tidak dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya dan harus dipahami berdasarkan konteks bacaannya. Dalam bacaan berbahasa Indonesia, kita harus menyimpulkan apakah yang dimaksud "dia" itu, laki-laki ataukah wanita. Dalam beberapa terjemahan, saya melihat penerjemah menambahkan keterangan "dia (laki-laki) sedang....," namun menurut saya ini agak janggal. Tidak perlu ditambahkan keterangan juga tidak mengapa, karena biasanya dalam wacana berbahasa Indonesia perbedaan gender ini dapat diketahui dengan mudah.

Bahasa Inggris membedakan berdasarkan waktunya (tenses) yang tidak dikenal dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, dengan melihat perubahan kata kerjanya kita mengetahui apakah peristiwa terkait itu terjadi di masa lampau, sekarang, atau mendatang. Tenses ini merupakan ciri khas bahasa Indo Eropa, termasuk Sansekerta. Kasus tata bahasa seperti ini tentu saja tidak dikenal dalam bahasa Indonesia, sehingga dalam proses penerjemahan agar makna aslinya tidak hilang, kita perlu menambahkan keterangan-keterangan waktu dengan seksama.

Demikianlah, dalam tulisan singkat ini kita menyaksikan bahwa kosa kata masing-masing bahasa tidaklah sama. Oleh karenanya, kita perlu mempelajari hal ini dengan seksama apabila berkecimpung dalam dunia penerjemahan. Dengan memahaminya, terjemahan dapat diupayakan sedekat mungkin aslinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar