Sabtu, 09 Juli 2011

Gerakan Berkorban Demi Bangsa

Gerakan Berkorban Demi Bangsa

Ivan Taniputera
9 Juli 2011


Dewasa ini konsumsi BBM bersubsidi telah melebihi kuota yang ditentukan sehingga terasa memberatkan beban APBN pemerintah. Kita sebagai rakyat dan generasi muda yang turut menikmati manfaat BBM bersubsidi ini hendaknya tidak berpangku tangan saja. Banyak hal yang dapat kita lakukan demi mengurangi konsumsi BBM bersubsidi ini. Generasi muda dapat berhemat dalam menggunakan kendaraan bermotor (terkecuali menggunakan BBM non-subsidi). Bagi yang sedang berpacaran dapat menghemat BBM dengan tidak ke mana-mana. Cukup berpacaran di rumah saja. Kegiatan berpacaran yang sehat tetap dapat dilakukan tanpa pergi ke mana-mana. Atau jika tetap ingin pergi upayakan ke tempat yang dekat-dekat saja atau menggunakan kendaraan umum. Kalau kita saksikan dewasa ini, setiap malam minggu jalanan pasti dipadati oleh beraneka kendaraan. Memang benar bahwa bersenang-senang adalah hak setiap orang, tetapi di sinilah rasa cinta Anda pada bangsa dan negara ditantang. Rasa nasionalisme Anda sebagai bagian dari bangsa Indonesia tercinta dipertanyakan. Para pahlawan dahulu berjuang mempertaruhkan jiwa dan raganya demi persada Nusantara, kini masakan Anda hanya sedikit menahan keinginan bersenang-senang saja tidak sanggup? Di sinilah letak kerelaan kita berkorban.


Di kalangan pengusaha, mungkin dapat memilah-milah mana karyawan yang sesungguhnya tidak perlu hadir (dalam artian pekerjaan mereka dapat dikerjakan di rumah). Mereka dapat "dirumahkan" dan mengirim hasil kerjanya lewat email atau chatting. Sekarang teknologi toh sudah canggih, sehingga segala sesuatu dimungkinkan. Bisa juga diatur agar mereka misalnya ke kantor dua hari sekali. Dengan demikian, beban transportasi akan lebih ringan. Di masa sekarang, jangan seorang pengusaha merasa rugi bila karyawannya tidak hadir di kantor. Karena tidak hadir belum tentu tidak bekerja. Seperti yang sudah diungkapkan di atas, manfaatkan kecanggihan alat-alat telekomunikasi. Di sini kerelaan berkorban para pengusaha ditantang. Sanggupkah atau relakah berkorban demi nusa dan bangsa?


Selanjutnya, sebagai karyawan duta niaga juga seyogianya bekerja lebih efektif. Janganlah memanfaatkan kendaraan perusahaan demi kepentingan pribadi, sekalipun BBM-nya ditanggung perusahaan. Bagi yang suka keluyuran tanpa arah saat jam kerja, hendaknya dihindari. Beban pemerintah dalam menanggung subsidi BBM telah semakin berat. Tidak keluyuran demi kepentingan pribadi adalah pengorbanan yang teramat sangat kecil bila dibandingkan para pahlawan dahulu.


Ibu-ibu rumah tangga bila tidak benar-benar diperlukan seyogianya tak bepergian, umpamanya ke mall atau pusat perbelanjaan hanya sekedar untuk cuci mata. Sebaiknya bila ada waktu luang, isilah dengan kegiatan-kegiatan bermanfaat, misalnya berkebun, membaca, atau beribadah. Dengan demikian, kualitas keluarga juga akan semakin meningkat. Menahan diri dari keluyuran di mall atau pusat perbelanjaan bagi para ibu rumah tangga jelas adalah pengorbanan teramat sangat kecil bila dbandingkan para pejuang dulu yang rela bermandi darah.


Terakhir, cobalah program hemat energi. Matikan lampu bila tak diperlukan. Matikan AC bila tak diperlukan. Matikan air bila tak diperlukan. Mempergunakan gas juga seyogianya irit. Masak seperlunya saja. Dengan demikian, beban pemerintah dalam menyediakan energi akan semakin ringan.


Mungkin ada yang protes, banyak terjadi korupsi, kolusi, dan nepotisme, jadi biarlah kita sesuka hati memanfaatkan BBM. Tentu saja ini pendapat yang sangat salah. Berbahagialah orang yang tetap dapat melakukan kebajikan, meskipun hidup di lingkungan yang "kotor." Biarlah diri kita tetap bersih meskipun lingkungan sekitar kita kotor. Demikianlah, tulisan ini adalah sekedar himbauan. Marilah kita menjadi bangsa yang hemat energi.


BILA BUKAN AKU SIAPAKAH YANG AKAN KE NERAKA (petikan dari salah satu naskah Buddhis).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar