KERETA API YANG MENGUBAH JALANNYA SEJARAH DUNIA.
.
Ivan Taniputera.
7 Juli 2016
.
Malam
itu, sebuah kereta api berjalan terseok-seok melintasi jantung benua
Eropa. Ketika itu, Perang Dunia I sedang berkecamuk dengan hebatnya.
Berangkat dari Zürich, Swiss, kereta itu melintasi Jerman, Swedia, dan
akhirnya tiba Petrograd, Rusia. Kereta api itu akan menentukan
jalannya sejarah dunia berdasawarsa-dasawarsa kemudian. Di dalamnya
ternyata terdapat penumpang yang akan menjadi salah satu penentu
berputarnya roda sejarah. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah
Vladimir Ilyich Ulyanov atau yang lebih dikenal sebagai Lenin.
.
Lenin
terpaksa meninggalkan negaranya karena menentang czar Rusia. Ia hidup
di pengasingannya, yakni di Swiss, semenjak 1900. Perang Dunia I pecah
pada tahun 1914. Kekaisaran Jerman (Deutsches Reich, German Empire)
dengan sekutunya Kekaisaran Austria Hongaria melawan Rusia beserta
sekutu-sekutunya. Jerman ketika itu terpaksa berperang di dunia medan,
yakni barat dan timur, sehingga sangat terkuras tenaganya.
.
Rusia,
musuh Jerman, juga terkuras segenap sumber dayanya, sehingga mengalami
kelaparan. Februari 1917, pecah revolusi di Petrograd. Para pekerja
mogok karena kekurangan makanan dan merosotnya industri Rusia.
Kekacauan pecah di mana-mana. Pemerintahan czar Rusia sudah kehilangan
wibawanya. Lenin memandang hal ini sebagai kesempatan turut serta
mengorganisasi massa menumbangkan czar.
.
Namun
perjalanan pulang ke Rusia harus melewati wilayah Jerman, dimana jalur
kereta api ke sana ditutup akibat perang. Menyadari bahwa Lenin
beserta tiga puluh satu kaum revolusioner lainnya berpeluang
menumbangkan czar Rusia, sehingga meringankan beban Jerman di medan
perang Timur, pemerintah Jerman lantas melakukan perjudian politik
berbahaya. Mereka memberikan izin khusus bagi Lenin beserta istri dan
kawan-kawannya melintasi wilayah Jerman.
.
Demikianlah,
kereta itu melaju di tengah-tengah gejolak perang. Setibanya kembali
di tanah airnya, Lenin berhasil mengorganisasi para pendukungnya, yang
dikenal sebagai kaum Bolshevik. Singkat cerita, setelah melalui
serangkaian pergolakan berdarah, Rusia akhirnya menjelma menjadi Uni
Sovyet.
.
Kereta
api itu telah menjadi penentu sejarah. Jika pemerintah Jerman tidak
memberikan izin bagi Lenin melintasi wilayahnya, maka kemungkinan besar
tidak akan ada Perang Dingin, tidak akan ada Tembok Berlin, tidak akan
ada Perang Vietnam, tidak akan ada Korea Utara dan Selatan, Jerman
tidak akan terbagi dua. Tidak akan ada Republik Rakyat China. Jutaan
rakyat Kamboja tidak akan mati sia-sia di bawah Pol Pot.
.
Jika
Lenin tidak kembali ke Petrograd, kemungkinan skenario-skenario ini
yang akan terjadi. Rusia bisa saja tetap menjadi kekaisaran, walaupun
peluangnya kecil. Czar Nicholas II sudah pasti akan turun tahta dan
digantikan oleh saudaranya, Adipati Agung (Grand duke) Michael. Namun pada kenyataannya, parlemen (duma)
menolak hal tersebut dan Adipati Agung Michael sendiri juga menyatakan
ketidak-sediaannya menjadi czar. Dengan demikian, kecil sekali peluang
sistim kekaisaran atau monarki dapat bertahan. Kemungkinan lain yang
lebih masuk akal adalah Rusia akan menjadi republik, seperti Jerman dan
Austria, dengan Alexander Kerensky menjadi presiden atau perdana
menterinya. Namun yang pasti dunia tidak akan mengalami Perang Dingin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar