Senin, 13 Juni 2011

Kenangan Masa Laloe Selama di Jerman

KENANGAN MASA LALOE SELAMA DI JERMAN


Tulisan ini dimaksud mengenang kembali masa-masa studi saya selama di Jerman. Mohon maaf kalau ada bagian kisahnya yang melompat-lompat, karena ini dibuat berdasarkan ingatan saya. Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan nama.

Saya tiba di Jerman sekitar awal tahun 1993, yakni ketika hawa musim dingin masih menyengat. Itulah awal pengembaraan saya di Jerman. Meski sudah mengenakan pakaian jaket hangat, masih juga merasakan sengatan hawa dingin di wajah. Kalau saya tidak salah ingat, saya mendarat di lapangan udara internasional Frankfurt am Mainz. Kesan saya adalah sungguh luar biasa sekali bandara ini. Sebelumnya saya merasa bahwa bandara internasional Soekarno Hatta sudah cukup besar. Ternyata bandara di Frankfurt am Mainz ini jauh lebih besar lagi... luar biasa!!!
Dengan bahasa Jerman yang masih pas-pasan saya menanyakan bagaimana transit ke Berlin.
Waktu itu salju masih turun. Ini merupakan pengalaman pertama saya melihat salju, yang ternyata jauh lebih lembut dibanding es. Suasana jalan dan bangunan sungguh berbeda dengan tanah air. Pokoknya benar-benar seperti memasuki dunia baru. Semua serba putih.

Walaupun sudah pernah mengikuti kursus di Goethe Institut, saya bergabung juga dengan kursus bahasa di Hartnackschule, yang dicapai melalui stasiun Ubahnhof Nollendorfplatz. Pengalaman menarik mengikuti kursus dengan para siswa dari seluruh penjuru dunia. Kelas saya ketika itu didominasi oleh orang-orang dari Turki.

Sewaktu pertama tiba di Jerman (tanggalnya lupa), saya langsung jatuh sakit demam selama beberapa hari. Mungkin akibat kaget pergantian cuaca.
Tak berapa lama kemudian saya harus mengikuti ujian penerimaan memasuki Studienkolleg atau yang ketika itu beken dengan sebutan Aufnahmepruefung. Ketika itu kalau tidak salah kollegnya terletak di Amrumerstrasse. Saya harus keluar dari stasiun U bahnhof Leopoldplatz dan meneruskan naik bis. Di hari Festellungpruefung itu saya bertemu dengan sdr. Pierre (saya pernah ketemu sekali dengannya di sebuah mall di Surabaya) yang juga sama-sama hendak mengikuti ujian penerimaan. Waktu itu saya punya feeling bahwa dia juga dari Indonesia. Lalu saya dekati dan bertanya, "Kommen Sie aus Indonesien?" Ternyata jawabannya adalah ya.

DI STUDIENKOLLEG

Di Studienkolleg ini saya bertemu dengan Sdr. Antonius Soenandy Tjahajo, yang biasa dipanggil Andy. Waktu itu kepala sekolahnya seingat saya adalah Frau Longowski. Saya mengambil kursus untuk TFH. Nama-nama guru yang mengajar di Studienkolleg saya sudah agak lupa. Tapi yang saya ingat adalah Herr Moskow, guru kimia. Lalu ada Herr Lehnert yang mengajar Mechanik. Seingat saya, pelajaran (Kurs) yang ditawarkan di sana adalah matematik, mekanika, elektro, bahasa Jerman, dan kimia.
Karena merasa bahwa waktu setahun mengikuti Studienkolleg terlalu lama, maka saya memutuskan langsung saja mengikuti Festellungpruefung (ujian akhir). Waktu itu Sdr. Andy juga langsung mengikuti ujian akhir tersebut. Ternyata kami berdua lulus.
Pengalaman lain belajar di Studienkolleg adalah setiap hari makan roti selai, karena persediaan uang yang tipis. Agar hemat, pada awal-awal studi di Studienkolleg saya tidak makan di kantin, tetapi menyantap bekal roti selai yang saya bawa tersebut. Pagi roti selai, siang roti selai, dan malam roti selai. Semua serba ROTI SELAI. HIDUP ROTI SELAI!!!

Baru setelah kerja parttime makan saya bisa agak leluasa. Saya ingat bahwa saya pertama kali parttime di sebuah pabrik kopi selama seminggu. Nama pabrik kopi itu apa, saya sudah lupa. Tapi kalau melihat di peta Berlin pasti ingat lokasinya. Pekerjaan saat itu berada di ban berjalan (Fliessbahn), antara lain menempel etiket dan menaruh kotak-kotak kopi di paletnya. Kadang-kadang karena agak lambat, kotak-kotak kopi itu terjatuh juga ke lantai. Mandor yang orang Jerman akan mengomel tidak jelas. Untungnya bahasa Jerman saya belum baik, sehingga tidak paham makian dan omelan si bule Jerman itu. Nampaknya dia mengomel dan memaki dalam bahasa prokem. Untungnya Goethe Institut tidak mengajarkan bahasa prokem. Jadi saya tak perlu sakit hati dengan makiannya.

PERJUANGAN MULAI KULIAH DI TECHNISCHE FACHHOCHSCHULE BERLIN

Mulanya saya ingin kuliah teknik sipil, tetapi surat praktikum saya tidak diterima. Saya sudah mencoba buat praktik kerja (praktikum) di sebuah perusahaan kontraktor di Berlin Timur. Tapi beratnya minta ampun, apalagi sengatan hawa dingin belum mau pergi juga. Saya hanya bertahan tiga hari mengikuti praktikum tersebut. Akhirnya selama satu semester saya mengikuti kuliah matematika. Berkat  bantuan surat praktikum dari Sdr. Andy (Antonius Soenandy Tjahajo), saya akhirnya berhasil kuliah di teknik mesin (Maschinenbau), yakni Fachbereich 9 (waktu itu) di Technische Facchochschule Berlin. Nomor matrikulasi saya 582109 (ternyata saya masih ingat juga! Hebat!).

Mata kuliah yang paling berat adalah Konstruktion Uebung (KUe), yakni merancang gambar teknik. Waktu itu belum boleh pakai AutoCAD sehingga agak lama dan saya harus lembur sampai malam bila tiba saatnya penyerahan tugas KUe tersebut. Kini saat merancang suatu peralatan dengan software-software CAD, saya jadi teringat perjuangan dulu. Untunglah KUe cuman sampai 4 semester. Tapi tugas ini sebenarnya menarik. Kelak saat bekerja mata kuliah ini luar biasa membantu. Saya jadi hobi merancang mesin.

REKAN-REKAN SEPERJUANGAN

Rekan seperjuangan saya waktu studi Maschinenbau tentu saja adalah Sdr. Andy. Lalu ada lagi alm. Sdr. Fitalis Siman yang biasa dipanggil Simon. Lalu ada lagi sdr. Robin, Suardi, Widjaja, Junaidi, Wellyanto Tandono, Eddy Setyako, dll. Kemudian datang saudara sepupu saya bernama Nino Wibowo yang juga studi Maschinenbau di TFH (kira-kira tahun 1995).

LULUS STUDI

Saya membuat tesis atau Diplomarbeit terkait FEM (Finite Element Method). Pembimbing saya waktu itu adalah Prof. Dr. Ing. J. Lackmann. Beliau merupakan profesor yang hebat, tetapi sayangnya agak pelupa. Sdr. Andy juga membuat tesis pada Beliau, Namun karena Beliau pelupa sering bertanya, "Kenne ich ihn?" (Apakah saya kenal dia?). Untungnya Prof. Lackmann tidak pernah lupa dengan saya.
Sebelum lulus, saya selalu berpikir, "Wah enaknya kalau punya hak menyandang gelar di depan nama."
Akhirnya setelah melalui perjuangan panjang, selesai juga Diplomarbeit saya dan tibalah saat sidang. Pertanyaan demi pertanyaan dapat saya jawab, sampai akhirnya tiba pertanyaan tentang lendutan (Knickung). Hanya satu pertanyaan itulah yang gagal saya jawab. Padahal sebenarnya dijawab dengan logika juga bisa. Alih-alih mendapatkan nilai sempurna (1), saya hanya mendapatkan nilai 1.3. Tapi tak apalah, yang penting masih "Sehr Gut."
Prof. Lackmann keluar menyalami saya dan semenjak saat itu saya resmi menyandang gelar Dipl. Ingenieur TFH. Ternyata setelah lulus ya biasa-biasa saja tidak ada perasaan khusus. Benarlah seperti yang dikatakan Buddha Shakyamuni, "Setelah pencapaian tiada lagi pencapaian."
Perlu diulas sekalian bahwa asisten Prof. Lackmann yang banyak membantu saya adalah Sdr. Soegiharto Budisantoso, yang juga telah almarhum. Karena tubuhnya gemuk, dia sering dipanggil "toapekong."

PENGALAMAN DENGAN KMKI

KMKI merupakan organisasi yang menarik dan terbuka. Semua orang tidak peduli agamanya boleh bergabung, walau organisasi ini bernuansa Katolik. Mari saya ingat-ingat dulu. Di KMKI ada Bobby, Tuti, Pak Irianto, Harry, Jos, Robert, Paul, Juwita Tan, Nino, Hartanto (Cancan) Wellyanto Tandono, Simon, Glenn, Halim (Junliang), Sen, Hamidi Soetopo, dll. Ya banyak sekali untuk disebutkan. Mohon maaf untuk teman2 yang namanya terlewat, bukan berarti saya tidak menganggap kalian kawan saya. Mohon saya diingatkan.

Kegiatan KMKI bagus sekali, antara lain seminar dengan mengundang Pater de Blot SJ. Seminarnya kebanyakan tentang motivasi yang banyak memberikan wawasan baru.

Setiap minggu pasti ada acara makan bersama yang ditarik DM 5,- Sesudah makan bersama harus mencuci piring dan perabotan memasak. Biasanya jarang ada yang mau mencuci. Masing-masing pada malas mencuci terutama panci raksasa yang terkenal dengan sebutan "dino."
Waktu itu Cancan sempat mengancam, kalau tidak ada yang mau mencuci maka tidak ada masakan.

Pernah juga anggota KMKI piknik bersama ke Ruegen. Ke Pulau Merak dll. Foto-fotonya saya masih ada. Nanti akan saya scankan bila sempat. Juga pernah bersepeda bersama ke Mugelsee.

Saya ingin riwayatkan kesan saya tentang Harry. Ya Harry adalah pribadi yang rela berkorban. Waktu anggota-anggota KMKI yang lain ikut seminar, Harry rela berkorban masak di gereja. Dengan demikian sepulang seminar ada makanan di St. Ansgar. Meskipun demikian, kesan saya waktu itu, Harry adalah orang yang pendiam.

Hamidi dan Jos tinggal di Wohnheim (asrama mahasiswa yang sama dengan saya). Pada saat Wochenende kami masak dan makan bersama. Benar-benar saat yang menyenangkan.

Paul saya ketemu lagi tahun 2009 di Galaxy Mall Surabaya. Waktu itu ada juga Andy. Jos, kakak Paul, juga ketemu lagi di facebook.

Yah semua pengalaman indah masa lalu.

KISAH-KISAH LUCU DI JERMAN

Ada orang yang tanya apa bahasa Jermannya cumi-cumi, dijawab "Tittenfisch." Akibatnya pas pesan cumi-cumi dia dipelototi oleh pelayannya yang kebetulan cewek.
Ada lagi yang tanya apa bahasa Jermannya shampo, dijawab Schammhaar, padahal seharusnya "Schaumhaar." Akibatnya malah dimaki oleh kasir toko bersangkutan. hahahah
Well. Ini menandakan bahwa bahasa Jerman miskin kata2. Untuk membuat kata baru mereka harus melakukan penggabungan. Tinten (tinta) + fisch (ikan) menjadi Tintenfisch (cumi-cumi). Schaum (busa) + Haar (rambut) menjadi Schaumhaar (shampo). Yah ini mirip pembentukan kata baru melalui penggabungan berbagai radikal dalam huruf China.

HERMAN S.

Sdr. Herman S. asal kota P. di Jawa Tengah merupakan salah satu teman baik saya. Orangnya lucu dan kerap menjadi bulan-bulanan teman yang lain. Tetapi dia tidak pernah marah. Saya sering menginap di Wohnheimnya. Kepandaiannya memasak sungguh luar biasa. Dengan bahan-bahan yang sederhana dapat menciptakan nasi goreng yang enak. Waktu pulang ke Wohnheimnya kami sering beli ayam panggang yang dikenal dengan sebutan Halbes Haehnchen. Harganya murah tetapi enak.


MENINGGALNYA IBU TIEN SOEHARTO

Ibu Tien Soeharto (alm.) meninggal pada tanggal 28 April 1996. Saya mendengar beritanya waktu sedang berbelanja, yang kalau tidak salah di Karlstadt. Kalau tidak salah waktu itu saya berbelanja bersama Sdr. Andy. Menurut rumor, Beliau meninggal karena memisah pertengkaran anak-anaknya. Namun menurut sumber yang dapat dipercaya hal itu tidaklah benar. Barangkali saya mendengar berita itu agak terlambat. Kemungkinan saya baru mendengarnya tanggal 29 Aprilnya. Ini merupakan salah satu peristiwa penting di tanah air semasa saya masih di Jerman. Waktu itu ada pula rumor yang menyatakan bahwa yang meninggal adalah Bapak Soeharto (alm.) sendiri.

PERISTIWA KUDA TULI (27 Juli 1996)

Peristiwa lainnya adalah penyerbuan kantor PDI pro Mega di Jakarta oleh para pendukung Soerjadi yang dibacking pemerintah pada tanggal 27 Juli 1996. Waktu itu saya mengetahui peristiwanya ketika sedang chatting di ruang CAD-TFH Berlin. Seorang kawan yang saya lupa siapa mengabarkan bahwa massa sedang menyerbu kantor PDI. Timbul niat iseng saya mengerjai teman baik saya dari jakarta, Sdr. Tommy. Saya bilang bahwa peristiwanya ke jalan tempat rumah dia. Awalnya Sdr. Tommy percaya dan nampak bingung. Karena kasihan saya akhirnya mengatakan bahwa saya hanya bercanda.

PARUDIN (ACHING)

Teman yang menyertai saya berangkat dari Semarang adalah Parudin atau Aching. Sdr. Aching ini lahir di Bagansiapi-api, Riau, tetapi ikut orang tuanya pindah ke Semarang. Kami sering sekelas semenjak SMP. Kursus bahasa Jermannya juga bersama-sama. Hanya saja kota tujuan studi berbeda. Sdr. Aching mulainya mengambil kursus bahasa di Rede, sedangkan saya langsung ke Berlin, karena ada saudara di sana. Setelah selesai kursus bahasa barulah Aching pindah ke Berlin dan juga meneruskan studi Maschinenbau (Mechanical Engineering).

Mungkin karena terlalu sering makan roti selai dan irit makan, badan saya semasa awal di Jerman menjadi kurus. Guna menghemat ongkos cukur rambut, saya membiarkan rambut saya tumbuh agak panjang. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila saat berjumpa dengan saya di depan gedung Mensa TU (Techische Universitat Berlin), kawan dari Semarang, Parudin, tidak mengenali saya.

GAPTEK

Ada peristiwa memalukan saat saya pertama menggunakan komputer. Waktu itu pelajaran tentang programing. Di pertemuan pertama sudah diajarkan bagaimana menghidupkan komputer. Tetapi di pertemuan kedua, saya lupa lagi bagaimana menghidupkan komputer. Waktu ada kesempatan bertanya, saya mengangkat tangan. Dosen berkata, "Apa pertanyaannya?" Saya bertanya, "Bagaimana cara menghidupkan komputer?" Sambil geleng-geleng dosen melangkah dan memencet tombol "on" komputer saya.

PROGRAM ARSCHLOCH

Bagi yang tidak paham bahasa Jerman, Arschloch adalah "asshole" dalam bahasa Inggris. Entah karena iseng atau kurang kerjaan saya lupa, salah satu tugas programing saya, saya namakan "Programm Arschloch." Pikirnya nanti waktu dikumpulkan akan saya ganti namanya. Itu toh hanya program uji coba saja pikir saya. Eh, tidak tahunya waktu program sedang dicompile ada satu profesor masuk dan membacanya. Dia bertanya, "Apakah nama program Anda?" Karena malu saya eja saja, "Programm A, ER, ES, CE, HA, EL O CE, dan HA." Profesor itu hanya geleng-geleng sambil bergumam, "Wer soll Arschloch sein?" (Siapa yang asshole?)


PENNER

Penner artinya “pengemis” dalam bahasa Jerman. Dia adalah orang yang biasa membawa barang curian dan dijual ke kalangan mahasiswa. Kadang dia bawa peralatan kuliah (seperti jangka), buku mahal, sepeda, parfum, dan lain sebagainya. Ada seorang Penner yang biasa datang ke Zeichensaal tempat saya biasa belajar di gedung TU-Berlin. Oleh karena itu, Zeichensaal sering disebut sebagai Penner Markt atau “Pasar Maling.” Sebenarnya Zeichensaal adalah ruangan tempat menggambar teknik. Di ruangan itu ada meja-meja gambar. Pennerisasi menurut ajaran agama merupakan suatu yang salah, tetapi Sang Penner terkadang merupakan juru selamat bagi para mahasiswa miskin.

MASALAH MAKAN-GOOD FRIEND-MENSA-RESTORAN JAKARTA

Good Friend adalah nama restoran China yang menurut saya termasuk enak di Berlin. Bagi mahasiswa seperti saya, makan di restoran merupakan suatu kemewahan yang luar biasa. Saya hanya beberapa kali saja makan di Good Friend, itupun kalau ada peristiwa khusus yang patut dirayakan.
Biasanya saya sehari-hari makan di Mensa, yakni kantin kampus. Perlu diketahui bahwa makanan di Mensa mendapatkan subsidi pemerintah, jadi harganya jauh lebih murah. Makanannya tidak menentu, kadang pas di lidah dan kadang tidak pas. Kantin TFH di Amrumer Strasse bisa dibilang agak lumayan. Yang paling enak adalah menu hari Jumat. Mensa TU juga lumayan enak, tetapi menu sorenya bisa dibilang “gagal.” Jadi saya agak enggan makan di Mensa TU sore.
Biasanya sebelum berjalan ke Mensa TU sore saya akan menunggu dan bertanya pada salah seorang teman yang habis makan di sana, “Bagaimana makanan di Mensa?” Kalau dia menjawab makanannya seperti “P&#@34O%..S’%^T”  maka saya akan mengurungkan niat saya makan di Mensa TU sore. Biasanya saya akan memesan makanan di Restoran Jakarta, yang harganya tidak semahal Good Friend, tetapi tak semurah Mensa. Biasanya kalau ada beberapa orang yang mau pesan makanan di Restoran Jakarta, pemiliknya (Pak E. P.) bersedia mengirim. Tetapi kalau cuma ada dua atau tiga orang saja, saya berangkat ke sana. Lumayan sambil menikmati segarnya angin malam di Berlin (asal jangan musim dingin atau Winter) saja.

PINJAM SCHEIN ATAU SURAT IZIN KERJA

Sewaktu belum punya surat izin kerja, saya pernah pinjam surat izin kerja kawan saya, Senang Jonathan (Acau) dari Jakarta. Waktu itu, dipanggil “Herr Jonathan!!” Saya lupa kalau pinjam Schein dia, jadi saya diam saja. Akhirnya mandor yang tadi memanggil saya menghampiri saya. Dia bertanya, “Sind Sie Herr Jonathan?” Sejenak saya nampak bingung, dan hampir saja menjawab “Nein” (bukan). Untungnya saya langsung ingat, dan berkata “Ja..Ja.” Mungkin si bule itu bingung, kok Auslaender (orang asing) ini bisa lupa namanya sendiri. Hahahaha.

DIUSIR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

Praktikum atau kegiatan laboratorium yang merupakan momok bagi mahasiswa asing adalah praktikum elektro. Biasanya kita akan diberi diagram rangkaian dan disuruh menyusun rangkaiannya. Kalau gagal akan disuruh pulang dan terancam mengulang lagi semester berikutnya. Saya masing ingat, kalau saya pernah gagal dalam membuat rangkaian relay dan disuruh pulang. Teman yang lain ada yang malu dengan rekan sekamarnya lantas berbohong dengan mengatakan waktu itu sedang tidak ada pelajaran. Padahal ia ditendang dari praktikum. Kegiatan praktikum di Jerman memang sangat ketat, terlambat lima menit saja tidak akan diperbolehkan masuk dan harus mengulang.

(bersambung)


2 komentar:

  1. masa sih tfh sekeras itu sampe diusir segala android lingerie

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf baru balas sekarang. Komentarnya baru saya baca sekarang. Benar, secara peraturan memang begitu (setidaknya di zaman saya). Kalau tidak lulus maka diberi kesempatan mengulang hanya 2 kali setiap mata kuliahnya. Masing-masing pengulangan sudah mencakup dengan ujian remidialnya, kalau ujian utama tidak lulus.

      Hapus